6 – Family
Pintu kamar tidur yang kembali terbuka membuat kepala Aria kembali menoleh ke sana. Tampak Javier keluar dengan Greg di belakangnya, membawa botol dot yang sudah kosong di tangannya. Greg membawa botol dot itu ke meja makan lebih dulu sebelum bergabung di ruang tamu dengan Javier yang sudah berdiri di sebelah sofa tempat Jerome duduk.
"Apa dia orangnya?" tanya Javier dengan tatapan tertuju pada Aria, tapi pertanyaannya itu tak ditujukan untuk Aria.
"Ya," Jerome menjawab.
"Apa identitasnya sudah dipastikan?" tanya anak itu lagi.
Wow. Bahkan meski anak itu tiba-tiba muncul seperti ini, tidak akan ada yang bisa mempertanyakan identitasnya sebagai putra Jerome. Mereka begitu mirip.
"Berdasarkan informasi dari Greg dan orang-orangku, ya," Jerome kembali menjawab. "Kita hanya perlu melakukan tes DNA untuk kepastian akhirnya."
"Apa dia akan membawa anak itu bahkan sebelum hasil tesnya keluar?" Javier terdengar tak setuju.
"Ya," jawab Jerome. "Tapi, aku bisa menjamin identitasnya dan dia tidak akan melakukan hal yang buruk pada anak itu. Aku juga akan mengirim beberapa orangku untuk membantu mengasuh anak itu dan untuk menjaga keselamatannya. Apa kamu puas dengan itu?"
"Hm. Baiklah," jawab Javier pendek.
Jerome kemudian menatap Aria dan berkata, "Terlepas dari situasi keponakanmu sekarang, tanpa anak ini, dia tidak akan bisa keluar dari panti asuhan itu. Pun jika kamu datang ke panti asuhan itu, kamu belum tentu bisa menemukannya karena sepertinya mereka memang sindikat human trafficking. Jadi, aku tak butuh kamu membalas apa yang kulakukan untuk keponakanmu itu, tapi lakukan yang terbaik untuk membantu Javier ke depannya."
Seperti yang dikatakan Jerome, Javier yang membawa keponakannya keluar dari panti asuhan itu. Anak yang mungkin masih berusia tujuh tahun itu, kabur dari panti asuhan, menghadapi bahaya, untuk menyelamatkan keponakannya itu dari panti asuhan.
"Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Tuan Muda Javier," ucap Aria sembari membungkuk pada Javier. "Apa pun perintah Tuan Muda, saya akan ..."
"Tidak perlu," tukas anak itu, menyela kalimat Aria.
Huh?
"Kamu tidak perlu melakukan apa pun selain memastikan anak itu tumbuh dengan baik," Javier berkata.
Aria mengangkat wajah dan menatap wajah anak itu. Lehernya tercekat oleh emosi selama beberapa saat. Haru akan kesungguhan anak itu.
"Setidaknya dia punya keluarga yang peduli padanya," lanjut Javier. "Itu sudah cukup."
Aria mengernyit. Dadanya terasa sakit mendengar kata-kata itu. Anak itu berbicara seolah dia tidak memiliki keluarga. Padahal, dia adalah ...
"Kamu juga punya keluarga," Jerome menanggapi. "Bukankah kamu seorang Darwin?"
Javier menoleh pada Jerome sesaat, tapi ia tak mengatakan apa pun dan kembali menatap Aria.
"Arvy," Javier tiba-tiba berbicara.
Aria mengerutkan kening, tak mengerti.
"Nama anak itu Arvy. Aku sempat bertanya pada ayahnya sebelum dia pergi setelah menjual anak itu. Dia bilang, itu adalah nama yang diberikan ibunya," terang Javier.
Ah, Aria mendadak ingin menangis. Silvy, kakaknya, pernah menyebutkan jika dia ingin menyelipkan nama Aria untuk nama anaknya kelak. Dan dia menepatinya. Meski, jika bukan karena Javier, Aria mungkin tidak akan pernah bisa mengetahuinya.
"Terima kasih, Tuan Muda," ucap Aria tulus. "Saya berjanji, saya akan memastikan Arvy tumbuh dengan baik."
Javier tak menanggapi. Dia lantas menoleh pada Jerome dan berkata, "Jika urusanku sudah selesai, aku bisa pergi, kan? Arvy bisa menangis jika dia terbangun sendirian."
Jerome mengangkat alis. "Tapi, kamu tidak lupa, kan? Besok pagi kita akan pergi dari sini dan bayi itu akan dibawa keluarganya."
"Aku tahu," tukas Javier pendek, sebelum melangkah pergi menuju kamar tidur.
"Karena kamu punya tugas penting dari Javier setelah ini, aku tidak akan menghukummu. Tapi, ini terakhir kalinya kamu melakukan hal seperti ini, Aria. Kamu mengerti?" Jerome berbicara begitu Javier masuk ke kamar tidur, penuh peringatan.
"Saya mengerti, Pak. Saya akan memastikan hal seperti ini tidak akan terulang lagi," janji Aria, sungguh-sungguh.
Ia harus mendedikasikan dirinya pada Jerome, dan juga Javier, untuk membalas kebaikan mereka yang telah mengembalikan keponakan Aria padanya.
***
"Anak itu akan baik-baik saja," Jerome berbicara ketika Javier masih saja menatap ke kaca spion untuk melihat ke belakang, ke arah Aria dan keponakannya yang mereka turunkan di depan rumah kakak Aria.
"Aku tahu," jawab Javier. "Dia beruntung. Dia masih punya keluarga yang mencarinya."
"Hm ... apa akan lebih baik jika aku lebih cepat menemukanmu?" Jerome menyinggung.
"Tidak," jawab Javier sembari mengalihkan tatap dari spion setelah mobil berbelok dan rumah kakak Aria tak lagi tampak. Namun, kini tatapannya tertuju keluar jendela mobil. "Kamu mungkin tidak akan tertarik untuk mengadopsiku karena aku hanya anak yang tak berguna sebelum ini."
Jerome mengernyit. Anak ini ...
"Lagipula, aku bukan benar-benar anakmu. Tidak ada alasan bagimu untuk mencariku," tandas anak itu. "Well, meski bisa dibilang, aku juga beruntung bertemu denganmu dan menarik perhatianmu."
"Apa kamu pikir, hanya itu alasanku mengadopsimu?" tantang Jerome.
"Memangnya ada alasan lain?" balas Javier, masih menatap keluar jendela. "Kamu tertarik karena melihat aku mungkin akan berguna, lalu mengadopsiku. Dan itulah alasanku menjadi seorang Darwin sekarang."
Ah, mendengar anak itu mengucapkannya seperti itu, Jerome jadi bertanya-tanya. Benarkah hanya karena itu?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fake Marriage
RomanceKetika menyelidiki sekretarisnya, secara kebetulan, Jerome bertemu anak laki-laki berusia tujuh tahun yang kabur dari panti asuhan dengan bayi di gendongannya. Memutuskan jika anak itu akan berguna, Jerome mengadopsinya. Namun, ia sama sekali tak ta...