Dua hari kemudian, Daniel berdiri di depan ruangan perawatan Jihoon dengan cemas, tangannya menggenggam tangan Jinyoung setengah menangis. Matanya semakin berkaca-kaca ketika mendengar suara teriakan dari dalam. Teriakan Jihoon.
“Dok….” hati Daniel terasa di iris-iris, menyadari bahwa suara pertama yang dikeluarkan Jihoon setelah 2 tahun adalah teriakan kesakitan.
“Tidak apa-apa Niel, itu pertanda bagus, Jihoon memang kesakitan, mereka sedang melepas selang di tenggorokan dan di dadanya, tetapi kalau Jihoon bisa mengeluarkan suara, itu pertanda kondisinya sudah semakin membaik.” Jinyoung menggenggam tangan Daniel, membagikan kekuatannya.
Suara teriakan itu terdengar lagi, begitu serak hingga Daniel hampir tak mengenalinya. Air matanya mulai menetes satu-satu tanpa dapat ditahannya.
“Berapa lama lagi Dok?” menunggu di luar seperti ini terasa bagaikan siksaan yang paling mengerikan.
“Sebentar lagi, nanti mereka akan mengizinkanmu menemuinya,” dengan lembut Jinyoung mengusap-usap Daniel,
“Dia harus melalui ini Niel, dan nanti akan banyak kesakitan lagi, tapi ini proses penyembuhan, dia pasti akan sembuh.” Daniel menganggukkan kepalanya, memejamkan matanya, menunggu.
Penantian itu terasa begitu lama, lama sekali sampai tim dokter dan perawat keluar dan mengizinkan Daniel masuk.
Dengan hati-hati, Daniel melangkah masuk ke ruangan perawatan Jihoon. Ruangan yang sangat akrab, sangat dikenalinya. Tetapi sekarang berbeda, Jihoonnya tidak tidur.
Jihoonnya tidak menutup mata, dia bangun, sadar dan hidup. Hati Daniel sesak oleh euforia yang membuncah.
Daniel duduk di sebelah ranjang, dan Jihoon langsung menyadari kehadirannya, tangannya membuka dan dengan lembut Daniel menyelipkan jemarinya kesana.
“Hai”, sapa Daniel lembut.
Jihoon tersenyum, lalu mengeryit karena gerakan sederhana itu ternyata menyakitinya,
“Sa…kit”, gumamnya susah payah.
Daniel tersenyum lembut, sebelah tangannya mengusap dada Jihoon yang kurus, berhati-hati agar tidak menyentuh luka di dadanya,
“Mereka sudah melepas selang di tenggorokan dan dadamu”, Jihoon mengeryit lagi.
“Berapa lama?”, suaranya serak dan terpatah-patah.
“Apanya?”
“Tidur… Berapa lama?” Jihoon mendesah lembut.
“Dua tahun”, jawabnya pelan. Dan langsung menerima tatapan penuh kesedihan dari Jihoon,
“Tapi dua tahun tidak terasa lama kok, yang penting kau bangun, kau berjuang dan aku bangga padamu.” sambung Daniel cepat-cepat.
Jihoon tampak sedikit lega mendengar penjelasan Jihoon, tapi lalu dia mengernyit lagi,
“Mama… Papa….?”
Daniel menggenggam tangan Jihoon erat-erat,
“Mereka meninggal pada saat kecelakaan itu hoon.”
Dan hati Daniel bagaikan diremas-remas ketika melihat Jihoon memejamkan mata dan menangis, dengan lembut diusapnya air mata Jihoon, dikecupnya pipi lelaki itu yang pucat dan tirus, namun ketampanannya tidak pudar.
“Tapi aku yakin mereka sudah tenang disana. Mereka pasti bahagia sekarang, mengetahui kau sudah sadar.”
Jihoon membuka matanya dan menatap Daniel lembut,
“Maaf.”
“Kenapa?” Daniel mengernyit.
“Karena… Kau… Ditinggal..sendiri…” Air mata ikut mengalir di pipi Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO Are Obsessed With Me [END]
FantasySinopsis: DANIEL PARK [25tahun] lelaki bertubuh mungil, polos dan jujur namun berpegang erat pada moralitas yang tinggi terpaksa mengorbankan harga dirinya dengan menjual dirinya seharga tiga ratus juta won pada atasannya demi Jihoon, kekasihnya yan...