Enam tahun setelahnya. Tidak banyak hal istimewa terjadi selama ini. Aku semakin banyak menghabiskan waktu dengan Rama di rumahnya. Rama jadi sosok yang sangat tertutup, dia membatasi pergaulannya. Mungkin sembilan puluh persen hari-harinya hanya dia habiskan di rumah untuk bermain musik. Ya, syukurlah, dia masih mau berlatih musik meski sekarang sudah tidak mau lagi muncul di panggung bersama ayahnya. Kadang aku merindukan sosok Rama yang dulu. Sosoknya yang bisa membuatku bangkit dari keterpurukan, menyuntikan banyak semangat dalam hidupku. Aku... aku merasa gagal untuk mengembalikan semangatnya bahkan setelah enam tahun berlalu. Ya, enam tahun berlalu begitu saja.
Aku sudah menjadi mahasiswi di tahun ketiga, aku tidak mengambil jurusan seni lukis seperti yang ayah inginkan. Aku mengambil jurusan seni mode, aku suka membayangkan dan merancang gaun-gaun pengantin yang cantik. Tentu saja aku masih melukis tapi hanya sebagai hobiku saja. Ayah pernah hampir mengusirku dari rumah karena tahu aku tidak mengambil jurusan seni lukis naturalisme seperti yang dia inginkan, untuk memperdalam bakatku. Aku pikir untuk apa mengambil kuliah dalam bidang yang kita sudah mahir? Aku ingin mencoba hal baru yang benar-benar asing tapi menarik. Bersyukur Tante Belinda berhasil membujuk ayah untuk menyetujui pilihan jurusan kuliahku.
Pak Raelan? Ah, aku sudah tidak tahu bagaimana kabarnya. Tapi seperti orang bodoh selama enam tahun ini aku seolah tak pernah bisa berhenti memikirkannya. Aku selalu mengiriminya pesan elektronik, meski aku tahu takkan pernah mendapat balasan. Aku hanya berharap suatu hari dia membacanya. Ya, membacanya saja aku sudah merasa cukup. Setidaknya dia tahu aku masih selalu merindukannya.
To : Raelan_Walter@xyz.com
Bagaimana kabarmu? Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja. Ini tahun ketiga aku jadi Mahasiswi. Hihihi... Lusa umurku genap 20 tahun. Apa tahun ini pun kamu tidak akan mengucapkan selamat untukku, Pak Raelan?"Aku dengar suara keyboard laptop. Kamu menulis surat untuk guru itu lagi?"
Aku menoleh ke sumber suara, Rama baru keluar dari kamar mandi. Dengan handuk di leher di menggosok rambutnya beberapa kali.
"Ah, kamu sudah selesai mandi?"
Dia berjalan dengan lancar, sudah enam tahun, kini dia sudah benar-benar menghapal keadaan di rumahnya sendiri. Meski masih dengan sesekali mengulurkan kedua tangannya untuk meraba keadaan di sekitanya, dia bisa berjalan dengan lancar menuju ke arah sofa dan duduk di sebelahku.
"Apa nggak bosan, menulis surat hampir setiap hari selama enam tahun tapi nggak ada satu pun yang dibalas?"
"Ahaha... cuma dengan begini aku bisa meringankan perasaanku yang kangen berat sama dia."
"Dasar kamu! Cowok yang menelepon kemarin dan kamu memintaku memarahinya dengan bilang aku adalah pacarmu. Itu cowok yang keempat belas dalam dua bulan terakhir ini menyatakan cinta padamu. Kalau begini terus kamu bakal susah dapat pacar seumur hidup."
"Biarin!"
"Ckckck.... Kuharap cowok kemarin yang terakhir, aku malas harus memarahi orang yang bahkan nggak aku kenal. Apalagi pura-pura jadi pacarmu. Cih!"
"Hei, kayaknya bukan aku yang bakal susah cari pacar, tapi kamu! Kamu tuh udah ketus, galak, kerjaannya cuma di rumah melulu. Paling-paling akhirnya aku yang disuruh menikah denganmu oleh orang tuamu."
"Heh! Jangan ngawur kamu!" Rama memukul kepalaku dengan bantal sofa.
"Ahaha...."
Begitulah hampir setiap hari kami menghabiskan banyak waktu untuk mengobrol banyak hal dari yang sangat penting sampai hal-hal yang tidak penting sama sekali. Aku menikmatinya saat-saat bersama Rama. Aku sempat beberapa kali berpikir konyol jika memang Pak Raelan dan aku tidak ditakdirkan untuk bertemu lagi, kalau memang kami tidak berjodoh, rasanya aku tak akan apa-apa jika menjadi istrinya Rama. Aku ingat, saat aku masih kecil aku pernah jatuh cinta padanya. Ya, Rama adalah cinta pertamaku. Tapi bahkan sampai sekarang pun dia tidak pernah sadar. Si bodoh ini memang tidak pernah peka!
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Tidak Semua Cinta Bisa Bertemu
RomanceSaat nulis bagian-bagian akhir Apakah Kita Bisa Bertemu Lagi (novelet pertama saya di wattpad) selalu tergelitik buat nulis juga gimana perasaan Falia (tokoh yang jarang muncul tapi banyak yang sebal :P) dan apa yang terjadi pada Rama selama 12 tahu...