Bagian 1

10.6K 243 7
                                    

"Kita mau ke mana Bunda?"

"Ke tempat ayah."

"Ayah?"

"Ya, Bunda sudah menemukan ayahmu."

"Tapi kata paman ayah sudah menikah lagi, kan?"

"Diamlah Falia, kita nggak punya pilihan lain."

Untuk pertama kalinya aku merasakan naik pesawat. Meninggalkan Indonesia, negeri di mana aku dilahirkan, negeri di mana aku berharap punya keluarga yang bahagia, negeri yang harus kutinggalkan sekarang, meninggalkan teman-teman sekolahku. Bunda bilang akan mengajakku bertemu ayah hari itu. Ayah yang kadang aku tak ingin untuk sekadar mengingat wajahnya saja. Tapi, bunda bilang seberapa pun aku menyangkal ayah akan tetap menjadi ayahku.

Aku masih ingat betul, ini kisah sekitar empat belas tahun lalu, saat itu umurku 10 tahun. Meski belum mengerti benar tentang kehidupan suami istri tapi keadaan memaksaku menjadi lebih dewasa melewati usiaku seharusnya. Sejak aku di sekolah dasar pemandangan di rumahku selalu diwarnai teriakan, pertengkaran, sumpah serapah, yang keluar dari mulut kedua orang tuaku. Ya, sejak kecil takdir telah mengenalkanku pada sebuah bentuk lain dari neraka. Neraka itu selalu berakhir dengan air mata dan tangisan bunda yang akhirnya mengalah karena takut kehilangan ayah. Jauh di dalam hatinya aku yang saat itu masih sangat kecil sudah ikut merasakan rasa sakit yang bunda sembunyikan jauh dalam hatinya. Bunda tahu harusnya dia menyerah saja dan membiarkan ayah meninggalkannya,tapi entah itu cinta atau kebodohan bunda memilih bertahan. Meski pukulan dan caci maki harus ia telan setiap hari.

"Apa rumah ayah yang baru masih jauh? Kenapa harus naik pesawat?"

"Iya jauh, jauh sekali." Wajah bunda tak sedikit pun tampak tersenyum selama perjalanan di dalam pesawat. Hanya menatap kosong sambil menjawab pertanyaanku seperlunya.

Sebenarnya aku tidak terlalu bahagia akan bertemu ayah lagi. Karena itu artinya aku akan melihat bunda disakiti lagi, dipukuli dan dicaci maki dengan kata-kata kasar. Tapi bunda bilang ingin dan harus bertemu ayah. Aku tidak mengerti, dalam buku dongeng yang kubaca bukankah harusnya laki-laki yang menemui wanitanya? Seperti dongeng Putri Salju, Putri Tidur dan Cinderella. Pangeran akan mencari cara untuk menemukan sang putri. Tapi dalam kenyataan ini kenapa justru bunda yang harus menemui ayah, terbang jauh ke tempat asing dan berjuang sendirian untuk bisa menemukan ayah?

Aku tidak begitu ingat dalam pesawat kami menghabiskan berapa lama. Setelah sampai di bandara bunda dijemput oleh seorang laki-laki berjas hitam dan mobil yang bagus. Dia bilang dia menjemput aku dan bunda atas perintah ayah. Ayahku seorang pelukis terkenal. Bahkan di sekolah banyak guru yang sering menanyakan kabar ayah. Dan seperti permintaan bunda, aku hanya akan selalu menjawab 'ayah baik-baik saja, dan keluarga kami sangat bahagia'. Aku selalu memaki diriku dalam hati setiap aku harus terpaksa mengatakan hal itu.

Dalam perjalanan menuju rumah ayah yang baru semua tampak asing. Sangat berbeda dengan Jakarta. Gedung-gedung di sini punya desain yang jauh berbeda. Seperti negeri dongeng. Austria, kata bunda adalah salah satu negara tercantik di dunia. Kami melewati kota Vienna, ada bangunan-bangunan cantik warna-warni, jalanan-jalanan kecil dan kanal-kanal yang membuatku ingin merasakan naik perahu di sana kapan-kapan. Sepanjang mataku memandang ke luar jendela hanya ada barisan rumput hijau, rumah-rumah di pinggir sungai, pohon-pohon dan padang bunga. Aku sempat merasa, mungkin tinggal di negara asing ini bukan melulu sebuah pilihan yang buruk. Setidaknya kota ini sangat cantik.

Kami tiba di sebuah rumah yang cukup besar dibanding rumah-rumah di sekitarnya. Rumah dengan cat warna krem dan oranye. Bunda bilang inilah rumah ayah yang baru. Saat pintu terbuka keluar seorang wanita cantik dan anggun berambut pirang. Senyumnya sangat ramah. Dia menyapa kami dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata. Tapi bahasa Inggrisnya cukup lancar dan bunda mulai berbincang dengannya sambil duduk di ruang tengah. Aku tidak begitu mengerti apa yang mereka bicarakan. Di dinding rumah ini begitu banyak lukisan. Dan aku bisa tahu dari sekali lihat, ini adalah lukisan ayah.

Karena Tidak Semua Cinta Bisa BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang