Semua berlangsung begitu cepat, dokter dan perawat serta Serim hilir mudik di ruangan itu untuk memeriksa keadaannya.
Daniel merasa sudah baikan, hanya sedikit mual dan demamnya sudah turun, tapi entah kenapa Serim bersikeras agar dia tetap di rawat inap di rumah sakit ini. Sebenarnya dia sakit apa? Daniel mulai bertanya-tanya.
Jihoon sudah berpamitan tadi, diantar oleh dokter Serim, mengatakan akan mempersiapkan kepergian mereka ke Jerman, kemungkinan dua minggu lagi. Dan saat Daniel sendirian, pikirannya melayang
Dimana Jonggun? Apakah dia di rawat di rumah sakit ini? Bagaimana kondisinya? Kenapa Jonggun tidak menemuinya? Pemikiran-pemikiran itu membuatnya terlelap lagi.
Ketika bangun hari sudah sore, suasana kamar tampak remang-remang karena lagi-lagi hujan turun di luar membuat langit kelihatan gelap, Daniel menatap hujan di jendela dan mendesah.
“Sudah enakan?” suara itu terdengar lembut dan tiba-tiba sehingga Daniel terlonjak kaget, dia menoleh dan mendapati Jonggun duduk di ranjang, di sampingnya.
Lelaki itu begitu diam, Daniel mengernyit, pantas dia tidak menyadari kehadirannya.
“Maaf aku mengagetkanmu,” Jonggun tersenyum samar, lalu menyentuh dahi Daniel,
“sudah tidak panas lagi. Syukurlah. Kau masih memuntahkan makananmu?”
Daniel menggelengkan kepalanya, masih belum mampu berkata-kata.
“Aku… Aku sudah bisa menelan sup panas dari rumah sakit tadi.”
Jonggun mengangguk dan tersenyum.
“Aku sudah berbicara dengan Jihoon, Niel,” Jonggun segera berseru ketika melihat Daniel akan menyela kata-katanya,
“apapun yang akan kau katakan, aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku sudah mendapat kesempatan ini jadi tidak akan kusia-siakan, kau tidak akan dan tidak boleh menolakku atau melepaskan diri dariku.” suara Jonggun tegas dan penuh ancaman, matanya menyala-nyala.
Dalam hati Daniel merasa geli, ini Jonggunnya yang biasa. Tidak berubah meski mencintainya, tetap saja arogan dan terbiasa mengungkapkan keinginannya dengan mengancam.
Tapi bagaimanapun juga ini Jonggun yang sama yang dicintainya.
“Ya Gun.” jawabnya dalam senyum.
Jawaban sederhana itu membuat Jonggun yang begitu tegang karena antisipasi penolakan yang mungkin dilakukan Daniel, terpana.
“Apa?” Jonggun bertanya seperti orang bodoh.
Daniel tersenyum lembut, otomatis tangannya bergerak menyentuh dahi Jonggun yang berkerut bingung, mengelusnya lembut, menghilangkan kerut yang ada di sana.
“Ya Gum, aku tidak akan melepaskan diri darimu.”
Jonggun seolah kesulitan mencerna jawaban sederhana Daniel, tetapi ketika dia bisa memahaminya, seketika itu juga Jonggun merengkuh Daniel, memeluknya erat-erat.
“Demi Tuhan… Aku sepertinya masih butuh berkali-kali diyakinkan olehmu,” bisiknya serak di rambut pendek Daniel,
“Kau selalu membuatku bertanya-tanya, dengan mata lebarmu yang selalu tersenyum, dengan kelembutanmu, kau selalu membuatku bertanya-tanya apakah kau mencintaiku.”
Daniel membalas pelukan Jonggun dengan lembut.
“Aku mencintaimu.”
“Katakan lagi,” Jonggun mengerang, memejamkan matanya, mengetatkan pelukannya,
“Aku butuh diyakinkan.”
“Aku mencintaimu.” ulang Daniel patuh.
Jonggun melepaskan pelukannya lalu mengusap rambut Daniel lembut, kemudian meraih tangannya, mengernyit ketika melihat Daniel masih memakai cincin dari Jihoon, bersebelahan dengan cincin darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO Are Obsessed With Me [END]
FantasySinopsis: DANIEL PARK [25tahun] lelaki bertubuh mungil, polos dan jujur namun berpegang erat pada moralitas yang tinggi terpaksa mengorbankan harga dirinya dengan menjual dirinya seharga tiga ratus juta won pada atasannya demi Jihoon, kekasihnya yan...