Sesuai janji yang terucap saat di bandara, malam ini Narael sudah menyiapkan sesuatu yang membuat Zela kegirangan atas sesuatu tersebut.
Lihatlah, terdapat dua tenda yang berdiri sejajar di antara rumah Zela dan Narael, diatas rumput hijau beserta peralatan camping yang sudah dipersiapkan jauh hari. Bahkan narael juga sudah menyiapkan makanan Snack dan daging yang akan mereka panggang malam ini.
Tekad Narael tergugah saat Zela sering kali membicarakan keinginannya untuk pergi camping diatas Gunung seraya menikmati sunrise dan senja yang melukis keindahan diatas sana.
Namun Narael belum bisa memenuhi keinginan tersebut, sebagai ganti nya Narael membeli tenda dan peralatan camping lalu menyiapkan nya di tanah kosong diantara rumah mereka.
Narael meminta tolong kepada pak Supri untuk membantunya mendirikan dua tenda tersebut dan menghiasnya dengan indah.
Ekspresi wajah bahagia Zela terlukis saat turun dari mobil dan melihat pemandangan tersebut, dia belum tahu siapa yang menyiapkannya. dengan segera Zela memberi tahu Narael, dan Narael memberitahu bahwa itu disiapkan olehnya untuk Zela. lalu Narael juga mengajak agar malam ini mereka tidur di tenda tersebut.
Saat matahari mulai tak tampak dan langit berubah warna menjadi gelap, Zela memakai setelan piyamanya berlari keluar dari rumah menuju tenda yang sudah ada Narael menunggu disana. Zela duduk di bangku lipat sisi kanan Narael dan tersenyum lebar. Narael sedang memanggang daging segar diatas pembakaran hingga matang lalu mengangkatnya. Saat sudah terkumpul banyak mereka mulai menyantap daging tersebut dengan balutan selada dan cocolan saus pedas.
Narael juga tak lupa untuk membeli Minuman bersoda. Setelah makan Zela kembali ke kamarnya untuk mengambil selimut yang tebal dan juga sepasang bantal guling, begitu juga Narael. Mereka menata tempat tidur mereka di tenda masing-masing. Lalu setelahnya mereka keluar dari tenda dan berkumpul di depan tenda.
Narael dan Zela tidur terlentang di rumput seraya memandang langit yang begitu indah malam ini.Jutaan bintang menggantung diatas sana dengan bulan bagai induknya, mereka menikmati itu dibawahnya. Pemandangan spektakuler, tak akan pernah terlupakan moment malam ini, hingga kapanpun.
Saat sedang asik-asiknya menatap butiran bintang yang bertaburan di langit, suara seru seseorang dari balik bangunan membuat Narael dan Zela bangkit dari tanah dan memposisikan tubuh mereka menjadi duduk lalu menatap sosok di depan pintu.
Ternyata itu adalah bi Ijah, "Kenapa Bi?!" Seru Zela. "Non malam ini tidur disitu?" Tanya bi Ijah.
"Iya Bi."
"Yaudah Non, tadi nyonya sama bapak nanya." Lalu setelah itu bi Ijah kembali masuk kedalam rumah sedangkan Narael menatap Zela. "Kamu gak ijin dulu?"
"Lupa, hehe." Zela cengengesan sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Karna jam terus berputar dan malam sudah larut mereka segera kembali ke tenda masing-masing lalu bersiap untuk tidur. Zela menata bantalnya dan dengan segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya agar tidak kedinginan, lalu tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love In A Vulcano [ON GOING]
General FictionKabut menyelimuti langit langit bumi siang ini, yang semula cerah berubah menjadi gelap, guncangan guncangan pada tanah yang kami pijak membuat kami kehilangan keseimbangan. Narael memeluk tubuh Zela dengan erat menggunakan tangan kirinya sedangka...