"Gemintang! Ayoo." seru Zela didepan pintu kelas. Gemintang menyusul Zela dan menunjukkan ekspresi bingung. "Mau ke sana lagi?" Pertanyaan yang Gemintang lontarkan dengan cepat dijawab anggukan antusias oleh Zela.
"Tumben gak sama Narael?" Zela mengerucutkan bibirnya. "Dia katanya mau belajar sama Bianca lagi." Gemintang memandang Zela lalu tersenyum "yaudah Ayuk" setelahnya mereka berdua berjalan beriringan menuju parkiran untuk mengambil sepeda.
"Kamu pernah ke sawah belum Zel?" Ditengah kesibukannya mengayuh pedal sepeda, Gemintang melontarkan pertanyaan untuk mencairkan suasana agar tidak bosan.
"Ke sawah?" Zela memastikan pertanyaan, Gemintang mengangguk. "iya sawah, kamu belum pernah?" Zela menggeleng. "Belum, emang disini ada?" Mendengar penuturan Zela membuat Gemintang terkekeh.
"Ada, kamu mau liat?"
"Mau!"
"Tapi kan sekarang kita harus fokus buat olimpiade, gimana kalo abis olimpiade aja aku ngajak kamu kesananya?" Zela mengangguk, menyetujui.
Tak terasa mereka sudah sampai tujuan, Gemintang segara memarkirkan sepedanya lalu berjalan masuk beriringan dengan Zela dan langsung disambut oleh paman Sam yang tersenyum lebar. "Hallo paman sam!" Zela melambaikan tangan, paman sam balas mengangguk ceria lantas mempersilahkan duduk.
"Paman, bisa gak ngajarin kita berdua ?" Gemintang membuka suara.
"Tentu, pelajaran apa?"
"IPA, kita mau olimpiade satu Minggu lagi." Ucapan Gemintang mengundang apresiasi yang terucap di bibir paman, "Bagus kalo gitu, mana materinya."
Sedangkan Zela mengerutkan alisnya, Gemintang yang melihat itu tersenyum. "Aku selalu diajarin paman sam, makanya bisa dapet peringkat bagus." Gemintang berbisik, Zela sontak berubah ekspresi menjadi kagum. "Beneran?" Gemintang mengangguk meyakinkan.
Karna jam makan sudah berlalu jadi tidak ramai yang masuk untuk membeli. Toko ini ramai ketika pagi pukul 08.00-09.00 dan siang pukul 12.00-01.00 dan malam saat orang-orang sudah selesai bekerja. toko ini terbilang strategis karna didekat sini banyak perkantoran dan juga pabrik jadi pembelinya kebanyakan karyawan dan butuh pabrik.
Paman Sam tanpa melepas celemek yang melekat ditubuhnya mulai mengajari mereka materi untuk olimpiade, selama paman Sam menjelaskan materinya Zela terkagum karna gaya paman Sam mengajari sangat berbeda dari biasanya, dan Zela juga sangat gampang menyerap. Sekarang Zela tahu mengapa Gemintang selalu mendapat peringkat yang bagus dan sulit untuk digeser, ia saja diajari oleh paman Sam, tentu membuat Gemintang yang pintar menjadi sangat pintar.
Karna paman Sam mengajarinya santai, Zela juga banyak menanyakan materi yang sebenarnya ia kurang paham dan dapat dimengerti dengan mudah oleh Zela saat paman Sam membantu nya memahami materi itu. Disela-sela pembelajaran mereka, paman Sam juga melayani pelanggan yang masuk untuk mengisi perut.
Mereka belajar selama tiga jam dan setelah itu berberes buku mereka yang saling menumpuk dimeja. Lalu menuju perpustakaan, buku yang kemarin Zela pinjam sudah ia kembalikan dan ia juga meminjam kembali buku dengan judul berbeda untuk besok ia baca. Kini mereka membaca buku dan larut dalam imajinasi masing-masing. Setelah belajar materi sangat banyak, mereka perlu merefresh otak mereka supaya tidak pecah dengan membaca komik dan Novel.
************
Di lain sisi Narael bersama Bianca sedang mendengarkan dengan seksama tutor yang Bianca bayar untuk mengajari mereka. Setelah hari Minggu kemarin mereka belajar di sebuah cafe milik orang tua Bianca, kini Narael diajak oleh Bianca kerumahnya. Awalnya Narael terkagum melihat besarnya rumah Bianca dan kemewahan yang menghiasi, pantas saja Bianca mempunyai gaya yang menurut Narael 'hedon', itu sangat cocok pada diri Bianca yang sangat populer di sekolah.
Saat matahari mulai terbenam, dan juga tutor sudah pulang, Narael berterima kasih kepada Bianca lalu berpamitan pulang. Sebenarnya Bianca menawarkan agar supir pribadi nya mengantarkan Narael, namun ia menolak dengan halus. Narael keluar dari rumah Bianca dan menaiki sepeda lalu mulai mengayuh pedal nya. Disepanjang jalan Narael menikmati angin yang berhembus menerpa wajahnya.
Saat melewati alun-alun kota ia berhenti sejenak lalu menghampiri seorang kakek-kakek yang duduk di rumput seraya menggelar jualannya.
"Selamat sore kek." Ucap Narael seraya menunduk lalu jongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan kakek tua tersebut. "Kakek jualan apa?""Saya jualan mainan sama kura-kura." Ucapnya dengan nada yang serak, terlihat bahwa kakek tersebut sudah amat tua dan tubuhnya sudah ringkih. Narael melihat kura-kura kecil yang berada dalam sebuah box yang berisi air lalu tertarik untuk membelinya.
"Kek, saya mau kura-kura nya dua ekor ya." Lalu kakek tersebut mulai membungkus kan kura-kura tersebut dengan tempatnya, sekalian juga Narael membeli perlengkapannya lalu membayar. "Makasih kek, kakek sehat-sehat ya, saya pamit dulu." Setelah berpamitan dan mengucap salam Narael segera melanjutkan perjalanannya menuju rumah.
Saat makan malam selesai Narael tak menuju balkon membuat Zela menunggunya, Namun Narael malah mengetuk pintu rumah Zela yang disambut oleh BI Ijah, disana juga ada papa dan mama Zela yang sedang duduk berdua di depan TV, Narael meminta izin kepada orang tua Zela dan setelah mendapat izin ia menuju kamar Zela yang berada di lantai dua. Narael menenteng box kecil berisi kura-kura yang tadi sore ia beli.
Saat sampai didepan pintu kamar Zela, ia mengetuknya hingga membuat Zela yang tadi berada dibalkon beranjak untuk membuka pintu, ia terdiam melihat Narael dihadapannya dan melihat sesuatu yang berada digenggaman Narael. "Itu apa?" Tanya Zela penasaran. Narael menunjukkan box itu dan Zela melihat sesuatu yang menggemaskan didalamnya, Zela menarik pergelangan tangan Narael kedalam kamar dan mereka kini duduk diatas karpet.
"Aku beli ini tadi sore di alun-alun." Narael menyerahkan kura-kura itu kepada Zela. "Buat aku?" Narael mengangguk, Zela segera memeluk tubuh Narael dan mengucapkan terimakasih kepadanya.
"Kamu punya akuarium kan? Narael bertanya kepada Zela, Zela mengangguk lalu mengambilnya digudang karna sudah lama tidak terpakai. Akuarium itu tidak terlalu besar, Zela dan Narael mulai menghias akuarium itu dan meletakkannya di sudut kamar Zela.
Mereka mengisinya dengan air dan meletakkan kura-kura tersebut kedalamnya."Lucu banget, gemes." Zela tersenyum lebar melihat kura-kura itu nyaman dengan lingkungan barunya.
"Lucu kaya kamu." Ucap Narael dengan lirih, namun tetap saja Zela mendengarnya, lalu Zela menepuk pelan pundak Narael, membuat Narael tersenyum hangat.
**************
Sampai jumpa di chapter selanjutnya-!!
Jangan lupa vote and komen
(Menerima saran dan kritik)
Kura-kuranya lucu ya?
💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love In A Vulcano [ON GOING]
Ficción GeneralKabut menyelimuti langit langit bumi siang ini, yang semula cerah berubah menjadi gelap, guncangan guncangan pada tanah yang kami pijak membuat kami kehilangan keseimbangan. Narael memeluk tubuh Zela dengan erat menggunakan tangan kirinya sedangka...