Series 2. BMLL(Final)

1.5K 174 42
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Haechan tersenyum kala melihat Mark yang tengah sibuk di dapur. Pemuda itu berjalan mendekat, lalu memeluk sang kekasih dari belakang.

Mark tampak terkejut dan hampir memukul seseorang yang memeluknya dengan spatula.

"Ish! Haechan!" Mark berucap kesal. "Bikin kaget aja, sih!" Pemuda itu mematikan api.

Haechan tertawa. Ia memberi ciuman di pipi kekasihnya.

"Bikin apa, sayang?"

"Eeum, telur mata sapi. Tapi---"

Mark merengut sembari menatap telur di penggorengan.

"Hm?"

Haechan melirik apa yang dilihat sang kekasih. Ia langsung speechless.

"Kamu mau bikin apa, sayang?" tanya Haechan. Pemuda itu berusaha untuk tidak tertawa.

Mark semakin merengut. "Semalam Taeyong Hyung bikin roti tawar. Nah, aku kepikiran mau buatin kamu roti sandwich, tapi telurnya malah jadi begitu."

Haechan tidak bisa menahan diri lagi. Dia tertawa begitu lepas. Kekasihnya ini sungguh menggemaskan.

Mark berdecak kesal. "Jangan ketawa!" Ia merengek dengan wajah yang terlihat lucu. "Ish, Haechan!"

"Maaf, Singa." Haechan memilih untuk berhenti tertawa daripada kekasihnya meranjuk. "Hm, gak apa-apa itu masih ada bentuknya, kok."

"Acak-acakan gini. Kuning telurnya aja gak tau di mana, udah kecampur gitu," gumam Mark seraya menatap telur buatannya. "Pasti gak bisa dimakan."

"Gak apa-apa, sayang. Rotinya mana?" tanya Haechan.

"Eeum, itu----"

Mark berkedip ketika melihat roti di dalam panggangan sudah berubah warna menjadi hitam. Pemuda itu bergegas mendekati tempat panggangan roti.

"Yaaah, rotinya gosong," ucap Mark dengan raut wajah menyendu. "Gimana, dong?"

Haechan hanya bisa kembali tertawa melihat tingkah sang kekasih. Niat ingin membuat sarapan, tapi malah berakhir tak bagus.

"Sayang, jangan dipegang!" teriak Haechan saat Mark hendak memegang roti dalam panggangan dengan tangan kosong.

"Aws!" Mark meringis pelan karen tangannya terkena pinggiran panggangan yang cukup panas. "Perih....."

Haechan berdecak, lalu mendekat ke arah Mark. "Aku udah bilang jangan dipegang, Singa. Kenapa masih nekat pegang, sih? Mana gak pake capitan atau apalah sejenisnya."

Pemuda itu memegang tangan Mark yang terkena panas dari panggangan roti dan mengusapnya lembut.

Mark merengut. "Jangan dimarahin. Aku, kan, gak tau kalau panggangannya panas."

Before' My Little Lion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang