4. Pertandingan Futsal

643 43 0
                                    

Halloooo

Akhirnya up nihhh

Semoga kalian suka yaaa

Janlup vote and comment!

Ini alurnya cepet loh..

Targetnya cuma 10 chapter langsung ending

Ya udah.. Gitu aja

Babai!

   Cello tumbuh menjadi anak yang sangat aktif, ia memiliki keahlian di bidang olahraga. Kini usianya telah menginjak usia ke 7 tahun. Wajah Cello sangat menggemaskan dan tampan, membuat siapapun pasti terpesona pada pandangan pertama.

  Cello sudah memasuki Sekolah Dasar Internasional berkat kepintarannya. Gerald dan Lynne sangat bangga dengan prestasi yang dituangkan oleh putra mereka itu.

Cello dikenal sebagai anak yang pintar dan berbakat, terutama dalam olahraga.

  Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Cello dan kedua orang tuanya. Hari ini Cello akan mengikuti lomba futsal mewakili sekolahnya bersama timnya, sungguh suatu hal yang membanggakan bagi anak kecil yang masih berusia 7 tahun.

  "Mommy! Daddy! Cello sudah siap! " Cello berteriak riang, berlari menuju meja makan dengan senyuman lebar.

  "Wah.. Tampan sekali ya, anak Mommy ini.. Sini, biar mommy cium dulu pipinya.. " Cello mendekat, membiarkan Lynne mencium pipinya.

  "Daddy bangga denganmu, sayang.. " Gerald mengusap kepala Cello lembut.

  "Mommy sama Daddy nanti sorakin yang kenceng, ya?! Biar Cello makin semangat nanti! "

  "Iya, sayang.. Sekarang, makan dulu yuk.. Biar kamu nggak kehabisan tenaga nanti". Ajak Lynne, dibalas anggukan semangat oleh sang empu.

  " Siap, ratu! "

.

.

.

.

  Saat ini Cello mengenakan jersey timnya yang berwarna cerah dan sepasang sepatu baru yang membuatnya semakin bersemangat. Mommy Lynne dan Daddy Gerald datang dengan bangga untuk menyaksikan penampilan putra tunggal mereka.

  Sebelum Cello mengikuti lomba, Gerald dan Lynne mengatakan, menang atau kalah, mereka akan selalu bangga dengan Cello. Cello tersenyum menanggapinya, anak itu mencium pipi orang tuanya lalu berlari ke teman-temannya.

  Lomba akhirnya dimulai. Gerald dan Lynne berada di tribun, menonton tim Cello dengan semangat yang membara.

Lomba berlangsung meriah, dan Cello bermain dengan penuh semangat. Ia berlari, menggiring bola, dan mencetak gol, membuat  kedua orang tuanya bertepuk tangan dan bersorak.

Namun, di tengah permainan yang intens, tiba-tiba Cello merasakan kakinya mati rasa. Dalam sekejap, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan ia terjatuh di tengah lapangan.

Dari pinggir lapangan, Gerald dan Lynne segera panik melihat putra mereka terjatuh. Cello menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang tiba-tiba melanda. Meskipun berusaha untuk bangkit, kakinya tidak bisa digerakkan. Teman-temannya berkumpul, terlihat khawatir dan bingung, dan seorang petugas kesehatan segera membawanya ke UKS.

Di UKS, Cello terbaring di ranjang, dengan rasa cemas yang mengisi udara di sekitarnya. Gerald dan Lynne segera menghampirinya. Mereka terlihat khawatir, dan wajah mereka mencerminkan ketegangan.

“Cello, sayang, apa kau baik-baik saya, nak?” tanya Mommy, suaranya lembut namun penuh kecemasan.

Cello tersenyum kecil, meskipun ia tahu bahwa tidak semuanya baik-baik saja. “Aku baik-baik saja, Mommy. Hanya sedikit lelah. Maaf ya, Mom.. Dad.. Cello jadi nggak bisa banggain kalian, ” jawabnya, berusaha menenangkan orang tuanya. Tatapannya sebenarnya menyiratkan penyesalan. Dalam hati, ia merasa cemas dan bingung atas apa yang terjadi.

  "Tidak apa-apa, sayang.. Kami selalu bangga padamu.. " Balas Lynne lembut.

Daddy Gerald membelai rambut Cello dan mengalihkan pandangannya ke dokter yang sedang memeriksa putranya. “Apa yang salah, Dok?” tanyanya, suara penuh harap.

Dokter menatap Cello dengan lembut. “Kita perlu melakukan beberapa pemeriksaan lebih lanjut, tetapi sepertinya Cello hanya mengalami kejang otot akibat kelelahan. Dia akan baik-baik saja setelah beristirahat.”

Mendengar penjelasan itu, Lynne dan Gerald menghela napas lega, meskipun masih ada kekhawatiran di mata mereka. Cello berusaha untuk tersenyum lebih lebar, merasakan dukungan dari kedua orang tuanya.

“Jangan khawatir, Mommy, Daddy. Aku akan kembali bermain setelah ini!” ucapnya dengan semangat, meskipun rasa sakit masih menghantuinya.

Lynne dan Gerald saling berpandangan, bangga akan semangat anak mereka. Mereka tahu bahwa Cello adalah anak yang kuat dan berani, dan saat itu mereka berjanji untuk selalu mendukungnya, tidak peduli apa pun yang terjadi di lapangan futsal atau di luar itu.

Little Cutie Baby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang