Lanjotttt!
Gassss!
Happy reading!
Saat Cello bangun tidur di pagi yang cerah ini, ia merasakan sesuatu yang aneh. Kakinya terasa berat dan kaku, seolah-olah ada sesuatu yang menghalangi untuk bergerak. Cello mencoba menggerakkan kakinya, tetapi rasanya seperti berusaha mengangkat beban yang terlalu berat.
“Hmm, mungkin aku baru saja tidur terlalu lama,” pikirnya, mencoba mengabaikan rasa cemas yang mulai muncul. Ia menggeser posisi tubuhnya, berharap bisa merasakan kembali kelenturan di kakinya. Namun, meskipun ia berusaha keras, kakinya tetap tmidak bergerak seperti biasanya.
“Mommy! Daddy!” panggil Cello dengan suara pelan, merasakan panik mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Ia tidak ingin membuat orang tuanya khawatir, tetapi ia juga merasa ketidakberdayaan yang mengganggu.
Beberapa saat kemudian, Lynne muncul di pintu kamar. “Selamat pagi, sayang! Bagaimana tidurmu?” tanyanya dengan senyuman cerah.
“Mommy… kakinya… sulit digerakkan,” Cello menjawab dengan nada kebingungan dan sedikit ketakutan. Ia mencoba untuk berdiri, tetapi terpaksa kembali duduk di tempat tidur.
Lynne segera menghampiri Cello dan melihat wajah putranya yang cemas. “Ayo, kita coba untuk bangun bersama. Coba kamu bergerak pelan-pelan, ya?” ujarnya, berusaha menenangkan Cello.
Dengan hati-hati, Lynne membantu Cello berdiri, memegangnya dengan lembut. Namun, Cello merasa kakinya tidak memiliki kekuatan untuk menopang tubuhnya. “Mommy, aku tidak bisa,” isaknya, air mata mulai menggenang di matanya.
“Tidak apa-apa, sayang. Kita akan memanggil Daddy dan Dokter William untuk membantu kita,” kata Lynne, suaranya lembut namun tegas. Ia merasa hatinya teriris melihat kesedihan di wajah putranya.
Lynne segera menghubungi Gerald, dan dalam waktu singkat, suaminya berlari ke kamar. Melihat kondisi Cello, Gerald langsung tahu bahwa ini bukanlah saat yang baik. “Apa yang terjadi, sayang?” tanyanya dengan nada khawatir.
“Kaki Cello.. Hiks..sulit digerakkan, Daddy,” jawab Cello sambil menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sakit dan ketidakberdayaan.
Gerald mengangguk, segera mengambil tindakan. “Mari kita bawa kamu ke rumah sakit sekarang juga,” katanya, lalu dengan hati-hati mengangkat Cello dan membawanya ke mobil.
Di dalam perjalanan, Cello merasakan campuran ketakutan dan harapan. Ia ingin sekali berlari, bermain, dan merasakan keceriaan tanpa rasa sakit. Namun, setiap detik terasa berat, seolah-olah ia terperangkap dalam tubuhnya sendiri.
Setibanya di rumah sakit, mereka segera menuju ruang pemeriksaan. Dokter William sedang menunggu dan terlihat siap menghadapi situasi ini. “Apa yang terjadi, Cello?” tanyanya dengan perhatian yang mendalam.
“Dokter, aku tidak bisa menggerakkan kakiku,” jawab Cello, suaranya bergetar.
Dokter William segera memeriksa Cello dengan teliti. Ia melakukan serangkaian tes dan pemeriksaan fisik, memperhatikan setiap detail reaksi Cello terhadap rangsangan.
Setelah beberapa saat, Dokter William meminta Cello dan orang tuanya untuk duduk di ruang konsultasi. Wajahnya serius, dan Lynne serta Gerald merasakan ketegangan di udara.
“Dari pemeriksaan yang saya lakukan, tampaknya Cello mengalami kekambuhan gejala yang mungkin terkait dengan penyakit ALS-nya,” jelas Dokter William. “Kita perlu melakukan beberapa tes tambahan untuk menentukan penyebab pasti dari kesulitan ini. Namun, penting untuk diingat bahwa kita akan melakukan yang terbaik untuk membantu Cello.”
Kata-kata dokter tersebut terasa berat di hati Cello. Meski ia tidak sepenuhnya mengerti apa arti semua itu, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak baik terjadi. “Apakah aku akan bisa bermain lagi, Dok?” tanya Cello, suaranya lembut.
Dokter William tersenyum penuh pengertian. “Kami akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu bisa bermain kembali, Cello. Tetapi kita perlu bekerja sama dan menjalani terapi yang lebih intensif,” jawabnya, berusaha memberikan harapan.
Lynne dan Gerald saling berpegangan tangan, berusaha menguatkan satu sama lain. Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi mereka berkomitmen untuk selalu berada di samping Cello, memberinya dukungan dan kasih sayang yang ia butuhkan.
Setelah pemeriksaan selesai, mereka kembali pulang dengan perasaan campur aduk. Cello merasa cemas, tetapi di dalam hatinya ada harapan bahwa dengan cinta dan dukungan orang tuanya, ia akan terus berjuang.
Dalam perjalanan pulang, Lynne dan Gerald berjanji untuk selalu mengingatkan Cello betapa kuatnya ia, dan bahwa mereka akan terus berjuang bersama untuk masa depan yang lebih baik. Cello tersenyum kecil, meskipun masih ada rasa khawatir, ia tahu ia tidak sendirian dalam perjalanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Cutie Baby [END]
FanfictionGeraldo dan Lynne adalah sepasang suami istri yang sudah tiga tahun menikah, namun masih belum dikaruniai seorang buah hati. mereka selalu mendambakan buah hati, hingga suatu hari, mereka menemukan bayi menggemaskan di pinggir jalan dalam keranjang...