21. Ini nyata?

148 35 14
                                    

Jinan menghembuskan napasnya dengan kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jinan menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia baru saja selesai mengajar. Jinan selalu keluar terakhir dari kelasnya, dia lebih mendahulukan para mahasiswanya untuk keluar. Baru saja Jinan akan keluar dari kelas, Jinan kini dihadang oleh dua pria memakai pakaian berwarna hitam dan berbadan tegap.

Tentu Jinan tidak takut pada kedua pria ini, dia pandang sinis mereka, "minggir. Kalian menghalangi jalan." Ketusnya.

"Minggir." Dari belakang kedua pria itu, kini terdengar suara pria lain. Anehnya, kedua pria berbadan tegap dan berwajah seram itu menggeser tubuhnya.

Tatapan mata Jinan semakin sinis, tatkala melihat pria yang baru saja berhasil membuat kedua pria berpakaian hitam itu menyingkir dari jalan. Tangan Jinan terkepal kuat, dadanya bergemuruh.

Arya Mahesa, nama pria yang paling Jinan benci seumur hidupnya. Sialnya lagi, pria itu adalah Ayah kandung Jinan. Pria itu kini berada di depannya.

"Lancang sekali anda datang kesini." Ketus Jinan.

"Mengapa saya harus merasa lancang? Saya kesini untuk bertemu dengan anak saya." Jawab Arya.

Jinan berdesis, senyum ejekan bahkan kini tersemat pada bibirnya. "Anak? Siapa yang anda sebut sebagai Anak?"

"Faktanya kamu adalah anak kandung saya." Ucap Arya.

Jinan lagi dan lagi dibuat tertawa oleh perkataan Arya. Bayangkan saja, selama bertahun – tahun ini, Arya tidak pernah menemui Jinan. Pria itu sibuk bersama dengan Wanita lain.

Ibunya menjadi sakit – sakitan pun karena ulah Pria yang ada di hadapannya. Bagaimana bisa Arya masih mengakui Jinan sebagai Anak?

"Saya tidak punya banyak waktu. Ada kepentingan apa anda menemui saya?" Jinan sudah malas membuat percakapan yang tidak penting, alhasil dia bertanya pada Pria di hadapannya seperti itu.

"Saya ingin kamu dan Liliana untuk kembali ke saya." Dengan lancar Arya berkata, "saya membutuhkan kamu untuk menjadi penerus untuk perusahaan saya."

Tangan Jinan semakin tekepal kuat, Arya Mahesa sama sekali tidak pernah meminta maaf pada Jinan dan Liliana atas kesalahannya. Bahkan sekarang pun, Pria tua itu menginginkan Jinan dan Liliana untuk kembali ke sisinya karena ada suatu hal.

"Bermimpi saja. Karena saya dan Ibu saya tidak akan pernah sudi kembali pada anda." Ucap Jinan yang kini bersiap untuk meninggalkan Arya.

"Padahal jika kamu kembali kepada saya, kamu bisa memiliki Asteria sepenuhnya." Kata Arya yang mampu membuat Jinan mengurungkan niat untuk pergi meninggalkan tempat itu.

Tangan Jinan kini mencengkram kerah kemeja Arya, sepasang mata Jinan seperti akan keluar. Para Bodyguard yang mengikuti Arya kini bersiap untuk menjauhkan Jinan, namun tangan Arya berisyarat menghentikan mereka.

"Jangan pernah anda sebut nama gadis itu dengan mulut kotor anda!" Ancam Jinan yang tersulut emosi.

Arya tersenyum penuh dengan kemenangan, dia bahkan kini melepaskan kedua tangan Jinan yang mencengkram kerah kemejanya.

Hi, Husband!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang