34.

110 7 1
                                    

Reynal tak sengaja melewati terasa belakang rumahnya, ia juga tak sengaja melihat Reyden yang ada disana dan iapun langsung menghampiri sodara kembarnya

" Den ngapain lu disini? " Tanya Reynal

" Cari angin sekalian nelpon Salisha " Jawab Reyden

" Ngapain lu telpon dia? "

" Tadi gw ngabarin tanah yang kemarin kita liat, terus katanya dia bakal kesini dalam waktu dekat" Reynal menganggukkan kepalanya

Tiba-tiba saja mereka berdua hening sesaat, mata mereka sama-sama tertuju kepada bulan yang bersinar terang benderang malam ini

" Den " Panggil Reynal yang memecahkan kesunyian

" Hmm "

" Kapan lu mau ungkapin perasaan lu ke Salisha " Ucap Reynal yang membuat Reyden menatapnya kaget kearahnya

Reyden masih menatap saudara kembarnya dengan tatapan yang sulit di artikan

" Kenapa lu diam? " Tanya Reynal

Reyden tertawa kecil " lu tanya perasa gw sama Salisha, sedangkan perasaan lu sama Salisha aja gak pernah lu ungkapan "

Reynal terdiam mendengar ucapan dari Reynal, sambil menundukkan kepalanya

" Sekarang lu yang gak bisa ngomong " Ucap Reyden sambil tertawa tipis

" Gw udah pastiin perasan gw sama dia den, dan hasilnya perasan gw ke dia itu hanya perasaan sayang Abang ke adiknya " Ucap Reynal

" Lu yakin sama apa yang lu rasain? "

" Mungkin dulu gw banyak denial sama perasaan gw ke dia, tapi semenjak pertemuan ke dua gw berhasil mastiin kalo rasa sayang gw ke dia sama kaya rasa sayang gw ke lu, ternyata selama ini  protective gw itu karena gw takut adik perempuan gw kenapa-napa, gw takut kalo adik perempuan gw salah jalan " Ucap Reynal dengan wajah serius lalu tersenyum matanya juga terus menatap langit malam

" Kalo perasaan lu gimana? Tanya Reynal dengan mata yang masih menatap langit malam

Reyden masih terdiam matanya juga masih terus menatap ke indahan langit malam yang tenang

" Jujur perasaan gw ke dia emang tumbuh beda dari perasaan seorang sahabat ke sahabatnya dia melekat dan gw baru sadari ini ketika kita masuk sma, tapi gw gak pernah bisa jujur sama siapa pun karena kata orang perasaan itu bisa merusak persahabatan, apa lagi di antara kita juga ada lu yang gw rasa saat itu lu juga punya perasaan yang lebih, makanya gw semakin gak berani ungkapin kata cinta Karana gw takut perasaan itu bisa bunuh persahabatan kita, gw juga takut kalo di dalam hati Salisha bukan gw " jelas Reyden

" Terus sekarang gimana perasaan lu ke dia? "

" Semenjak pertemuan ke dua kemarin, entah kenapa perasaan gw semakin besar dan sampai detik ini perasaan gw ke dia gak berubah "

" Sekarang lu udah tau gimana perasaan gw ke dia, jadi sekarang waktunya lu buat maju dan ungkapin apa yang lu rasain sama dia " Ucap Reynal menepuk pundak Reyden

" Tapi gw masih butuh waktu untuk itu "

" Sampai kapan, bukanya waktu lu udah banyak? "

" Gw butuh waktu panjang buat bilang apa yang sebenarnya gw rasain sama dia, entah sampai kapan, tapi ketika waktu itu tiba gw bakal ungkapin semua perasaan gw " Ucap Reyden

" Yaudah terserah lu aja " Ucap Reynal menepuk pundak Reyden

••••

Salisha sedari tadi terus menghubungi nomor kedua sahabatnya kembarnya, tapi sedari tadi tak ada satupun dari mereka yang mengikatnya

" Kemana si mereka berdua, udah hampir satu jam gw di bandara " Ucap Salisha kesal

Saat ini ia sedang berada di Banda Soekarno Hatta, hari ini ia kembali ke Jakarta untuk melihat tahan yang Reyden bilang dua hari lalu

" mana ayah gak bisa jemput lagi, apa gw naik taksi aja ya, tapi gak salah deh kalo gw coba telpon Reyden sekali lagi " Guramnya lagi

Salisha mencoba menghubungi Reyden sekali lagi dan untungnya panggilan telepon itu di angkatan

" Hollo sal kenapa? " Tanya Reyden terdengar dari ponselnya

" Den gw ada di bandara, lu mau jemput gw gak? Ayah lagi gak bisa jemput soalnya " Ucap Salisha

" Hah lu di jakarta? " Tanya Reyden

" Iya lu bisa jemput gw sekarang gak? " Tanya Salisha

" Bisa kok gw otw sekarang ya "

" Oke "

Panggilan telepon Reyden dan Salisha terputus, lalu setelah itu Salisha berjalan ke depan deket dengan parkiran mobil

Setelah lima belas menit menunggu akhirnya mobil Reyden terlihat dan Reyden juga langsung turun dari dalam mobilnya

" Maaf ya udah nunggu lama " Ucap Reyden sambil mengambil koper Salisha dan meletaknya di dalam bagasi mobilnya

" It's okay " Ucap Salisha sambil tersenyum

" Sekarang mau makan dulu apa langsung balik ke rumah? " Tanya Reyden

" Makan dulu, laper gw nungguin orang yang susuah di telpon " Ucap Salisha dengan nada meledeknya

" Yeh dendam banget lu " Ucap Reyden yang membuat keduanya tertawa

Salisha dan Reyden masuk ke dalam mobil dan Reyden langsung menyalakan mobilnya dan meniggalkan pekarangan bandara itu

Singkat cerita kini mobil yang di kendarai Reyden sudah masuk ke restoran ramen, Salisha memang meminta ramen

Setelah memarkir mobilnya dengan benar, mereka langsung turun dan masuk ke dalam restoran tersebut

Salisha memesan menu makan untuk dirinya dan juga Reyden, sementara Reyden duduk di bangku yang tak jauh dari sana

Setelah selesai Salisha langsung menghampiri Reyden dan duduk di sampingnya

" Di makan dulu den " Ucap Salisha, yang melihat Reyden sedang memainkan ponselnya

" Iya sal " Ucap Reyden menaruh ponselnya

Lalu mereka menikah makannya masing-masing

" Den kapan gw bisa liat tanah? " Tanya Salisha di tengah-tengah makanya

" Lu maunya kapan nanti gw atur waktu sama orangnya " Ucap Reyden

" Nanti sore bisa gak? "

" Wih cepat banget "

" Ih gw gak sabar pengen cepet-cepet bangun butiknya juga "

" Iya nanti gw atur waktu sama yang punya tanahnya buat lu bisa cepat cek "

" Makasih den lu yang terbaik "

" Sama-sama sal "

" Lu juga terbaik bahkan di hati gw sekalipun " Ucap Reyden dalam hatinya sambil tersenyum ke arah Salisha yang sedang menikmati makanannya

Lalu setelah itu mereka makan sambil bercerita banyak hal dari satu sama lain

APA ADA KESEMPATAN ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang