5: The Party Boy

8.3K 666 4
                                        

Miami, United States.

Jeff berdiri di tengah keramaian kelab malam, lampu neon berwarna-warni berkelebat di atas kepalanya, seperti kilatan flash kamera saat podium ceremony. Bedanya, di sini tidak ada trofi, tidak ada champagne yang disemprotkan ke arah para pemenang, hanya suara musik yang menghantam telinga dan sekelompok cewek yang jelas-jelas mencoba menarik perhatiannya. Tapi Jeff, seperti di lintasan balap, fokusnya sulit digoyahkan. Di balik senyum santai dan aura "party boy" yang sering ia tunjukkan, pikirannya melayang jauh—balapan di Miami GP beberapa hari yang lalu dan tentu saja, ayahnya.

"Hey, Jeff," seorang cewek dengan rambut blonde dan dress ketat tersenyum, meliriknya dengan tatapan yang jelas-jelas menggoda. "You were amazing in last race. Must be tough being this fast and... hot."

Jeff hanya tertawa ringan, senyum tipis yang tak benar-benar sampai ke matanya. Flirting semacam ini sudah jadi rutinitas baginya. Cewek-cewek yang hanya tertarik pada image-nya sebagai pembalap Formula 1, bukan pada siapa dia sebenarnya.

"Well, I do my best," balas Jeff singkat, matanya menyapu ruangan mencari sosok yang lebih familiar.

Di sudut bar, ia melihat Elisha Minardi, sahabatnya sejak zaman karting dulu, sedang memesan minuman. Jeff mengucapkan permisi singkat pada cewek-cewek di sekelilingnya sebelum berjalan menuju Eli, meninggalkan mereka dengan ekspresi kecewa yang sudah tak asing lagi baginya.

"Yo, Eli," Jeff menyapa sambil menepuk bahu Elisha.

"Sup, mate," Eli membalas sambil menyerahkan satu gelas bir ke Jeff. "How's life being the notorious party boy of F1?"

Jeff tertawa lepas kali ini, karena Eli selalu tahu cara mengolok-oloknya. "Yeah, right. You know I just like to keep the headlines busy while I focus on the races."

Eli mengangguk sambil meminum cognac-nya, matanya memandang Jeff dengan penuh pemahaman. Mereka sudah saling kenal sejak mereka masih anak-anak di sirkuit karting, jadi tidak ada lagi topeng yang perlu dipakai ketika mereka bersama. "Miami GP was rough, huh? Your old man must've had something to say about it."

Jeff mendesah, wajahnya yang tadinya santai berubah menjadi lebih serius. "Lo tahu dia. Nggak pernah puas," kata Jeff sambil meneguk wishkey-nya. "Gue udah kasih segalanya di race itu, tapi somehow, in his eyes, I'm still falling short."

"Ferdinand always pushes too hard, man. Dia kayak masih balapan di kepalanya sendiri," Eli berkata sambil menggelengkan kepala. "But you? You're already proving everyone wrong."

Jeff hanya mengangkat bahu. Kadang rasanya balapan melawan waktu lebih mudah dibanding berusaha memenuhi ekspektasi ayahnya yang tampak tak ada habisnya. Tapi, daripada memperpanjang topik ini, Jeff memilih untuk mengalihkan pembicaraan.

"So, how about you? Gimana rasanya P10 di Miami?" tanya Jeff, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Eli tertawa kecil. "Not bad, not great. Tapi seenggaknya, gue nggak DNF kayak beberapa orang,"

Jeff menendang ringan kaki Eli di bawah meja, tertawa. "Shut up."

Mereka duduk dalam keheningan untuk beberapa saat, sebelum Eli akhirnya bertanya, "Hey, speaking of races... gimana kabar MJ? I heard she was in the paddock the other day."

Jeff mengangkat alis, agak terkejut dengan pertanyaan itu. "What about her?"

"Come on, bro," Elisha memutar matanya. "I heard about the whole MJ and Arlo thing. Thought you might have some thoughts on that."

"Gue nggak peduli tentang Arlo," katanya dingin. "atau MJ, bukan urusan gue."

"Tapi lo ketemu dia nggak? Kan keluarga lo deket sama keluarga dia."

Jeff mengangguk. "She had to do an interview with me. Nothing special. Gue nggak begitu ngobrol sama dia, gue deketnya sama adeknya, Oliver,"

Eli menaikkan alisnya, penasaran. "Nothing special, huh? Because from where I'm standing, she seems... interesting."

Jeff menatap Eli, sedikit curiga. "Dude, are you serious? MJ? You're into her?"

Eli tertawa santai, mengangkat bahu. "What? She's smart, beautiful, and she doesn't seem like the kind of girl that's easily impressed. I like a challenge and if you're not interested, maybe I'll take a shot."

Jeff menggelengkan kepalanya, setengah tertawa, setengah bingung. "Good luck with that. I'm not getting involved."

"Alright, man. But you know, some things are worth a second look."

Jeff tertawa kecil, meski tak sepenuhnya yakin dengan apa yang lucu. "We'll see, Eli. We'll see."

Rule Number Five [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang