CHAPTER 22

1.6K 234 35
                                    

Di pagi hari Farrel bangun lebih awal dari biasanya, ia harus mempersiapkan barang barang yang akan ia bawa ke jakarta nantinya.

Ada keperluan apa Farrel ke jakarta?

Farrel pulang ke jakarta untuk menghadiri resepsi pernikahan adik kecilnya. Ya, adik kecilnya Farrel atau kerap di panggil Michi akan segera melepas masa lajangnya. Michi akan menikah dengan seorang pria yang ia pilih sebagai imamnya.

Setelah menyiapkan semua perlengkapan yang ia butuhkan nantinya di jakarta. Farrel membersihkan diri terlebih dahulu.
Farrel menghabiskan waktu beberapa saat di dalam kamar mandi, ia keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih fresh. Setelahnya Farrel berjalan ke arah kamar putrinya.

Tok!!

Tok!!

"Nak, Bagun yok. Kita harus pulang kerumah nenek loh" ucap Farrel dari luar.

Farrel Menunggu beberapa saat, namun tidak ada jawaban dari sang empu. Farrel memenggang knop pintu kemudian memutarnya.

Cklek!

Pintu terbuka. Ternyata sang empu tidak mengunci pintu kamarnya. Farrel segera masuk ke dalam kamar sang putri. Kemudian ia mulai mendekati ranjang putrinya yang masih tertidur pulas di bungkus selimutnya.

"Di bangunin kasian, kalo gak di bangunin yang ada telat nantinya" gumam Farrel sambil sedikit mengelus pucuk kepala gracie.

"Sayang, bangun yok, kita udah mau telat nih"

Sang empu yang mulai merasa terganggu, sedikit demi sedikit membuka matanya. Ketika ia membuka matanya, pemandangan yang pertama kali ia Lihat adalah ayahnya. Ayah yang selalu berusaha untuk membahagiakan dirinya.

"Ayah peyuk" ucap gracie. Farrel membentangkan tangannya agar sang empu memeluknya. Gracie hanya akan menunjukkan sifat manjanya ini hanya kepada Farrel seorang, Gracie belum pernah menunjukkan sifat manjanya itu kepada orang lain bahkan Gracia yang tergolong dekat dengannya saja tidak pernah melihat sifat manjanya ini.

"Udah ya peyuk nya, sekarang mandi. Jagan sampai kita ketinggalan pesawat. Gracie gak mau kan kalo kita gak jadi pergi ke jakarta" peringat Farrel.

"Gak papah, gracie gak mau ketingalan pesawat. Gracie mau ke jakarta agar segera bertemu dengan mama" ucap gracie dengan semangatnya. Kemudian gracie bangun dari ranjangnya, ia mengambil handuknya kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Di saat gracie sedang membersihkan dirinya. Farrel meyiapkan pakaian untuk gracie gunakan. Ia sedikit berfikir, apakah nantinya ketika ia mengajak marsha untuk bertemu hanya untuk sekedar bertemu dengan gracie, apakah ia akan mau?. Pertanyaan itulah yang saat ini melintas di pikiran Farrel.

Gracie bukan tipikal anak yang susah di atur, ia akan selalu patuh pada apa yang di suruhkan padanya. Gracie adalah anak yang mandiri, buktinya jika anak lain yang seusia nya masih di mandikan oleh ibunya, tapi tidak dengannya ia sudah bisa mandi sendiri tanpa harus di mandikan. Bahkan hingga kini ia masih belum merasakan bagaimana rasanya di mandikan oleh ibunya.

"Makan sendiri, mandi sendiri, tidur juga sendiri. Kapan ya aku bisa rasain tidur bareng mama, makan di suapin mama, di mandiin mama. Tuhan, aku mau banget ngerasain rasanya punya Mama seperti kawan kawan ku. Aku iri banget waktu mereka ceritain tentang mama Mereka, aku iri aku iri tuhan"

gracie selalu menunjukkan sisi lemahnya itu di depan cermin kamar mandi. Gadis kecil yang terus menerus menunjukkan ke orang-orang kalo dirinya itu kuat, dirinya bisa tumbuh tanpa ibu. Namun kenyataannya gracie selalu iri ketika seorang anak bermain dengan ibunya. Ia selalu iri. Bahkan di setiap doanya gracie selalu berdoa agar di pertemukan dengan ibunya, walau hanya untuk satu hari saja. Cermin kamar mandi adalah saksi betapa lemahnya seorang gracie.

𝙇𝙐𝙆𝘼 𝙂𝙍𝘼𝘾𝙄𝙀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang