.
.
.
.
.
Jangan lupa di votmen ya
.
.Seorang namja manis, sedang bersepeda menuju tempat kerjanya, terlihat senyum manis yang tak pernah luntur diwajahnya,
Namja itu bernama Jungkook, seorang anak yatim piatu yang bekerja di sebuah kafe kecil.Kehidupannya mungkin tampak sederhana, bahkan berat, tapi senyum manis selalu menghiasi wajahnya, seolah tidak ada kesedihan yang mampu menghapusnya.
Pagi itu, Jungkook mengayuh sepeda tuanya di jalanan yang tenang, di bawah sinar matahari yang masih hangat dan lembut. Meski hidupnya sulit, dia selalu menemukan cara untuk menikmati setiap momen kecil dalam hidupnya. Mungkin karena dia tahu bahwa kehidupan, seberat apa pun, adalah anugerah yang harus disyukuri.Saat tiba di kafe, Jungkook segera mengunci sepedanya dan bergegas masuk. Aroma kopi segar dan roti panggang yang baru keluar dari oven menyambutnya. Kafe itu tidak besar, tapi nyaman, dengan jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk menerangi setiap sudut ruangan. Jungkook menyapa rekan kerjanya dengan senyuman cerah sebelum mulai bekerja.
“Pagi, Jungkook!” sapa Jimin, salah satu rekan kerjanya. “Seperti biasa, kau selalu datang tepat waktu.”
Jungkook tertawa kecil. “Tentu saja, aku tidak mau membuat pelanggan menunggu, hyung,” jawabnya sambil mengenakan apron dan mulai menyiapkan mesin kopi.
Pagi itu, kafe mulai ramai oleh pelanggan yang datang untuk menikmati sarapan atau kopi pagi mereka. Jungkook selalu melayani dengan ramah, memastikan setiap pesanan dipenuhi dengan senyum yang tulus.
.
.
.
.Di sebuah ruangan yang gelap dan dingin, suasana terasa sangat mencekam. Cahaya lampu redup menggantung dari langit-langit, berayun pelan, seolah mengikuti detak jantung orang yang kini tergeletak babak belur di lantai. Di hadapannya, seorang pria berdiri tegak dengan tatapan tajam yang menusuk, mata hitamnya seolah bisa menembus jiwa.
Namja tampan itu adalah Taehyung, seorang mafia yang dikenal kejam dan tak kenal ampun. Dia adalah sosok yang paling ditakuti oleh banyak orang, baik di kalangan musuh maupun bawahannya sendiri. Kehadiran Taehyung selalu diiringi rasa takut dan hormat, karena dia tidak segan-segan menghabisi siapa saja yang berani menentangnya.
"Jawab aku," suaranya terdengar tenang namun mengandung ancaman yang jelas. "Siapa yang menyuruhmu mengambil barang-barangku?" Taehyung memandangi pria di hadapannya yang tampak sudah tak berdaya.
Pria yang babak belur itu hanya menggelengkan kepalanya, dengan darah mengalir dari sudut bibirnya. Dia tahu konsekuensinya jika mengungkapkan siapa dalangnya, tapi dia juga tahu nasibnya bisa lebih buruk di tangan Taehyung.
Melihat orang itu tetap bungkam, Taehyung menarik napas panjang, lalu mengisyaratkan kepada salah satu bawahannya yang berdiri di sudut ruangan. Orang itu segera menghampiri, membawa sebuah tongkat logam yang dingin. Taehyung mengambil tongkat itu dengan satu tangan, mengayunkannya perlahan-lahan.
“Aku tidak punya banyak waktu untuk permainan ini. Jika kau tidak mau bicara, aku akan memastikan kau tidak bisa bicara lagi selamanya,” ucap Taehyung dingin, sambil mengarahkan tongkat itu ke dagu pria tersebut, membuatnya menatap langsung ke matanya. Tatapan Taehyung begitu datar, seolah dia tidak mempedulikan apakah orang di depannya ini hidup atau mati.
Pria itu tampak gemetar. Keringat dingin mengucur deras, namun mulutnya tetap terkunci. Taehyung menahan senyum kecil di bibirnya, seolah menikmati ketakutan yang terpancar dari pria itu. Dia kemudian menoleh ke bawahannya. “Sepertinya kita harus mencoba metode lain.”
Bawahan Taehyung, seorang pria bertubuh kekar bernama Minho, segera melangkah maju dengan tatapan serius. Tanpa banyak bicara, dia membuka tas kecil yang dia bawa dan mengeluarkan beberapa peralatan yang tampak tidak ramah—pisau kecil, jarum suntik, dan beberapa benda lain yang sepertinya dirancang untuk menyakiti. Pria yang berkhianat itu semakin pucat.
Taehyung mendekatkan wajahnya ke pria tersebut, berbicara dengan suara hampir berbisik. "Kau sudah mencuri dariku dan mengkhianati kepercayaan yang kuberikan. Dan itu bukan sesuatu yang bisa kubiarkan begitu saja. Apa yang sebenarnya kau pikirkan saat mengambil barang-barang itu?"
Pria itu tampak akan mengatakan sesuatu, tetapi kemudian menutup mulutnya lagi.Dia memberi isyarat kepada Minho, yang dengan cepat mendekati pria tersebut dan mulai mengancamnya dengan jarum suntik di tangan.
"Ini suntikan yang akan membuatmu merasakan sakit tak tertahankan selama berjam-jam," kata Minho dingin, jarum suntik berisi cairan bening itu kini sudah dekat dengan leher pria itu. "Jadi, aku sarankan kau mulai bicara."
Pria itu akhirnya tidak mampu menahan lagi. Dia mulai terisak, dan dengan suara bergetar, dia berkata, "Aku... aku disuruh oleh seseorang... Dia bilang kalau aku berhasil, dia akan membayarku lebih dari yang kau tawarkan."
Taehyung menaikkan alisnya. "Seseorang? Siapa orang itu?"
Pria itu tampak ragu, tetapi ketika Minho menekan jarum lebih dalam, dia pun akhirnya bersuara. "Namanya... Prak bogum. Dia yang mengatur semua ini."
Taehyung tersenyum smirk, "ternyata teman lama yang sudah menjadi musuh" gumam taehyung
"Bagus, aku akan memberikan mu hadiah, karena sudah jujur padaku"
"Terima ka-"
DORRRR...
sebelum pria itu, menyelesaikan ucapan nya sebuah peluru sudah melesak kedalam tempurung kepala nya, siapa lagi kalau bukan ulah taehyung.
"Ini lah hadiah, orang yang sudah berani berkhianat dengan ku" ucap taehyung, tersenyum smirk
"Kalian urus mayatnya" perintah taehyung dan pergi meninggalkan tempat itu.
......
Di tempat lain, saat ini jungkook masih berada di cafe, hari ini sangat ramai pelanggan membuat mereka jadi tidak bisa beristirahat.
pintu kafe terbuka dan seorang pria tampan dengan aura menakutkan masuk. Taehyung, pemimpin mafia yang dikenal sebagai sosok yang tak terkalahkan, mencari tempat untuk bersantai setelah drama yang menguras emosinya. Dia melihat Jungkook di belakang meja kasir, sibuk meracik minuman.
"Espresso, cepat," perintah Taehyung, suaranya dalam dan penuh otoritas.
Jungkook terkejut mendengar suara itu, tetapi segera menguasai dirinya. "Tentu, sebentar," jawabnya, berusaha tampil tenang meskipun jantungnya berdegup kencang.
Saat Jungkook menyiapkan minuman, dia merasakan tatapan Taehyung yang tajam tertuju padanya. Ketika Jungkook menyerahkan espresso kepada Taehyung, pandangan mereka bertemu, dan dalam sekejap, Jungkook merasakan ketegangan yang aneh. Taehyung terlihat berbeda dari namja lain yang pernah dia temui; ada sesuatu dalam tatapan itu yang menarik dan menakutkan sekaligus.
“Apa kau selalu bekerja di sini?” tanya Taehyung, memperhatikan Jungkook dengan seksama.
“Ya, sudah beberapa bulan,” jawab Jungkook, berusaha tidak menunjukkan ketidaknyamanan.
Taehyung mengangguk, menyimpan perasaan tertarik yang semakin menguat.
Setelah meletakkan minuman nya, jungkook pun segera pergi, karena ia benar-benar tidak nyaman dengan tatapan taehyung kepada nya.
Taehyung tersenyum smirk melihat kepergian jungkook
"Menarik, kau milikku" batin taehyung
TBC
.
.
.
.Semoga kalian suka jangan lupa di kasih komentar biar author semangat lanjutannya
See you gyus
