Sejak saat itu Jonggun seolah-olah menghilang dari kehidupan Daniel, Daniel merenung di mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.Hari ini Jihoon sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Serim dan Jinyoung mereka pulang ke apartemen.
Jinyoung memutuskan untuk tinggal sementara membantu Daniel, dan Serim sudah berjanji akan datang setiap hari untuk memeriksa kondisi Jihoon dan melakukan terapi rutin.
Kata Dokter Serim, Jonggun memutuskan mengambil tugas perjalanan ke Eropa dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama.
Dada Daniel merasakan sakit, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri, Oh ya, dia merindukan Jonggun, sangat merindukannya.
Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Daniel mencintai Jonggun. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Jonggun, itu saja.
"Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya", Jihoon memecah keheningan, menatap Daniel dengan sedikit menyelidik, dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Daniel begitu murung,
"Aku yang membujuknya", Serim yang duduk di kursi depan dengan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Daniel pasti kebingungan dengan pertanyaan Jihoon itu,
"Jonggun adalah sahabat suamiku, aku bilang merawatmu penting di sekitarnya, karena kamu adalah salah satu yang selamat dari kecelakaan yang terjadi suamiku. Jadi Gun mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai."
Diam-diam Daniel dan Jinyoung menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Serim menjawab.
Mereka sampai di apartemen, dan Daniel mengemudikan kursi roda Jihoon memasuki ruangan itu.
Begitu mereka masuk tanpa sadar Daniel mengernyit, semua kenangan itu seolah menghantamnya. Di sini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Jonggun, makan malam bersama, bercakap-cakap bersama....
"Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung Niel, bosmu sangat baik." Jihoon mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Daniel sambil tersenyum,
Mau tak mau Daniel memaksakan senyuman di bibirnya. Kuatkah dia berada di sini? Apalagi di kamar itu... Daniel melirik kamarnya, tempat Jonggun juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu!
Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan semuanya sehingga Jihoon selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya. Jinyoung menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.
Setelah memastikan Jihoon tertidur pulas, Serim menyeduh teh dan mengajak Daniel duduk di ruang depan.
"Dia sudah kembali dari Eropa." Serim membuka percakapan, menatap Daniel dari atas cangkir kopi yang diteguknya.
Seketika itu juga hati Daniel melonjak, tahu siapa yang diisyaratkan sebagai 'dia' itu.
"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Daniel pelan.
Serim tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Daniel,
"Kau itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung-tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya," dengan pelan Serim meletakkan cangkirnya,
"Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon," Serim terkekeh. Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Daniel,
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO Are Obsessed With Me [END]
FantasíaSinopsis: DANIEL PARK [25tahun] lelaki bertubuh mungil, polos dan jujur namun berpegang erat pada moralitas yang tinggi terpaksa mengorbankan harga dirinya dengan menjual dirinya seharga tiga ratus juta won pada atasannya demi Jihoon, kekasihnya yan...