Malam ini langit terlihat mendung, tidak ada bintang maupun bulan yang biasanya menghiasi langit malam. Semilir angin, menerbangkan rambut Asteria yang dia gerai dengan indah. Meski tidak ada yang menghiasi langit di atas sana, Asteria tetap memandang langit.
Asteria sedang duduk di taman rumah Ibunya Jinan. Tadi saat Asteria tiba di apartemen Jinan, pria yang sudah memasuki usia kepala tiga itu, langsung mengajak Asteria untuk ke rumah Ibunya. Bahkan Jinan tidak memarahi dirinya karena Asteria yang tiba – tiba saja menghilang dan tidak bisa di hubungi. Seakan hal itu tidak pernah terjadi.
Meski matanya memandangi langit, Asteria memainkan jari jemarinya, bahkan dia juga beberapa kali menghirup udara dan mengeluarkan melalui mulutnya. Meski tidak kelihatan, tubuh Asteria juga berkeringat, padahal dia sedang ada di luar ruangan.
Kegugupan untuk membicarakan keinginannya pada Jinan, semakin meningkat. Saat dia menjadi Mahasiswa dan Jinan menjadi Dosen pembimbingnya pun, Asteria masih ingat rasa takutnya setiap bimbingan dengan Jinan. Apalagi sekarang?
"Gue pasti bisa. Demi hidup gue yang lebih baik lagi!" Gumam Asteria menyemangati dirinya sendiri.
Asteria tersentak kaget, ketika tiba – tiba saja ada seseorang yang memasangkan jaket di bahunya. Rasa hangat kini menyentuh tubuhnya, kebetulan Asteria sedang memakai pakaian yang sedikit terbuka di bagian bahu. Asteria menolehkan kepalanya, sepasang matanya kini melihat Jinan yang berada di belakang dia.
"Mas Jinan?" Ucap Asteria yang kini memegangi jaket yang dipasangkan tiba – tiba itu.
"Pake. Dingin." Jawab Jinan, dengan ekspresi yang seperti biasanya, dingin.
"Iya. Makasih, Mas."
Jinan menganggukan kepalanya, kemudian kini dia duduk di samping Asteria. Asteria yang semula gugup kini menjadi tidak enak pada Jinan, karena perilaku Jinan beberapa saat lalu yang perhatian kepada Asteria. Padahal yang akan dia katakana sekarang, mungkin akan merusak suasana.
"Mama, udah tidur, Mas?" Tanya Asteria basa basi.
"Udah." Balas Jinan secara singkat.
Asteria menganggukan kepalanya. Kini Asteria menghirup kembali udara dalam – dalam, lalu mengeluarkan secara perlahan. "Mas, ada yang mau aku bicara kan."
"Bicara aja."
"Sebelumnya aku mau minta maaf ... maaf karena aku udah ngilang gitu aja." Ucap Asteria dengan tulus.
"Enggak apa – apa." Ucap Jinan, seakan memaklumi kesalahan Asteria.
"Mas, saat aku ngilang, aku duduk sendirian di sebuah taman. Di sana banyak sekali orang, tapi mereka datang enggak sendirian. Hanya aku yang sendiri disana. Aku melihat satu keluarga kecil yang terlihat bahagia. Ada Ibu, Ayah, beserta kedua anaknya. Mereka bernyanyi bersama, tertawa bersama, hangat rasanya melihat mereka ... " Asteria mengantungkan ceritanya, kepalanya kini di penuhi dengan bayangan keluarga kecil yang saat itu dia temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Husband!
FanfictionAsteria Arabelle memiliki lebih dari satu suami. Bukan suami sah, melainkan suami kontrak. Asteria membuka jasa Wife Rent yang dimana hanya asteria lah yang menjadi talent nya. Pada hari senin & kamis, Asteria akan menjadi istri kontrak dari Niskala...