BAGIAN 13

71 6 0
                                    

Daniel mulai sembuh, meskipun dia belum bekerja, Jonggun tidak mengijinkannya. Laki-laki itu bersikeras bahwa Daniel belum boleh bekerja, dan dia memerintahkan dokter Serim menghubungi langsung atasan Daniel sehingga tidak masuknya Daniel selama empat hari ini tidak akan menjadi masalah.

Well, besok dia harus masuk, dia sudah sehat, itu hanya flu biasa dan dengan perawatan Jonggun yang sangat intensif disertai dengan obat dari dokter Serim yang sangat manjur, dia sudah merasa cukup kuat hari ini.

Dan Daniel merindukan Jihoon, sudah empat hari dia tidak ke rumah sakit, kemarin tubuhnya masih terlalu lemah, tetapi sekarang dia sudah agak kuat dan tidak sabar ingin segera melihat Jihoon.

Jinyoung menelepon dan menceritakan perihal Jonggun yang mengangkat telphonnya pada waktu Daniel tertidur, sekaligus meminta maaf jika dia sudah hampir membuka rahasia Daniel.

Setelah itu, Daniel bersikap hati-hati kepada Jonggun, menunggu lelaki itu bertanya kepadanya. Tetapi Jonggun besikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Jadi Daniel berpikir Jonggun tidak menganggap telephone dari Jinyoung itu sebagai sesuatu yang serius.

Daniel sudah berpakaian rapi, saat itu jam lima sore, Jonggun masih akan pulang jam sembilan malam, jadi dia masih punya waktu lebih dari cukup untuk menengok Jihoon.

Dengan riang karena akhirnya bisa berkunjung lagi ke rumah sakit, Daniel berjalan dan membuka pintu keluar apartemennya, hanya untuk berhadapan dengan sosok Jonggun yang akan membuka pintu untuk masuk, Jonggun mengamati Daniel yang berpenampilan rapi.

"Mau kemana?", tanyanya langsung.

Sejenak Daniel terperangah tak menyangka akan berhadapan dengan Jonggun, matanya mengerjap gugup.

"Daniel?", Jonggun mengulang pertanyaannya dalam matanya.

"Eh aku...", Daniel mengerjap lagi,

"Aku mau membeli bahan makanan di supermarket", gumamnya, mengucapkan hal pertama yang terpikir di dalam benaknya. Jonggun mengernyit,

"Kau masih sakit, tidak boleh keluar-keluar, kau bisa membeli bahan makanan itu besok, lagipula aku sudah membawa makanan", Jonggun menunjukkan kantong kertas di tangannya dan melangkah masuk lalu menutup pintu apartement, ketika dirasakannya Daniel masih terpaku dia menoleh dan mengangkat kantong makanan itu.

"Kau tidak mau menatanya di piring sementara aku mandi?", tanyanya lembut.

Daniel tergeragap, dan mengangguk, lalu menerima kantong itu dari Jonggun.

Ketika Jonggun melangkah ke kamar dan mandi, Daniel menata makanan di dapur dengan frustasi, " "kenapa dia sudah pulang sore-sore begini? kenapa waktunya begitu tidak tepat?"

Daniel menyempatkan diri menghubungi Jinyoung dan menjelaskan perihal batalnya kunjungannya ke rumah sakit, untunglah Jinyoung mengerti lalu menjelaskan secara singkat kondisi Jihoon yang stabil sehingga kemungkinan operasi ginjalnya bisa dilakukan beberapa hari lagi.

Daniel merasa sangat lega mendengarnya, dengan cepat dipanjatkannya doa permohonan untuk Jihoon lalu melanjutkan menata makanan itu.

Semua masakan yang dibeli Jonggun tampak hangat dan menggiurkan sehingga mau tak mau menggugah selera Daniel.

"Kau pasti menyukainya, itu menu andalan dari restaurant favoritku", Jonggun masuk kedapur dengan mengenakan pakaian santai, dia sudah bertransformasi dari pebisinis yang dingin ke lelaki yang lebih mudah didekati.

"Mana kopiku?", gumamnya disebelah Daniel.

Jonggun berdiri begitu dekat hingga membuat Daniel gugup, dengan ceroboh dia hampir melompat menjauh dari Jonggun, membuat lelaki itu mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Daniel.

My CEO Are Obsessed With Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang