Sejak kejadian kemarin Zela menjadi tidak mau berbicara kepada Narael hingga jam pelajaran pertama sudah selesai dan khusus anak yang ikut olimpiade akan memasuki ruangan belajar mereka masing-masing untuk persiapan. Zela tak menegur apapun tentang Narael yang ingkar janji, begitu pun Narael yang tak mengajak Zela berbicara. Walaupun sebenarnya Narael merasakan perbedaan pada diri Zela. Mereka hanya saling lirik dan membuang muka satu sama lain, entah mengapa. Masing-masing mereka bertarung dengan perasaannya.
Zela menatap punggung Narael di simpang lorong dimana Narael sedang berjalan bersama Bianca disampingnya. Gemintang yang disamping Zela menatap pada arah yang sama, gemintang tahu mungkin ada sesuatu diantara Narael dan Zela karna mereka berdua selalu berdampingan setiap saat, ini terasa baru bagi Zela karna sebelumnya Narael dan Zela selalu mewakili perlombaan satu bidang. Kalaupun tidak pasti lomba individual tidak berpasangan.
Namun gemintang tak ingin menanyakan persoalan itu sekarang, itu akan membuat Zela merasa sedih.
Zela mengalihkan pandangannya dan fokus terhadap jalan, hingga ia dan Gemintang tiba di ruangan yang menjadi tempat belajarnya sementara. Disana sudah ada guru yang akan mengajari mereka. selama pelajaran Zela berusaha tak memikirkan hal lain dan memaksa pikirannya fokus terhadap materi yang disampaikan.Saat bel pulang sekolah berbunyi Zela segera menuju kelas Gemintang yang berada di lantai dua karna ia menerima tawaran yang Gemintang berikan. Sama seperti Narael, Gemintang juga menggunakan sepeda. Zela segera menaiki tubuhnya pada boncengan dan Gemintang mulai mengayuh pedal sepedanya. Sedangkan Narael yang melihat itu dari kejauhan tersenyum tipis. Benar yang dikatakan Bianca bahwa Zela tentu akan bersama Gemintang. Lalu Narael menaiki sepeda kesayangan nya dan mulai mengayuh berlawanan arah dengan Zela dan Gemintang.
Gemintang membawa Zela menuju ke pasar yang berada di pelosok dan melewati jalan sempit lalu berhenti di sebuah ruko yang tampak sudah tua. Zela memandangi ruko itu dan mengangkat alisnya meminta penjelasan. Namun gemintang malah menarik pergelangan tangan Zela dan membawanya masuk kedalan ruko tersebut. Saat mereka memijakkan kakinya disana seorang pria paruh baya yang umurnya sekitar 60 tahun menyambut dengan senyuman ramah yang terukir di sudut bibirnya.
"Paman sam, perkenalkan ini Zela temanku." Ucap gemintang memperkenalkan Zela. Zela tersenyum lalu mengangguk dan membalas uluran tangan paman sam, berjabat tangan. Setelah bercakap ringan Zela dan Gemintang duduk disalah satu bangku dan memesan makanan yang populer disini, yaitu sup ayam jamur.
Setelah beberapa saat paman sam mengantar pesanan tersebut ke meja mereka berdua. Karna pelanggan hari ini sedang lumayan sepi paman sam menemani mereka makan dengan mengobrol santai. Gemintang sangat sering kesini hingga paman sam menganggap Gemintang adalah anaknya, bukan untuk memesan makanan, namun membantu paman sam membuat pesanan. Sebenarnya ruko ini cukup populer dengan makanan yang mempunyai resep rahasia membuat ruko ini bernama 'resep rahasia sam.' padahal resep itu milik istrinya yang meninggal beberapa tahun lalu.
Singkat cerita paman sam dan istrinya membeli ruko untuk usaha dan merintis bersama hingga populer. Istri paman sam mengusulkan agar tempat makan ini diberi nama resep rahasia Sam yang membuat awalnya paman sam tidak terima karena resep tersebut milik istrinya, bukan dia. Namun paman sam akhirnya setuju setelah dibujuk istrinya puluhan kali. Tepat 20 tahun setelah usaha itu berdiri istrinya menghembuskan nafas terakhir, meninggalkan paman sam sendiri meneruskan usaha itu.
Awalnya gemintang diberitahu oleh seseorang bahwa ada salah satu tempat makan yang menyediakan perpustakaan pribadi membuat Gemintang menjadi langganan disana dan akrab dengan paman sam, ia pun mulai membantu paman sam dan paman sam membantu dirinya belajar karna paman sama adalah seorang yang memiliki pikiran sangat cerdas. Bahkan buku perpustakaan itu adalah miliknya dan istrinya yang bertahun-tahun mereka koleksi. Mereka adalah sepasang kekasih yang serasi, mencintai dunia sastra dan literasi.
Setelah makan, Gemintang mengajak Zela menuju perpustakaan yang berada di lorong pojok membuat Zela terkagum akan banyaknya buku yang berjejer rapih di rak. "Ini semua koleksi paman sam?" Tanya Zela langsung kepada paman sam yang berada di belakangnya. Paman Sam mengangguk lalu tersenyum.
"Wah, surga dunia." Asbun Zela keluar.
"Baca aja, kalo mau minjem boleh.. nanti bilang paman di kasir."
"Beneran boleh paman?" Zela memastikan yang dibalas anggukan kepala oleh paman sam. Paman Sam lalu pamit karna ada pelanggan baru yang masuk. Sedangkan gemintang menatap wajah Zela yang sangat lucu saat mengamati deretan buku yang berjejer rapih lalu mengambil buku yang akan dia baca. Gemintang juga melakukan hal yang sama lalu mereka menuju sofa yang sudah disiapkan disana dan larut dalam imajinasi masing-masing.
Saat matahari sudah berubah warna menjadi jingga, gemintang segera mengajak Zela untuk kembali kerumah, gemintang akan mengantarkan Zela kerumahnya. Zela sudah menghabiskan tiga bacaan dan segera mengembalikannya di rak buku seperti semula, Gemintang juga melakukan hal yang sama. Sebelum pulang Zela mengambil dua judul buku dan menuju ke paman sam, meminta izin untuk meminjam. Saat sudah menuliskannya di buku pinjaman mereka berdua pamit pada paman sam dan segera pulang sebelum matahari terbenam.
Gemintang mengayuh sepedanya hingga tiba di depan pos kompleks, ia tidak bisa masuk kedalam komplek dan meminta maaf kepada Zela karna hanya bisa mengantar sampai situ, Zela menggeleng. "Gausah minta maaf, justru aku yang seharusnya minta maaf karna buat kamu capek ngayuh sepeda."
"Gak apa-apa, kamu hati-hati ya jalan kerumahnya." Ucap Gemintang kepada Zela. "Kamu juga hati-hati, makasih." Lalu mereka saling melambaikan tangan dan berpisah jalan. Zela harus jalan sekitar 200 meter hingga tiba dirumahnya.
Saat selesai makan malam Zela segera menuju balkon, entahlah walaupun sekarang diantara Zela dan Narael sedang tidak akrab namun keduanya tetap berada dibalkon seperti biasanya. Walaupun tidak ada percakapan sama sekali, mereka hanya duduk di pojok balkon dan sama-sama melihat bintang hingga akhirnya Narael berkata di dalam kaleng yang menghubungkan ke Zela.
"Seru ya main sama Gemintang?"
Zela menoleh Namun tak menjawab, malah melontarkan pertanyaan balik kepada Narael. "Enak ya main sama Bianca?"
Narael mengerutkan alisnya "siapa yang main? Aku belajar bareng sama Bianca."
"Aku juga gak main, aku belajar bareng sama Gemintang." Jawaban Zela membuat Narael terdiam.
"Maafin aku,"
"Ngapain minta maaf?"
"Aku ingkar janji buat belajar sama kamu hari Minggu."
"Trus hari Minggu kamu kemana?"
"Kerumah Bianca."
Zela diam menahan gejolak amarah didalam hatinya. "Kamu udah buat janji belajar sama aku ditaman tapi pas aku kerumah kamu malah kamu nya pergi dan ternyata kerumah Bianca buat belajar? Aku Gabakal marah kalo kamu batalin janji dan beri alasan daripada ditinggal gitu aja."
Sebenarnya Narael lupa sudah membuat janji bersama Zela, dirinya baru ingat ketika bunda bercerita saat makan malam bahwa tadi pagi Zela datang kerumah dan mencari dirinya untuk belajar di taman. Bahkan malam itu ia menyalahkan dirinya sendiri.
Dan saat paginya ia akan menjemput Zela, Zela malah sudah berangkat bersama papanya dan pulang bersama Gemintang.
"Maaf." Lagi-lagi Narael meminta maaf, dengan nada lirih.
**************
Sampai jumpa di chapter selanjutnya-!!
Jangan lupa vote and komen
(Menerima saran dan kritik)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love In A Vulcano [ON GOING]
Художественная прозаKabut menyelimuti langit langit bumi siang ini, yang semula cerah berubah menjadi gelap, guncangan guncangan pada tanah yang kami pijak membuat kami kehilangan keseimbangan. Narael memeluk tubuh Zela dengan erat menggunakan tangan kirinya sedangka...