5 - Desperation

398 64 2
                                    

5 – Desperation

Jerome bisa melihat dan merasakan keputusasaan Aria. Dia berlutut di depan Jerome, tapi kedua tangannya terkepal erat. Dia sungguh punya tekad yang kuat. Well, meski itu mungkin alasan dia bisa bertahan menjadi sekretaris Jerome selama ini.

"Laporkan semua yang belum kamu laporkan padaku," tuntut Jerome.

Aria menganggukkan kepalanya yang tertunduk dalam. Ia menarik napas dalam, sebelum mengangkat kepala. Dengan ekspresi wajah terkontrol dan suara yang tenang, dia menceritakan apa yang ia lakukan dan alasan ia melakukannya.

Aria mendapat kabar jika kakaknya yang kabur dari rumah dan menikah dengan pria yang dicintainya, meninggal saat melahirkan sekitar sebulan yang lalu. Namun, bayinya menghilang dari rumah sakit. Dan dua minggu lalu, suami dari kakaknya menghubungi Aria dan meminta uang pada Aria dengan anak kakaknya sebagai jaminan.

Aria sudah memberikan uang yang diminta suami kakaknya, tapi ia ditipu dan pria itu tidak memberikan bayi kakaknya padanya, melainkan mengirim bayi itu ke panti asuhan. Dengan alasan, panti asuhan akan menjadi tempat yang lebih baik untuk anak itu daripada Aria yang tidak pernah mengurus seorang anak.

Karena itulah, Aria mencari semua panti asuhan di tempat terakhir kali suami kakaknya muncul sebelum dia menghilang. Dia bahkan tak berusaha mengejar atau mencari pria yang membawa kabur semua uangnya dan menipunya karena terlalu fokus mencari keponakannya.

Well, itu sesuai dengan informasi yang dimiliki Greg. Meski, alasan suami kakak Aria mengirim anaknya ke panti asuhan adalah kebohongan. Jika merunutkan semua puzzle informasi yang ia miliki, ditambah beberapa bukti yang berhasil dikumpulkan Greg sebelum Aria tiba di sini tadi, Jerome bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi.

Keponakan yang dicari Aria itu dijual di panti asuhan tempat Javier berada. Dan ketika Javier membawa anak itu kabur dari panti asuhan, dia bertemu dengan Jerome. Sekarang, bagaimana Jerome akan menyampaikan itu pada Aria?

***

Kenapa pria itu belum merespons juga? Dari ekspresinya, sepertinya dia tampak memikirkan sesuatu. Apa butuh waktu selama itu untuk memikirkan keputusan itu?

Tidak. Atau jangan-jangan, dia marah? Ugh. Aria bahkan tak bisa membaca ekspresinya. Ia hanya bisa menebak jika pria itu sedang marah atau tidak dari caranya bicara. Tidak dari ekspresinya yang selalu tampak dingin dan datar.

Uh ... berapa lama lagi Aria harus menunggu keputusan pria itu? Dia ingin Aria bagaimana sekarang?

Keheningan yang mencekam itu terpecahkan oleh suara tangisan bayi dari kamar tidur di suite room itu. Aria menoleh ke kamar tidur yang pintunya tertutup. Tak lama, pintu itu terbuka dan seorang anak laki-laki keluar menggendong seorang bayi di pelukannya.

"Ini waktunya dia minum susu lagi," ucap anak laki-laki yang sepertinya berumur enam atau tujuh tahun itu.

"Greg," Jerome memanggil asistennya.

"Saya akan menyiapkannya, Tuan," pamit Greg sebelum dia pergi, diikuti anak laki-laki itu.

Siapa anak itu? Dan apa-apaan dengan bayi yang digendongnya itu? Jangan bilang, mereka adalah anak rahasia dari ...

Aria menatap Jerome dengan mata terbelalak kaget. Ia bahkan tak pernah melihat Jerome dekat dengan wanita mana pun selain keluarganya. Lalu, bagaimana bisa dia ...?

"Namanya Javier," Jerome tiba-tiba berkata.

Javier?

"Javier Darwin."

Aria terbatuk karena tersedak ludahnya sendiri. Ia menepuk dadanya untuk menghentikan batuknya. Jadi, mereka benar-benar anak rahasia Jerome? Kapan pria itu ...?

Tunggu. Jika anak itu berumur tujuh tahun, mungkinkah itu adalah hubungan Jerome sebelum Aria menjadi sekretarisnya? Namun, bagaimana dengan bayi itu?

"Dan bayi itu," Jerome menyebutkan.

Apa dia bisa mendengar pikiran Aria?

"Kurasa kamu harus mengeceknya sendiri," lanjut pria itu.

Hah? Apa maksud pria itu?

Aria menoleh ke meja makan, tempat Greg membuatkan susu di botol dot untuk bayi di gendongan Javier. Lalu, dia menyerahkannya pada Javier. Sementara, anak itu mengecek suhu air susu di botol itu di punggung tangannya sebelum memberikannya pada bayi di gendongannya.

Anak itu lantas berjalan pergi kembali ke kamar dengan bayi yang sudah berhenti menangis dan kini sibuk menyedot susu dari botolnya. Wow. Anak itu ... Aria bisa melihat kemiripannya dengan Jerome. Dia bahkan tidak terganggu atau tampak penasaran sedikit pun dengan keberadaan Aria yang berlutut di depan Jerome seperti ini. Fokusnya hanya pada bayi itu.

"Javier adalah putraku," Jerome mengumumkan.

Wow. Dia benar-benar anak rahasia Jerome.

"Aku menemukannya saat dia kabur dari panti asuhan."

Aria mengernyit. Panti asuhan? Apakah ibu anak itu yang mengirimnya ke panti asuhan?

"Aku tak sengaja menemukannya saat menyelidikimu," ungkap pria itu jujur.

Tak sengaja menemukannya? What a cliché drama plot, huh?

"Anak itu kabur dari panti asuhan dengan bayi itu," Jerome melanjutkan. "Dia bilang, bayi itu dijual ayahnya di panti asuhan dan dia ingin menyelamatkan bayi itu dengan membawanya pergi dari panti asuhan."

Jantung Aria seolah jatuh ke lantai di bawahnya. Bayi itu dijual ayahnya ke panti asuhan?

"Orang-orang yang dikirim Greg setidaknya sudah mengidentifikasi jika ayah dari anak itu adalah suami kakakmu," terang Jerome.

Aria menahan napas. Tatapannya kembali ke pintu kamar tidur yang sudah kembali terutup itu. Itu berarti ... bayi itu adalah keponakannya?

"Informasi lainnya tentang panti asuhan itu sedang dalam penyelidikan Greg, jadi hanya itu yang bisa kuberikan padamu untuk saat ini," Jerome berkata. "Kurasa, akan lebih mudah jika kamu melakukan tes DNA."

Leher Aria tercekat. Apakah kebetulan seperti ini memungkinkan? Tidak. Lebih tepatnya, apakah keajaiban seperti ini memungkinkan?

Jika dia benar-benar adalah keponakan yang dicari Aria, maka ...

"Saya berjanji, saya akan membalas kebaikan Pak Jerome dan putra Pak Jerome, dengan cara apa pun," janji Aria sungguh-sungguh. Bahkan meski ia harus mengorbankan nyawa demi mereka, dia akan melakukannya.

***

Our Fake MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang