Daniel berlari, tanpa sadar melepaskan diri dari pelukan Jonggun, dia berlari penuh air mata, ke kamar perawatan Jihoon, kerinduannya membuncah, rasa syukurnya tak tertahankan.
Ketika sampai di depan pintu perawatan nafasnya terengah-engah, dia berhenti karena pintu itu masih tertutup rapat, Jinyoung tergopoh-gopoh mengejarnya,“Niel, jangan masuk dulu, Jihoon baru menstabilkan kondisinya.” Penantian itu terasa begitu lama, sampai kemudian Daniel diijinkan masuk, hanya lima menit untuk sekedar menengok Jihoon, setelah itu dokter harus mendengarkan kondisi Jihoon lagi.
Dadanya sesak tak terganggu ketika mata itu memandang, mata yang selama ini terpejam, tertidur dalam damai, membuat Daniel menanti, mata itu sekarang terbuka, hidup, dan balas menatap.
“jihoon,” suara Daniel serak karena emosi, dan tangisnya meledak, dia mendekati tepi kematian, ke arah Jihoon yang masih terbaring terbaring, tercetak dengan alat-alat penunjang kehidupan yang masih menopangnya, tapi hidup dan membuka mata.
Daniel meraih tangan Jihoon dan menciumnya, lalu menangis.
“jihoon.” Banyak yang ingin Daniel ungkapkan, dia ingin mengucap syukur karena Jihoon akhirnya bangun, dia ingin maju karena Jihoon memilih waktu yang begitu lama untuk terbangun, dia ingin menangis kuat-kuat, tapi semua emosi menyebabkan suaranya tercekat di tenggorokan.
Air mata tampak menetes dari pipi Jihoon, lelaki itu mencoba berbicara, tetapi tampak begitu susah payah,
“Stttt…Kau tidak boleh bicara dulu,” gumam Daniel lembut, mencegah Jihoon berusaha terlalu keras,
“mereka memasang selang di tenggorokanmu, untuk makanan, kau koma selama kurang lebih dua tahun.”
Mata Jihoon menatap Daniel, tampak tersiksa, dan dengan lembut Daniel mengusap air mata di pipi Jihoon,
“Nanti, setelah mereka yakin kondisimu membaik, mereka akan melepas selang itu dan kau akan bisa berbicara lagi, tapi sekarang, kau cukup mengangguk atau menggeleng saja ya , sekarang…” Daniel menelan ludah, menahan isak tangis yang dalam,
“Sekarang kita harus mensyukuri karena akhirnya kau terbangun, ya?”
Jihoon menganggukkan kepalanya, dan seulas senyum dengan susah payah muncul dari mulutnya.
“Sekarang istirahatlah dulu, dokter akan memeriksa kondisimu lagi.” bisik Daniel lembut ketika melihat isyarat dari dokter yang menunggui mereka.
Ketika Daniel akan mendekat, genggaman tangan Jihoon menguat, Dengan lembut Daniel menoleh dan memberikan senyuman penuh cinta kepada Jihoon.“Aku tidak akan kemana-mana, aku harus menyingkir karena dokter akan memeriksamu lagi, tapi aku tidak akan kemana-mana, aku akan berada di dekat sini sehingga saat kau butuh nanti aku akan langsung datang.”
Pegangan Jihoon mengendor, lelaki itu mau mengerti. Dengan lembut Daniel mengecup dahi Jihoon dan melangkah menjauh keluar ruangan perawatan.
Air matanya mengucur dengan derasnya ketika dia melangkah menghampiri Jinyoung. Jinyoung masih berdiri di sana dan Daniel langsung berlari ke arahnya, menangis keras-keras.
“Dia sadar Dok…dia akhirnya sadar…aku masih tak percaya, selama ini aku hampir kehilangan harapan. Mulai berpikir kalau Jihoon memang tidak mau bangun, mulai berpikir kalau semua perjuanganku ini sia-sia… Tapi sekarang…”, Daniel terisak,
“Aku tak percaya bahwa pada akhirnya dia sadar… dia kembali dari tidur panjangnya, dia ada di sini untuk aku…“
Dengan lembut Jinyoung mengelus rambut Daniel, melihat Daniel dengan tatapan sayang seperti anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO Are Obsessed With Me [END]
FantasySinopsis: DANIEL PARK [25tahun] lelaki bertubuh mungil, polos dan jujur namun berpegang erat pada moralitas yang tinggi terpaksa mengorbankan harga dirinya dengan menjual dirinya seharga tiga ratus juta won pada atasannya demi Jihoon, kekasihnya yan...