11. Memburuk

186 20 2
                                    

Lanjotttt gassss!

Cerita ini ringan kokkkk....

Semoga kalian suka sama cerita ini yaaaa

Janlup vote and comment!

Happy reading!


  Kondisi tubuh Cello mulai menurun perlahan. Setiap pagi kini terasa lebih sulit, dengan gerakan yang semakin terbatas. Senyum cerahnya masih ada, tapi lebih lemah. Lynne dan Gerald tetap berusaha memberikan semangat, tetapi di balik wajah penuh kasih sayang mereka, ada ketakutan yang semakin sulit disembunyikan.

Suatu sore, mereka kembali ke rumah sakit untuk melihat hasil pemeriksaan terbaru dari Dokter William. Setelah serangkaian tes dan observasi, kini waktunya mereka mendengar kenyataan yang akan membawa perubahan besar dalam hidup mereka.

Di ruang konsultasi, Dokter William duduk di depan mereka dengan wajah serius namun tetap lembut. Cello sedang bermain di ruang tunggu bersama salah satu perawat, jadi hanya Lynne dan Gerald yang duduk di hadapan dokter.

“Bagaimana hasilnya, Dok?” tanya Gerald, suaranya terdengar tegang, meski ia mencoba bersikap tenang.

Dokter William mengambil napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. “Dari hasil pemeriksaan terakhir, kita bisa melihat bahwa kondisi ALS Cello semakin berkembang. Saraf motorik dan otot-ototnya mulai melemah lebih cepat dari yang kami harapkan.”

Lynne menggenggam tangan Gerald erat, berusaha menahan rasa sesak yang mulai membuncah di dadanya. “Apa artinya ini, Dok?” tanyanya, suaranya pelan dan bergetar.

Dokter William melanjutkan dengan hati-hati, “Ini berarti bahwa mobilitas Cello akan semakin terbatas. Dalam beberapa bulan ke depan, ia mungkin akan mengalami kesulitan lebih besar dalam bergerak, bahkan duduk sendiri bisa menjadi tantangan. Kami harus bersiap menghadapi kemungkinan bahwa suatu saat ia akan kehilangan kemampuan berjalan sepenuhnya.”

Air mata mulai mengalir di pipi Lynne. Meskipun ia sudah menduga, mendengar kenyataan ini terasa jauh lebih berat daripada yang ia bayangkan.

  Gerald menutup matanya, menelan kepahitan yang seolah menghancurkan dinding pertahanan terakhirnya.

“Apakah ada yang bisa kita lakukan?” tanya Gerald dengan suara bergetar, berusaha mempertahankan harapan sekecil apapun.

Dokter William menggeleng pelan. “Kami akan terus memberikan terapi terbaik, dan ada beberapa opsi pengobatan untuk memperlambat perkembangan penyakitnya. Namun, untuk saat ini, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan ALS. Yang bisa kita lakukan adalah membuat Cello senyaman mungkin dan mendukungnya secara emosional.”

Keheningan menyelimuti ruangan. Lynne menunduk, menangis dalam diam, sementara Gerald berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah. Mereka tahu hidup Cello tidak akan pernah sama lagi, dan mereka harus menghadapi kenyataan pahit ini.

“Apa… kami harus memberitahunya, Dok?” tanya Lynne, akhirnya berbicara di sela-sela isakannya.

Dokter William menatap mereka dengan penuh pengertian.

   “Ini pilihan yang sulit, dan itu sepenuhnya tergantung pada kalian berdua. Namun, menurut saya, Cello adalah anak yang pintar dan penuh rasa ingin tahu. Dia mungkin sudah menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan tubuhnya. Mungkin lebih baik jika dia mengetahui kenyataan secara bertahap, dengan cara yang bisa dia pahami.”

Lynne mengangguk pelan, mencoba mengendalikan perasaannya. “Kami akan mencoba bicara padanya,” bisiknya, meski ia merasa hatinya hancur setiap kali membayangkan wajah ceria putranya yang harus menghadapi kenyataan ini.

Setelah selesai berbicara dengan Dokter William, mereka keluar dari ruang konsultasi dan melihat Cello di ruang tunggu, tertawa kecil bersama perawat yang membantunya menggambar di atas kertas. Momen itu terasa begitu kontras dengan beban yang kini menghantui mereka. Cello terlihat begitu polos, begitu penuh harapan, sementara mereka harus menanggung kenyataan yang sulit.

Di dalam mobil saat perjalanan pulang, Cello masih asyik menceritakan tentang gambar yang ia buat di rumah sakit. “Aku menggambar mobil balap, Mommy, Daddy! Suatu hari nanti aku akan membuat mobil seperti itu, yang bisa berjalan cepat!” katanya penuh semangat, tanpa tahu bahwa tubuhnya perlahan akan semakin membatasi mimpinya.

Lynne dan Gerald hanya bisa tersenyum pahit, saling bertukar pandang tanpa berani berkata apapun. Mereka tahu, momen untuk memberi tahu Cello akan segera tiba, tetapi mereka belum siap. Tidak pernah akan siap.

Sesampainya di rumah, setelah makan malam, Lynne memutuskan untuk duduk bersama Cello di tempat tidurnya. Sambil menyelimutinya, Lynne memandangi wajah putranya yang sudah mulai mengantuk.

“Cello, Mommy ingin bicara sebentar,” katanya pelan, berusaha mencari cara yang tepat untuk memulai pembicaraan yang sulit ini.

“Ada apa, Mommy?” tanya Cello dengan suara lembut, matanya masih setengah terpejam.

“Kamu tahu kan, kamu sudah sering pergi ke rumah sakit dan bertemu Dokter William? Mommy dan Daddy sangat bangga denganmu, karena kamu selalu kuat dan berani.” Lynne menggenggam tangan kecil Cello dengan lembut.

Cello mengangguk pelan. “Iya, Mommy. Aku ingin bisa cepat sembuh dan bermain futsal lagi.”

Lynne menelan ludahnya, menahan tangis yang mulai naik ke tenggorokannya. “Dokter bilang, tubuh kamu sedikit berbeda sekarang, sayang. Kita akan terus berjuang bersama-sama, tapi mungkin akan ada beberapa hal yang sulit dilakukan untuk sementara waktu.”

Cello memandang Lynne dengan mata penuh tanya. “Maksud Mommy, aku tidak akan bisa bermain futsal lagi?”

Lynne tidak bisa menjawab dengan cepat. Ia mengusap kepala Cello dan akhirnya berkata dengan lembut, “Mungkin bukan sekarang, sayang. Tapi kamu harus tahu, kami akan selalu ada di sampingmu, apa pun yang terjadi.”

Cello diam sejenak, merenung, lalu tersenyum kecil. “It’s okay, Mommy. Aku masih bisa bermain game di rumah, kan?”

Lynne tersenyum, meski air matanya mulai mengalir. “Ya, kamu bisa, sayang. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau.”

Dengan hati yang berat, Lynne memeluk Cello erat, berusaha menahan semua rasa sakit yang bergemuruh di hatinya. Cello tertidur di pelukannya, dan di saat itu, Lynne berjanji bahwa mereka akan terus memberikan cinta dan kekuatan untuk putra mereka, meskipun masa depan tampak begitu sulit.

Little Cutie Baby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang