Bab 15. Misi pertama

1 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kini, disekolah tepatnya di rooftop gemintang berdiri bersisian bersama Zela. Kemana Narael? Maka jawaban yang tepat adalah.. Narael dan Bianca sedang berada di ruangan khusus untuk menjalankan pembelajaran untuk olimpiade di London.

"Kalo aku bilang sama kamu suatu hal yang kelihatan nya mungkin tapi belum tentu benar, percaya gak?" Celetuk Gemintang, Zela mengerutkan alisnya sebagai jawaban ingin tahu nya. Belum menjawab rasa penasaran yang tumbuh pada diri Zela, Gemintang menarik pergelangan tangan Zela dengan pelan menuju belakang gudang rooftop. Disana ada beberapa bangku dan meja yang rusak dan juga sofa. Gemintang melepas tangan Zela dan berjalan masuk kedalam tumpukan barang bekas lalu mengambil sesuatu dibaliknya.

Gemintang mengacungkan buku sketsa lalu menghampiri Zela. Ia mengajak Zela untuk duduk dan mulai membuka lembaran demi lembaran. Disana ada banyak moment yang ia abadikan didalam nya. Bahkan Zela juga kaget saat melihat ada dirinya dan Narael didalamnya, karna dibawah gambaran tersebut Gemintang selalu menuliskan nama siswa yang ia gambar.

"Udah berapa lama?"

"Dari awal aku masuk ke sekolah ini, mungkin?"

"Aku sering kesini sama Narael kok gak pernah liat kamu? Kamu bisa jadi manusia Transparan ya?" Ceplosnya dengan polos. Gemintang terkekeh mana mungkin ada manusia Transparan, dasar, haha.

"Coba kamu liat ini." Kini Gemintang berubah mode menjadi serius lalu membalikkan lembaran kertas tersebut hingga menampakkan gambaran yang membuat Zela terkejut. "Ini?" Diambang kebingungan nya dan rasa tidak percaya yang membumbung Gemintang mengangguk membuatnya menelan ludah. "Kok bisa gak ketauan?"

"Karna dia punya kuasa. Orang yang punya kuasa itu enak mau ngapain aja Zel." Gemintang mengambil buku  lain dalam laci meja yang sudah rusak lalu membawanya kepada Zela. Disana ada salah satu buku yang khusus untuk mengumpulkan bukti seseorang. "Kenapa ngumpulin ini semua?"

"Hobi aja gambar, ternyata bisa jadi bukti." Zela mengangguk paham, jemarinya masih sibuk membolak- balikan kertas guna melihat semua gambaran tersebut.

"Lo tau gak? Semua di direkayasa, dan gue korban nya." Gemintang mulai menceritakan kejadian beberapa Minggu sebelum olimpiade berlangsung.

Sore itu Gemintang memang pulang sore karna ia terbiasa duduk di rooftop setelah bel sekolah berbunyi. Sedangkan siswa yang lain nya berbondong-bondong untuk segera pulang.

Saat melangkahkan kakinya melewati ruang guru, ia menoleh ketika seseorang memanggilnya, itu guru killer. Guru killer tersebut meminta untuk Gemintang masuk kedalam ruang guru dan ia langsung menurutinya.

Gemintang mendekat ke arah guru killer lalu bertanya untuk apa ia diundang.

"Kamu lolos buat ikut olimpiade tapi bukan di matematika," Gemintang bingung atas penerangan guru killer tersebut. "Lho, kan saya bidang matematika Bu?"

Eternal Love In A Vulcano [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang