CHAPTER 26

1.6K 231 44
                                    

-10:00 rumah makan-

Gracia tengah mengecek pendapatan rumah makan. Gracia Sagat fokus sampai dirinya tidak sadar jika dirinya hanya tersisa sendirian di sana, karena para pekerja yang lain sudah pulang terlebih dahulu.

Merasa semuanya sudah selesai, Gracia langsung memasukkan pendapatan rumah makan ke dalam brankas khusus yang di sediakan oleh Farrel untuk menyimpan setiap pendapatan rumah makan.

Gracia keluar dari ruangannya, ia baru sadar kalau dirinya hanya sendirian disana. Gracia langsung merinding. Gracia bergegas untuk keluar dari dalam rumah makan karena takut kalo dirinya akan berjumpa dengan makhluk yang tak kasat mata.

Setelah mengunci rumah makan. Gracia bergegas untuk segera pulang ke rumah. Ia menunggu taksi yang ia pesan di pinggir jalan. Di tengah itu semua, pikirannya tertuju pada Farrel.

Gracia khawatir jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada pria yang sudah ia kagumi secara diam-diam.

"Farrel lagi ngapain ya sekarang, apa dia baik-baik saja. Besok Kalo Farrelnya gak datang langsung aku datangi aja rumahnya, kasian Gracie kalo harus rawat Farrel sendirian." Gracia bermolog dengan dirinya sendiri.

"Permisi, atas nama Gracia?," Tanya supir taksi yang baru sampai.

"Iya pak." Jawab Gracia.

Gracia masuk ke dalam mobil. "Pak nanti tolong mampir ke minimarket dulu ya, saya mau beli sesuatu." Pinta Gracia pada supir.

"Anu mbak, minimarket jauh dari sini, kalo ada pun ada palingan jauh dari daerah sini mbak." ucap sang supir.

"Gak pa-pa pak, nanti saya bayar lebih" Gracia tetap ingin ke minimarket walau ia harus membayar lebih.

"Baik kalo gitu mbak" bapak supir mulai menjalankan kendaraan mencari minimarket terdekat di daerah sana.

________

Menyadari malam semakin larut. Farrel mengajak anak dan mantan istrinya untuk segera pulang, karena besok gracie harus pergi kesekolah.

"Pulang yok, udah malam. Gracie harus sekolah besok." ajak Farrel pada dua wanita di depannya.

"Ish ayah, gracie masih mau main sama mama." gracie menolak untuk pulang karena merasa belum puas bermain bersama dengan ibunya.

"Kan besok bisa main lagi. Kamu harus sekolah besok nak." Farrel berusaha untuk membujuk Gracie.

"Gracie mau pulang, tapi ada satu syarat," gracie sedikit tersenyum.

"Apa syaratnya." tanya Farrel.

"Mama harus ikut kita pulang" gracie menunjukkan senyum jahil, sedangkan Farrel menepuk jidatnya.

"Sayang, mama belum bisa tinggal bareng kita. Besok kan bisa ketemu mama lagi," Farrel tidak mau mengiyakan permintaan gracie karena Farrel takut para tetangganya akan membicarakan dirinya.

"Iss gak mau, kalo gitu gracie gak mau pulang," gracie melipat kedua tangannya, dan juga memanyunkan bibirnya.

"Tap-"

"Udah rel, ayo pulang aku bakal nginap semalam disana" marsha menengahi anak dan ayah itu.

"Tapi sha, apa kata tetangga nanti"

"Gausah dipikirin, ini semua demi gracie, aku ingin membayar semua kewajibanku sebagai ibu gracie yang selama ini tidak aku jalankan."

"Baiklah, ayo pulang." Farrel memberikan respon yang tidak excited sama sekali.

"Apa Farrel masih gak suka sama aku" batin Marsha karena respon Farrel tergolong biasa-biasa saja.

"Kok Marsha malah cemberut, apa gara-gara respon gue tadi ya" batin Farrel yang melihat marsha malah cemberut.

𝙇𝙐𝙆𝘼 𝙂𝙍𝘼𝘾𝙄𝙀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang