Dengan sengaja, Narael meletakkan telapak tangannya diatas meja dan membuat tepung yang berceceran menempel pada telapak tangganya.Narael melangkah perlahan kebelakang tubuh Zela yang lebih pendek dari dirinya. Zela sedang sibuk, ia akan menjailinya.
Tanpa ba-bi-bu Narael menyatukan kedua telapak tanggannya dipipi Zela dan mengunyel-ngunyel pipi Zela yang membuat Zela terkejut. Zela meraih pergelangan tangan Narael dan berusaha untuk melepasnya.
"Ihhhh! Nael!" Seru Zela sebal dan mengambil langsung segenggam tepung dari pelastiknya.
Narael tertawa dan hendak menyelamatkan diri. Zela melempar tepung itu diudara dan membuatnya terbang disekitar mereka. mengenai tubuhnya dan tubuh Narael. Dapur menjadi kotor oleh tepung, Zela kurang puas ia meraih setengah genggam tepung lagi dan membalurkan diwajah Narael yang masih terdiam.
Wajah Narael kini sudah putih oleh tepung, Zela tertawa puas. Narael juga meraih setengah genggam tepung dari plastik dan melakukan hal yang sama kepada Zela. Zela berusaha menepis Namun tetap saja, mukanya juga kini dipenuhi oleh tepung.
Mereka terdiam sejenak, Menatap muka masing masing yang terbalur tepung.
Satu detik.
Mereka tertawa lepas melihat wajah satu sama lain.
"Kamu kaya Kunti anak! Hahahaha!" Zela menertawakan Narael, memegangi perutnya.
"Kamu juga, Versi kemasan sachet! Hahaha"
Hingga tawa mereka baru berhenti dua menit kemudian.
"Nael, kamu mulai. Kalo bercanda terus ini kuenya gabakalan jadi jadi." Zela mengoceh setelah sadar. Narael hanya tersenyum mendengarkan.
"Iya maaf ya." Ucap Narael lirih
"Ya, udah ya. Kamu Nael tolong cariin margarin."
"Dimana margarinnya" Narael berusaha berbicara normal. Padahal hatinya masih ingin tertawa setiap melihat wajah Zela yang masih terbalur tepung. "Itu diatas meja, satu bungkus aja."
Narael mengambil panci dan memanaskan margarin hingga menjadi cair.
"Abis itu tunggu dingin."
Narael mengangguk lalu mematikan kompor saat margarin sudah mencair dan meletakkan panci di dekat wastafel agar tidak menganggu. Narael kembali di samping tubuh Zela, melihatnya meracik adonan. Lima menit margarin sudah cukup dingin, tidak sepanas tadi.
"Tolong ambilin margarin terus tuang ke adonan itu, secukupnya aja." Zela memerintah.
Narael mengambil panci berisi margarin dan menuangkan secukupnya. Zela lalu mengambil Alat untuk mengaduk adonan dan mencampur seluruh bahan hingga tercampur rata. "Udah selesai tinggal masukin adonan di tempatnya. Kamu mau?" Zela menawarkan Narael.
Narael mengangguk.
Zela dibantu oleh Narael memasukkan adonan itu didalam plastik terlebih dahulu untuk mempermudah dalam menakar. Membuatnya menjadi dua bungkus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love In A Vulcano [ON GOING]
General FictionKabut menyelimuti langit langit bumi siang ini, yang semula cerah berubah menjadi gelap, guncangan guncangan pada tanah yang kami pijak membuat kami kehilangan keseimbangan. Narael memeluk tubuh Zela dengan erat menggunakan tangan kirinya sedangka...