Jonggun mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit bodoh, karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak orang bisa menyebarkan gosip.
Jonggun menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Jonggun tidak merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sunsum.
Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Jonggun mengernyit, tidak begitu menyukai kenyataan itu. Selama ini dia dikenal sebagai kekasih yang sangat ahli di ranjang, selalu mampu mengendalikan pasangannya dan tidak pernah lepas kendali.
Dan sekarang, dia lepas kendali, semudah itu. Titik.
Masih mengernyit Jonggun menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Tapi jika lelaki itu seperti yang kupikirkan, kenapa dia semarah itu? Seharusnya lelaki itu bahagia bukan kepalang atas tawaran yang dia berikan. Apakah dia salah? Dan apakah dia telah menyinggung lelaki itu?
Tidak! Dengan cepat Jonggun menyingkirkan keragu-raguannya. Semuamya sama saja, Jonggun tidak pernah salah, Beri smua itu kemewahan dan dia akan takluk padamu.
Mungkin tawarannya masih kurang bagi Daniel, Jonggun mungkin harus menambahkan akomodasi penuh jalan-jalan keliling eropa misalnya.
Atau mungkin, Daniel hanya mencoba jual mahal. Wajah Jonggun menggelap mengingat kata hinaan Daniel barusan, "Menjijikkan katanya ??"
“Lihat saja Daniel, Setelah kau menyadari betapa banyaknya yang bisa kuberi padamu, kau akan datang merangkak padaku dan aku yang akan mempermalukanmu”, sumpah Jonggun dalam hati.
***
Suasana hati Daniel benar-benar buruk hari itu. Kemarahan, rasa terhina, kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk dalam hatinya.
Daniel merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang dilakukan Jonggun tadi siang, dan dia masih menahan tangis ketika memasuki ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu, yang sudah sangat familiar dengannya.
Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat dokter Jinyoung menyongsongnya dengan wajah pucat pasi,
“Kemana saja kau nak?!, aku mencoba menghubungimu sejak dua jam tadi, tapi kau tak bisa dihubungi!”
Wajah Daniel langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari menelusuri lorong menuju kamar tempat Jihoon dirawat.
Dokter Jinyoung tergopoh-gopoh berlari mengikuti di belakangnya.
Daniel terpaku di depan ruangan Jihoon dengan napas terengah-engah, dokter lain dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi Jihoon,
dokter Jinyoung tiba dibelakang Daniel dan menyentuh pundaknya lembut, mencoba menenangkannya,
“Dia sudah tidak apa-apa Daniel, kondisinya sudah stabil. Tadi dia mengalami serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kau tadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba menghubungimu saat Jihoon dalam kondisi paling kritis, saat itu kau pasti ingin bersamanya”,
Air mata mengalir di pipi Daniel. Tadi baterainya habis dan karena sibuk dengan pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia. Jihoon kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Daniel mulai lengah, melupakan bahwa serangan bisa terjadi setiap saat. Ya Tuhan, seandainya tadi Jihoon….
Daniel memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras, dia tak berani membayangkan semua itu.
dokter Jinyoung memeluknya dengan penuh keibuan sementara Daniel menumpahkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO Are Obsessed With Me [END]
FantasySinopsis: DANIEL PARK [25tahun] lelaki bertubuh mungil, polos dan jujur namun berpegang erat pada moralitas yang tinggi terpaksa mengorbankan harga dirinya dengan menjual dirinya seharga tiga ratus juta won pada atasannya demi Jihoon, kekasihnya yan...