BAGIAN 8

87 7 0
                                    

  Lelaki itu makan seperti biasa, dengan elegan. Sedangkan Daniel tidak bisa berkonsentrasi pada makanannya, dia tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Jonggun.

Ternyata Jonggun suka masakan biasa, dari penampilan dan gayanya, kelihatannya lelaki itu hanya mau makan makanan tertentu dan yang pasti kelas atas, tak disangka dia bisa duduk santai di sofa menikmati sepiring omelet sederhana.

“Kenapa?”, Jonggun tiba-tiba menatap tajam setelah suapan terakhirnya, dia merasakan tatapan Daniel selama dia makan.

Daniel langsung menundukkan kepalanya gugup,

“Eh….tidak, tidak apa-apa.”

Jonggun tersenyum,

“Pasti kau heran kenapa aku mau makanan rumahan kan?”, Dia lalu meletakkan piringnya,

“Aku juga manusia Daniel, kita tidak ada bedanya, kadangkala penampilan seseorang membuat kita berpikir bahwa manusia yang satu berbeda dengan yang lain.” (angjaii kata-kata hari ini😭)

Jonggun mengangkat bahunya,

“Kuakui memang aku menyukai makanan berkualitas dan bercitarasa tinggi, tapi kadangkala, aku bosan, masakan sederhana buatan sendiri terasa lebih nikmat.”

Dengan santai lelaki itu berdiri lalu menuang kopi dari poci di atas meja minuman, dan menyesapnya ringan.

“Dan suka minum kopi.” Tanpa sadar Daniel mengomentari kebiasaan Jonggun, sejak kemarin, diamatinya Jonggun selalu meminum kopi setiap ada kesempatan.

Lelaki itu tertawa mendengar komentar Daniel,

“Ya, kopi berkualiatas juga”, gumamnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Daniel menunduk, entah kenapa Jonggun yang santai dan ramah ini lebih membuatnya merasa nyaman, dibandingkan Jonggun yang kaku dan dingin di kantor,

“Habiskan makananmu, setelah itu kita pindah ke ruang baca, kau bisa membaca atau melihat televisi, ada beberapa pekerjaan lagi yang musti kubereskan."

Daniel segera menyelesaikan makannya dan mencuci piring sementara Jonggun membuat secangkir kopi lagi, sekaligus secangkir teh untuk Daniel,dan membawanya ke ruang baca.

Dengan enggan Daniel menyusul ke ruang baca, Jonggun sedang duduk di sofa, menghadap notebooknya dan tampak Serius, dia hanya melihat sekilas pada Daniel,

“Duduklah, minum tehmu”, gumamnya, lalu kembali serius lagi menghadap notebooknya.

Daniel sebenarnya mengantuk, tapi dia tidak enak kalau harus masuk kamar duluan, apalagi apartemen ini hanya mempunyai satu kamar yang luas, kamar lain hanya kecil dan diperuntukkan sebagai kamar pembantu, Daniel tidak tahu, apakah Jonggun akan menginap ataupun pulang, dia sama sekali tidak mengatakan rencananya.

Daniel menghirup tehnya, lalu duduk di sofa di seberang Jonggun, dia mengambil sebuah majalah dan membacanya sambil menenggelamkan tubuhnya di sofa.

Bacaan itu menarik, dan keheningan itu membuatnya merasa nyaman, hingga lama-lama dia tak bisa menahan kantuknya.

***

Daniel merasa ada yang mengusap lembut rambutnya, lalu tubuhnya terangkat dan terasa dipeluk hangat, dia merasakan tubuhnya terayun-ayun.

Ketika dia membuka matanya yang berat, dia menyadari Jonggun sedang menggendongnya ke kamar, lelaki itu tak menyadari Daniel membuka matanya, dengan langkah pelan dan hati-hati, dia berjalan ke arah kamar.

Daniel langsung pura-pura memejamkan matanya lagi begitu Jonggun dengan lembut membaringkan tubuhnya di ranjang dan menyelimutinya.

Setelah itu tak ada gerakan, tetapi Daniel masih belum berani membuka matanya, Apakah Jonggun memutuskan pulang atau tinggal?

My CEO Are Obsessed With Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang