36

271 57 9
                                    

"Gua udah minta tolong ke Junghwan buat ngambil sampel DNA Yucil diem-diem." Ujar Pharita yang duduk di samping Ruka seraya mematikan ponselnya.

"Oke, berarti kita tinggal tunggu sampelnya aja." Timpal Karina sambil merenggangkan tubuhnya.

Raut wajah Ahyeon terlihat tidak senang, ia ingin mengatakan sesuatu namun ia tak mau membuat wajah kakak kelas disekitarnya itu murung kembali. Rami yang berada di samping Ahyeon melirik sebentar kearahnya.

"Kenapa? ada sesuatu?" Bisik Rami yang membuat Ahyeon menatap kearahnya. Ahyeon pun berdehem, "Apa boleh kita percaya sama orang lagi setelah dikhianatin?"

Ucapan Ahyeon yang lumayan keras itu membuat semua orang menoleh kearahnya. Ahyeon yang sadar jika semua mata tertuju padanya itu jadi salah tingkah. "Ah...tolong abain ucapan gua tadi kak, gua cuma--"

"Hum! tapi gua sepemikiran kok sama lo Yeon." Sela Asa

Pharita, Ruka dan Karina pun mengangguk bersamaan. "Kita semua juga ragu buat minta tolong sama orang lain, apalagi setelah kejadian yang nggak-nggak. Karena hati manusia itu gampang di bolak-balikkan, jadi tentu aja kita semua takut kalau kejadian yang sama itu terulang." Jelas Pharita

"Tenang aja, Junghwan anak baik kok. Gua, Rita, Asa sama Karin udah kenal dia dari SMP. Cukup percaya aja sama dia." Ujar Ruka seraya memberikan senyumannya agar Ahyeon bisa lebih tenang.

Tak lama kemudian bel apartemen berbunyi.

"Junghwan kah? cepet amat..." Ucap Karina

"Biar gua yang cek." Pharita langsung bangun dari duduknya, ia berjalan kearah pintu dan membukanya. Raut wajah Pharita langsung berubah drastis melihat orang didepannya saat ini, dengan cepat Pharita menutup pintu kembali, namun dihalang oleh orang itu.

"Cukup bermainnya Pharita! sekarang ayo kita ke tempat lokasi buat pemotretan. Papa baru aja dapat tawaran dari brand pakaian." Titah Ayah Pharita seraya menarik tangan putrinya itu.

Pharita yang merasa risih pun menarik kasar tangannya. "Papa tau dari mana aku disini?" Delik Pharita dengan tatapan tak suka. "Masih ada temen-temen aku di dalam, cancel aja pemotretannya."

Serasa tertohok dengan ucapan Pharita, membuat rahang ayahnya mengeras dan darah yang mengalir di tubuhnya mengalir dengan cepat hingga ke kepala. "Kamu-- Bisa-bisanya bilang begitu ke papa!! kamu nggak tau sesusah apa papa cariin kamu kerjaan ini!!!???" Geram Ayah Pharita dengan nada rendah nya.

"Emang aku ada minta ke papa? kan semua itu papa yang ngelakuin buat keegoisan papa sendiri." Balas Pharita dengan santai namun ucapannya begitu dingin.

"K--KAMU--"

"Rita??" Tiba-tiba saja Ruka muncul di belakang Pharita. Matanya tertuju pada pria dewasa di ambang pintu dengan ekspresi yang menggebu-gebu karena marah, tanpa diberi tau pun Ruka bisa mengenali wajah familiar itu.

Ayah Pharita langsung merasa canggung karena kehadiran Ruka yang berada di belakang Pharita. Pasalnya orang tua Ruka merupakan teman bisnisnya, jadi tak mungkin ia menunjukkan sikap lancangnya.

"S-selamat siang om." Sapa Ruka seraya membungkukkan badannya

"O-ohh selamat siang nak Ruka..."

"Kenapa nih? Rita ada masalah sama papa nya? " Batin Ruka sambil menatap keduanya yang terlihat sedang tak bersahabat. Sedangkan Pharita sama sekali tak menoleh kearahnya.

"Ayo pa! kita ke lokasi pemotretan." Ucap Pharita yang memecahkan keheningan

Ayah Pharita menunjukkan ekspresi kaget karena sikap Pharita yang berubah secepat itu. "O-ohh.. iya ayo..."

Attract LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang