21. Kawan atau lawan? Pilihlah!

152 24 40
                                    

Setelah keluar dari sekolah, Halilintar segera mencari keberadaan Fang. Dengan hati-hati, ia mengikuti Fang dari kejauhan. Fang berjalan dengan santai, seakan tidak menyadari bahwa ia sedang diikuti.

Setelah berjalan cukup jauh, Fang akhirnya berhenti di depan sebuah rumah tua yang terlihat angker. Rumah itu dikelilingi oleh pagar besi yang berkarat dan sebagian besar jendelanya sudah pecah. Halilintar bersembunyi di balik semak-semak, mengamati dari jauh.

Fang membuka gerbang besi itu dan masuk ke dalam rumah. Halilintar ragu-ragu untuk mengikutinya. Namun, rasa penasarannya jauh lebih besar daripada rasa takutnya. Dengan hati-hati, ia masuk ke dalam rumah tua itu.

Di dalam rumah, suasana sangat gelap. Debu menyelimuti setiap sudut ruangan. Halilintar menyalakan senter ponselnya untuk menerangi jalan. Ia berjalan dengan hati-hati, takut jika ada jebakan atau suara yang tiba-tiba muncul.

Ia menemukan Fang sedang duduk di sebuah kursi tua, menatap kosong ke luar jendela. Di sekitar Fang, terdapat banyak buku-buku dan ada sebuah tas sekolah milik Fang.

"Jadi, lo udah nyampe juga," ucap Fang tanpa menoleh.

Halilintar terkejut. "Lo tahu kalau gue ngikutin lo?"

Fang tersenyum sinis. "Tentu saja. Sejak tadi gue udah ngerasain kehadiran lo."

"Halilintar, biasa dipanggil Hali. Punya kemampuan lihat kematian dan musibah yang akan terjadi di masa depan. Hmm, lihat cara gue mati di masa depan dong!" Fang berkata sebelum tertawa.

"Lo tahu itu dari mana hah?" Halilintar berteriak, dia berjaga-jaga sambil mundur beberapa langkah.

"Dari mana ya? Coba tebak sendiri," kata Fang, netra merahnya bersinar, pemuda itu melepaskan kacamatanya lalu menatap netra ruby milik Halilintar.

"Lihat, gue bakal mati kayak gimana?" tanya Fang.

Seketika kemampuan Halilintar aktif tanpa sengaja, dia tersentak, jiwanya ditarik pada kejadian di masa depan. Anehnya kematian Fang terjadi karena melindungi mereka. Apa maksudnya ini? Fang akan berteman dengan mereka?

Halilintar tersadar, napasnya tersengal-sengal, tangan pemuda itu memijat pelipisnya sendiri.

"Jangan dijelasin, kalau gue tahu kematian gue lebih awal, masa depan yang gak diinginkan bakal berubah." Fang memakai kacamatanya lagi, dia duduk kembali di kursi tua.

"Apa yang lo inginkan dari kami?"

"Kemampuan kalian lah, apa lagi yang bisa dimanfaatin dari kalian selain itu?" Fang bertanya, tetapi tanpa dijawabpun, mereka sudah tahu jawabannya.

"Boleh gue tahu apa kemampuan lo?" Halilintar bertanya.

Fang menopang dagunya dengan tangan kanan, dia tersenyum sinis. "Gue yakin lo udah tahu," jawabnya.

"Jadi lo yang ngendaliin tubuh pembully itu buat fitnah Solar?"

"Hmm, mungkin iya."

Fang menjawab dengan jawaban yang tidak pasti. Itu membuat Halilintar menghela napas panjang.

"Lebih baik lo secepatnya pergi dari sini," saran Fang, senyumannya masih sinis.

"Oke. Gue juga ogah lama-lama di rumah gak terawat kayak gini," kata Halilintar, dia masih menyalakan senter ponselnya lalu berbalik pergi meninggalkan Fang yang berekspresi datar.

Halilintar harus menceritakan tentang Fang pada semua sahabatnya. Mungkin reaksi Taufan, Blaze dan Duri akan heboh dan meminta Halilintar untuk menyelidiki Fang.

Sedangkan Gempa akan khawatir dan Ice tenang saat Halilintar bercerita nantinya.

Kalau Solar sih, Halilintar tidak tahu pemuda bernetra silver itu akan menunjukkan respon seperti apa tentang orang yang memfitnah Solar mesum bersama Shielda. Sampai-sampai Solar terpaksa berbohong kalau dia ingin melecehkan Shielda agar kakak kelasnya itu tak kena hukuman.

Tatap Mataku (Halilintar fanfiksi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang