Waktu terus berjalan, seisi ruangan sangat tenang pagi ini. Tidak ada suara yang menghiasi semua siswa fokus terhadap lembar soal dihadapannya. Saat ini adalah penentuan seleksi puncak. yang lolos kali ini akan mewakili nama sekolah untuk melaksanakan Olimpiade Nasional.Narael yang sudah mematangkan persiapannya tidak begitu sulit mengerjakan tiap soal didalam lembar, begitu juga Zela. Beberapa Minggu terakhir, Zela dan Narael selalu belajar bareng untuk persiapan.
Jarum jam diatas meja guru selalu berputar membuat kegugupan menyelimuti langit-langit ruangan. beberapa siswa mengucurkan keringat padahal AC sudah cukup dingin didalam ruangan ini. "Baik anak-anak, waktu sudah habis. Silahkan angkat tangan kalian ke atas." Titah seorang guru killer beberapa saat kemudian, yang langsung membuat siswa menuruti perkataannya.
Guru killer dengan urut mengambil lembar soal beberapa siswanya yang terletak diatas meja, Lalu setelah selesai seluruh Siswa dipersilahkan untuk keluar.
Narael Dan Zela tentu saja berjalan secara beriringan. "Aku berharap banget bisa lolos kali ini." Ucap Zela seraya menangkupkan kedua tangannya dan raut mukanya penuh harap. "Semoga ya, perjuangan belajar kita beberapa Minggu ini berbuah hasil." Zela mengangguk menyetujui ucapan Narael.
Lalu mereka pergi ke rooftop untuk mencari udara segar guna me-refresh otak mereka yang sedari tadi dipaksa untuk fokus selama berjam-jam. Mereka naik ke atas gudang yang kemarin lalu duduk dipinggirannya.
"Nih mau?" Narael menyodorkan sebungkus permen karet yang ia ambil dari saku, Zela menerima ulurannya "makasih." Lalu mereka melahap permen karet secara bersamaan."Besok Minggu kamu ada agenda apa?" Tanya Narael. Zela menggeleng "Gak Tau sih, paling aku nonton drakor. Tapi bosen."
"Besok temenin aku berenang mau?"
"Ayoo!"
********************
Di sudut sekolah lain, di salah satu ruangan seorang siswa melangkah masuk dan berdiri di meja seorang guru killer. "Udah tau harus ngelakuin apa kan?"
Guru killer itu mengangguk.
"Bagus deh, jadi gue gak perlu ngehabisin suara gue yang berharga."
Lalu siswa itu melangkah dengan anggun keluar dari ruangan dan berjalan menuju rooftop.
Saat menjejakkan kakinya di rooftop ia melihat sekeliling memastikan tidak ada orang di sana lalu mulai melangkah ke tepian dan duduk disana. Siswa itu mematik batang rokok dengan korek api dan menghisapnya seraya melemparkan pandangannya ke langit.
Rooftop sekolah memang sangat luas namun jarang ada siswa yang keatas sana. Siswa itu membelakangi Narael dan Zela, mereka tidak melihat satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love In A Vulcano [ON GOING]
Fiksi UmumKabut menyelimuti langit langit bumi siang ini, yang semula cerah berubah menjadi gelap, guncangan guncangan pada tanah yang kami pijak membuat kami kehilangan keseimbangan. Narael memeluk tubuh Zela dengan erat menggunakan tangan kirinya sedangka...