Series 2. BMLL(16)

1.5K 171 54
                                    

"Permen Kapas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Permen Kapas."
..
..
..


.
.
.

Mark keluar dari persembunyiaannya. Pemuda itu berjalan mendekat ke arah Jeno yang terduduk di lantai atap sembari menangis.

"Jeno....."

Mark bersuara dengan napas sedikit memburu. Ketika Jeno menoleh, ia melayangkan tangan kanannya.

Plak!

Jeno memegang pipinya yang baru saja mendapat tamparan dari Mark.

"Maksud lo apa nampar gue?" tanya Jeno kesal.

"Hadiah buat tukang selingkuh," jawab Mark. "Lo selalu nyebut gue pelacur, kan?" tanyanya. "Ternyata yang pelacur itu lo bukan gue."

Jeno berdiri dan melayangkan tangannya hendak menampar Mark. Namun, pemuda itu bisa menahannya.

"Lepasin tangan gue!" teriak Jeno.

"Enggak sebelum lo sadar diri," kata Mark. "Udah selingkuh malah merasa paling tersakiti. Kepala lo ada isinya gak, sih?"

"Diam!" bentak Jeno emosi. Dia berusaha melepaskan genggaman tangan Mark di lengannya yang terasa begitu kuat. "Lepasin gue!"

Akhirnya Mark melepaskan tangan Jeno. Pemuda itu terlihat meringis. Sebenarnya tidak tega, tapi Jeno pantas mendapatkannya.

"Mulai sekarang lo jangan dekat-dekat Haechan lagi karena dia pacar gue," ucap Mark. Maaf, Echan. Gak ada maksud, tapi ini demi kamu juga, kok.

Jeno mengerutkan kening, lalu tertawa renyah hingga membuat Mark bingung.

"Dapatin bekas orang aja bangga, ya," kata Jeno setelah tawanya mereda. "Jangan amnesia kalau Haechan itu bekas gue."

"Bekas?" tanya Mark. "Hm, kayanya enggak, deh."

"Maksud lo apa, hah?! Haechan mantan pacar gue dan sekarang lo jadi pacarnya. Gak salah kalau gue bilang Haechan itu bekas gue," ujar Jeno.

Mark geleng-geleng kepala. "Jeno, kata 'bekas itu cuma buat seseorang yang udah pernah di'pake sama orang lain. Nah, sementara Haechan belum pernah begituan sama lo. Jadi, statusnya belum jadi bekas orang," sahut pemuda itu. "Lo yang bekas kali," lanjutnya. "Bekas Na Jaemin."

"Lo!" Jeno menunjuk Mark dengan kesal.

"Lho, apa yang gue bilang itu kenyataan, kok," balas Mark enteng. "Setiap malam sebelum kita debut, gue selalu dengar suara desahan di kamar lo. Gak mungkin lo main sama Haechan karena setiap gue dengar suara desahan itu, gue selalu menghubungi Haechan. Masa iya dia lagi 'akhem' sama lo, tapi masih bisa angkat telpon dari gue? Mana suaranya biasa aja lagi. Hm, patut dicurigakan."

Before' My Little Lion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang