19. awal dari segalanya

18 3 0
                                    

Ghava kembali melajukan mobilnya setelah Ayyara membeli semua keinginannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ghava kembali melajukan mobilnya setelah Ayyara membeli semua keinginannya.

"Kamu mau seeng?" Tanya Ayyara menyodorkan sebuah donat pada Ghava. Saat turun untuk membeli basreng tadi, Ayyara tergoda dengan aroma donat yang ada di sebelah penjual basreng.

Dengan senang hati, ia pun segera membelinya juga untuk ia makan di perjalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan senang hati, ia pun segera membelinya juga untuk ia makan di perjalanan.

Ghava membuka mulutnya memberi Ayyara celah untuk menyuapi dirinya.

"Pamitnya mau beli basreng kok beli donat juga sih?" Cerocos Ghava dengan mulut penuh donat.

Ayyara hanya tersenyum menampakan deretan giginya. "enak nggak?"

Ghava hanya mengangguk, sedangkan pandangannya hanya tertuju pada jalanan yang amat sangat padat.

"Terus basrengnya mana?" Tanya Ghava menoleh pada Ayyara sekilas.

"Ini!" Ayyara mengangkat sebuah kantong plastik berisi satu porsi basreng yang ia beli tadi.

"Kamu makan donat nya aja, nanti basrengnya aku bawa pulang!" Sahut Ghava masih setia melihat jalan.

Ayyara menggeleng cepat, ia membuat gerakan seakan akan melindungi basrengnya.

"Nggak!"

"Kan kamu udah ada donat seeng, nggak usah basreng."

"Apasih, tadi di kasih sekarang enggak." Ayyara mengerucutkan bibirnya.

"Shhhhh, yaudah iya deh." Ghava memilih mengalah dari pada ia harus berdebat dengan Ayyara.

🦋🦋🦋

Ghava mengamati setiap inci wajah Ayyara yang saat ini terlihat muram. "Kenapa gitu mukanya?" Tanya Ghava kemudian.

Ayyara menggeleng lesu. Matanya mengerjap tetapi pandangannya masih pada Ghava. Bibirnya mengerucut dan tangannya menenteng dua kantong plastik yang berisi kotak donat dan seporsi basreng yang tadi ia beli.

"Kenapa cantik? Kalo emang nggak papa, jangan cemberut dong,,, nanti cantiknya ilang loh." Ghava menyandarkan tubuhnya pada Mercedes yang terparkir di belakangnya.

TAKAN TERGANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang