23. Terbakar

128 33 5
                                    

Asteria menatap langit – langit kamarnya sebelum dia tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asteria menatap langit – langit kamarnya sebelum dia tidur. Asteria menghembuskan napas dengan kasar, bayangan tentang Justin yang memberitahu pernikahannya itu nyata, kini bermunculan pada kepalanya. Jujur saja Asteria masih terkejut, namun meski begitu dia merasakan kelegaan yang luar biasa.

Hubungan palsu antara dirinya dengan Jinan dan Vian sudah berakhir, tinggal Asteria memberikan uang denda pada mereka. Asteria sangat berharap, setelah ini hidupnya lebih baik lagi dan dia tidak hidup penuh dengan ketakutan. Asteria juga mulai sekarang hanya akan bekerja sebagai pemilik dari Cafe dan Toko bunga yang dia bangun selama ini dengan hasil jerih payahnya.

"Tadi gue udah kunci Cafe dan Toko bunga, gue juga udah matiin listriknya. Udah aman, sekarang gue harus tidur dan esok hari gue akan menjalani aktifitas gue sebagai pemilik Cafe dan Toko bunga, bukan sebagai istri kontrak dari orang lain." Monolog Asteria yang sudah menjadi rutinitasnya sehari – hari jika akan tertidur.

Merasa semua sudah aman, Asteria mulai memejamkan kedua kelopak matanya. Namun baru saja Asteria akan memasuki alam mimpi, tiba – tiba dia dikejutkan oleh suara ledakan dari arah bawah, yaitu bagian Cafe nya.

Asteria dengan cekatan bangun dari tidurnya, apalagi dia merasa mulai kegerahan, padahal pendingin ruangan di kamarnya menyala.

"Jangan – jangan, Ya Tuhan!" Pekik Asteria, tanpa mempedulikan barang – barangnya, Asteria membuka pintu kamarnya.

Dia berlari dengan kencang, namun saat dia akan menuruni tangga, mata Asteria terbelalak, Asteria melihat kobaran api yang mulai melahap semua isi dari Cafe dan Toko bunga miliknya.

"Uhuk, uhuk!" Asteria terbatuk saat hidungnya mencium bau asap. Buru – buru dia menutup hidungnya.

Jantung Asteria berdetak sangat kencang, matanya mulai berkaca – kaca , Cafe dan Toko bunga yang dia bangun atas jerih payahnya kini mulai terbakar.

Namun dia tetap melangkahkan kakinya, dia berpikir harus keluar sesegera mungkin darisini. Dia harus berusaha menyelamatkan diri.

Mata Asteria sungguh pedih, asap yang keluar sangat tebal, tidak ada cahaya lampu, hanya ada cahaya dari api sebagai penerang. Dia berjalan cepat tapi penuh dengan waspada, masih ada waktu untuk dia keluar darisini, karena kebetulan arah ke pintu keluar masih belum banyak api.

'Brak!'

Meski Asteria sudah sewaspada mungkin, tetap saja dia tidak bisa menghindar dari sebuah balok kayu yang terjatuh dan menimpanya. Membuat Asteria terjatuh. Dengan perlahan demi perlahan kelopak mata Asteria mulai tertutup. Asteria kehilangan kesadaran.

**

Vian baru pulang bekerja, semenjak hubungan palsu antara dirinya dan Asteria berakhir, Vian lebih banyak menghabiskan waktu untuk sibuk bekerja. Vian kini tengah mengendarai mobil berwarna putih miliknya, dia sengaja mengambil jalan ini, jalan menuju Cafe milik Asteria.

Hi, Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang