Aku sempat ragu untuk datang atau tidak ke Vienna dan menghadiri pameran lukisan itu. Rama bilang aku tidak perlu datang karena dia khawatir aku harus pergi sendiri ke kota lain. Aku memang tidak pernah bepergian meninggalkan Innsbruck selama ini apalagi harus ke Vienna sendirian. Tapi... aku sungguh penasaran. Aku ingin mendapat jawaban pertanyaanku. Siapa calon suami Kak Linda. Ya, aku sudah menyiapkan kemungkinan terburuk, karena bisa saja itu adalah Pak Raelan.Tapi....
Rama Calling...
"Hallo,harusnya kamu sudah sampai di Vienna saat ini."
"Ya, aku sudah di Vienna. Aku sedang menunggu bus untuk ke penginapan. Setelah itu akan naik taksi saja ke museumnya."
"Syukurlah."
"Kamu cemas ya...? Ahaha... tenang saja, aku nggak apa-apa kok. Aku tiba dengan selamat tanpa kurang apa pun. Perjalannnya lancar."
"Aku justru cemas mungkin kamu akan berpikir untuk bunuh diri di sana saat tahu guru lukismu itu sudah menikah atau mungkin sudah punya anak!"
"Heh! Kalau memang menelepon untuk mengatakan hal semenyebalkan itu kututup saja teleponnya!"
"Ahahaha... Aku pernah ke Vienna beberapa kali saat konser musik dengan Kak Mawar dan ayah. Aku akan beri tahu kamu beberapa tempat bagus di sana nanti. Kututup dulu, telepon aku saat sudah sampai penginapan."
"Siap Bos, yang menyebalkan!"
Telepon terputus, aku masih berdiri di halte bus yang tak jauh dari bandara. Aku jadi ingat saat pertama kali menginjakkan kaki di Austria. Dulu aku dan Bunda di bandara ini menunggu jemputan dari ayah. Lalu kami di bawa ke Innsbruck. Tak menyangka sekarang aku ke sini lagi, dan sendirian. Benar-benar tidak ada yang aku kenal di sini. Aku juga buta arah. Hanya dengan modal informasi dari Internet dan bertukar pesan singkat dengan Kak Mawar yang pernah beberapa kali ke sini, semoga semua lancar-lancar saja.
Aku akan menginap dua hari di Vienna, sehari untuk menghadiri pameran lukisan, dan sehari lagi aku akan jalan-jalan bebas di sini. Ah, andai saja Rama sedang tidak sakit seperti sekarang. Dia pasti akan menemaniku dan acara jalan-jalannya jadi makin seru.
**
Di depan gerbang museum sudah begitu ramai. Sebelum keluar dari taksi aku mengecek gaunku. Aku memakai gaun biru muda selutut berlengan pendek dengan sedikit renda di bagian bawahnya. Sebuah kalung mutiara menghiasi leherku. Aku merancang sendiri gaun ini, khusus untuk hari ini.
Aku keluar dari taksi dan kutatap gerbang mewah berwarna emas dan hitam yang sangat kontras. Bangunan bergaya gothic ini adalah museum terbesar di Austria, berbagai pameran seni sering diadakan di sini. Tampak orang-orang berlalu lalang di sekitarku. Pakaian mereka pun bisa dibilang mewah-mewah. Seperti akan menghadiri sebuah persta pernikahan besar, padahal ini hanya pameran lukisan saja. Di negara ini seniman memang seperti bangsawan.
Meski sempat ragu tapi akhirnya aku melangkahkan kaki masuk ke dalam museum. Aku sempatkan mengirim pesan singkat untuk Kak Linda.
To : Kak Linda
Aku sudah di dalam museum. Museumnya megah sekali. Kak Linda di mana? Aku merasa canggung sendirian di sini.
Pesannya tidak langsung dibaca, aku mencoba berjalan-jalan sendiri dulu di sekitar museum. Banyak lukisan hebat karya pelukis ternama.
"Falia!" Ada yang menepuk pundakku saat aku sedang melihat-lihat beberapa lukisan surealis.
"Ah, Kak Linda. Syukurlah... aku merasa canggung sekali di sini sendirian."
"Ahaha... ya, bagaimana perjalananmu ke sini dari Innsbruck? Lancar kan? Kamu benar-benar pergi sendirian? Wah, berani sekali! Sebenarnya aku ingin mengajakmu pergi bersama, tapi sayangnya aku harus pergi seminggu sebelum acara ini karena membantu calon suamiku menyiapkan lukisannya untuk pameran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Tidak Semua Cinta Bisa Bertemu
RomanceSaat nulis bagian-bagian akhir Apakah Kita Bisa Bertemu Lagi (novelet pertama saya di wattpad) selalu tergelitik buat nulis juga gimana perasaan Falia (tokoh yang jarang muncul tapi banyak yang sebal :P) dan apa yang terjadi pada Rama selama 12 tahu...