CHAPTER 19

1.6K 230 68
                                    

4 tahun sudah berlalu. Farrel membesarkan gracie dengan segala usaha dan pengorbanan. Perjalanan kisah Farrel dengan putrinya tidak berjalan semulus yang Farrel rencanakan.

Dimana di berapa bulan awal Farrel tinggal di Jogja, Michi harus kembali ke Jakarta. Karena kondisi ibu Michi waktu itu sudah menurun. Kepergian Michi membuat pekerjaan Farrel semakin sulit. Dimana ia harus menjaga sang putri seorang diri.

Selama dua tahun itu pula Farrel memulai sebuah usaha. Farrel mendirikan sebuah rumah makan. Rumah makan yang ramah untuk dompet mahasiswa, buruh, bahkan Farrel menggeratis kan makanan, khusus untuk orang kurang mampu.

Farrel sukses membesarkan rumah makan impian Farrel dan sahabatnya. Sahabat masa kecilnya dulu juga mempunyai mimpi yang sama dengannya. Mimpi untuk membangun sebuah rumah makan, kemudian di gratiskan untuk orang kurang mampu. Tapi sepertinya sahabatnya sudah lupa dengan impiannya itu.

Farrel berdiri menatap rumah makan yang telah ia bangun dengan keringat nya itu dengan penuh bangga. Farrel tidak menyangka jika dirinya akan sukses mewujudkan mimpinya itu. Bahkan sekarang rumah makan yang ia beri nama "FGM" itu sudah ingin membuka cabang ketika.

"FGM" adalah singkatan dari Farrel, Gracie, dan Marsha. Ya, kalian tidak salah. Farrel memasukkan nama Marsha ke dalam nama rumah makan miliknya. Teryata Farrel sama sekali tidak bisa melupakan cinta pertamanya ini, bahkan setelah luka yang ia berikan Farrel sama sekali tidak bisa membenci gadis itu.

"Papa" panggil seorang anak kecil yang menghampiri Farrel.

Tatapan Farrel teralih pada gadis kecil di sampingnya. Gadis yang menjadi alasan untuk dirinya tetap semangat. Gadis kecil itu ialah Gracie Alana samudra sang penyemangat Farrel.

"Iya kenapa sayang" Farrel mengelus pipi kembung gracie. Bagi Farrel sekarang gracie adalah prioritas utamanya.

"Kapan mama akan pulang" tanya gadis mungil itu dengan tatapan polos.

Farrel sebenarnya cukup sakit dengan pertanyaan putrinya. Ia merasa sakit karena tidak bisa memberikan keluarga yang lengkap untuk gracie.

"Sabar ya sayang, mama masih sibuk. Kalo mama gak sibuk mama pasti pulang kok" ucap Farrel berbohong.

Ini bukan kali pertama Farrel membohongi Gracie. Farrel sangat sering menjawab dengan jawaban yang sama ketika Gracie bertanya di mana ibunya. Walaupun sebenarnya Farrel tidak tega untuk membohongi putri kecilnya.

"Itu Mulu jawaban papa, gracie udah bosan dengan jawaban papa. Atau Jagan-Jagan gracie gak punya ibu" ucap gracie dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.

"Nak Jagan ngomong gitu, gracie punya mama kok. Tapi mama gracie lagi sibuk jadi gak bisa pulang" Farrel berusaha untuk membujuk Gracie.

"Gracie mau mama" kemudian gracie berlari ke dalam rumah makan meninggalkan Farrel seorang diri di depan sana.

Farrel memijit pelipisnya. Ia bingung bagaimana caranya untuk membawa gracie menemui ibunya. Farrel tidak yakin kalo Marsha mau menerima gracie sebagai anaknya.

Di dalam sana gracie sedang di tenangkan oleh seorang wanita pelayan di rumah makan ini.l Perempuan yang secara diam-diam menaruh perasaan pada duda satu anak itu.

"Gracie kenapa nagis" tanya perempuan itu pada gracie.

"Tante ge, sebenarnya gracie ini punya mama atau.... tidak" tanya Gracie yang masih menagis.

Wanita yang bernama Gracia itu agak Shok dan sedikit merasa kasian dengan pertanyaan gracie. Bagaimana tidak, seorang anak kecil yang berusia empat tahun, yang seharusnya tumbuh dengan kasih sayang seorang ibu. Namun tidak dengan gadis depannya ini, gadis di depannya ini belum pernah merasakan apa itu kasih sayang seorang ibu. Bahkan anak di depannya ini selalu bertanya kepada dirinya sendiri apakah ia mempunyai ibu?.

𝙇𝙐𝙆𝘼 𝙂𝙍𝘼𝘾𝙄𝙀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang