CHAPTER 15

961 101 11
                                    

Hari berganti hari, tak terasa Zayn sudah sebulan lebih tinggal di mansion dareska. Dan Zayn mulai merasa kesepian akhir akhir ini karena keluarganya mulai sibuk dengan kegiatannya masing masing.

Sore ini, Zayn terlihat begitu fresh setelah mandi dan tidur siang. Ia turun bersama maid yang Alister tugaskan untuk membantu Zayn ketika keluarganya tidak bisa stay di mansion.

Pintu lift terbuka berbarengan dengan suara motor sport yang terparkir di pintu utama. Zayn sangat mengenali suaranya oleh karena itu ia langsung berlari menuju pintu utama tanpa mempedulikan jantung maid yang hampir lepas.

Pintu terbuka oleh abang ke empatnya dan Zayn langsung saja menabrakkan dirinya ke kakaknya.

Sean yang tidak menduga akan ada serangan mendadak membuatnya sedikit terhuyung ke belakang.

"Kakakk ! Adek kangenn huh huh" ujar Zayn dengan gembira meski dengan nafas yang berantakan.

Sementara Tina, maid khusus yang ditugaskan menjaga Zayn baru saja sampai dan tubuhnya sedikit menegang melihat Sean di sana.

"Duh tuan kecil kenapa lari lari, jika jatuh bagimana ?" Tanya Tina khawatir.

"Ihh Zayn kangen sama kakak tau !"

Sean menghela napas pelan. "Bibi boleh pergi." Sean mengatakannya dengan suara dingin membuat Zayn sedikit takut.

Sedari tadi Sean juga tidak membalas pelukannya.

Tina akhirnya pamit undur diri dan pergi dari sana. Ia tak mau membuat tuan mudanya semakin marah.

Perlahan Zayn melepas pelukannya dan menunduk. Zayn merutuki perbuatannya, bagaimana jika kakaknya marah seperti dulu. "Kakak" panggil Zayn dengan suara kecil.

Ia juga masih sibuk menetralkan nafasnya membuat Sean semakin marah. Kenapa adiknya harus berlarian, padahal baru beberapa hari ini benar benar pulih setelah beberapa kali drop.

Setelah beberapa kali menghela nafas untuk meredam emosinya, Sean menggendong Zayn dan mencari oksigen terdekat yang ada di sana.

Sean mendudukkan adiknya di sofa dan dengan gerakan cepat Sean memakaikan Zayn nasal kanul.

Zayn hanya diam karena ia tau kakaknya marah.

"Tunggu disini."

Zayn akhirnya pasrah, kakaknya pasti marah. Ia juga tidak mengerti kenapa kakinya itu sangat ingin berlarian ke sana kemari. Padahal semua orang yang ada di mansion melarangnya.

Sekarang ia harus fokus mengembalikan nafasnya menjadi normal selagi kakanya pergi.

Setelah beberapa menit Zayn ditinggalkan sendiri, akhirnya Sean kembali dengan pakaian santainya. Tak lupa dengan segelas air di tangannya.

"Masih sesak hm ?" Tanya Sean dengan lembut membuat Zayn mengangkat kepalanya untuk melihat Sean.

Zayn menggeleng pelan lalu kembali menunduk.

Sean duduk di samping adiknya. "Minum dulu."

Zayn menurut. Ia meminum air yang telah di bawa kakaknya dengan bantuan Sean.

Setelahnya Sean meletakkan gelas di meja dan mengusap kepala adiknya dengan sayang.

"Kenapa menunduk hm ? Sini lihat kakak." Sean menarik dagu Zayn dengan lembut agar menatapnya.

"Kakak marah ?"

"Tentu. Kakak marah pada adik kecil kakak ini. Berlarian sampai sesak dan memeluk kakak yang baru sampai."

"Maaf, adek ga akan peluk kakak lagi." Ucap Zayn dengan wajah sedihnya.

Sean menggeleng lalu menangkup kedua pipi adiknya dan mengecup dahinya sesaat.

ZAYN ; KELUARGA ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang