Freya berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit saat kota di luar jendelanya mulai tenang. Lampu jalan menciptakan bayangan panjang di seluruh ruangan, dan dengungan lembut kendaraan di kejauhan memberikan latar belakang yang menenangkan bagi keheningan yang menyelimutinya. Namun, meskipun tenang, pikirannya gelisah.
Sejak ciuman dalam mimpi itu, emosi Freya menjadi kacau. Dia selalu tahu bahwa hubungannya dengan Fiony adalah sesuatu yang istimewa, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar persahabatan, tetapi sekarang setelah cinta bersemi di antara mereka, dia tidak bisa berhenti memikirkan kekasih hantunya itu. Rasa sakit di dadanya telah beralih dari rasa sakit pahit-manis karena kerinduan menjadi sesuatu yang jauh lebih dalam: hasrat yang luar biasa untuk dekat dengan Fiony, untuk merasakan kehadirannya dengan segala cara.
Namun, ada batasnya. Betapapun kuatnya perasaan mereka, mereka terikat oleh realitas dunia mereka yang berbeda.
Freya berbaring miring, memeluk bantalnya erat-erat sambil mendesah. Ruangan terasa lebih dingin malam ini, tetapi dia tahu itu bukan sekadar hawa dingin musim gugur yang merayap masuk. Itu karena ketidakhadiran Fiony. Pada hari-hari setelah pertemuan mimpi mereka, Fiony semakin sering datang dan pergi, terkadang menghilang selama berjam-jam tanpa penjelasan. Freya berusaha untuk tidak khawatir, tetapi keintiman yang tumbuh di antara mereka hanya meningkatkan rasa kehilangannya saat Fiony tidak ada.
Tepat saat pikiran itu terlintas di benaknya, suhu di ruangan itu turun, dan Freya merasakan angin dingin yang familiar menyentuh kulitnya. Dia tidak perlu melihat untuk mengetahui Fiony telah kembali.
Sebuah suara lembut berbisik dari bayangan, "Freya."
Freya bangkit, jantungnya berdebar kencang mendengar suara Fiony. Ia berbalik ke sudut ruangan, tempat Fiony perlahan-lahan muncul, wujudnya berkedip-kedip seperti api yang memudar sebelum berubah menjadi kecantikan halus yang dicintai Freya.
"Kau sudah kembali," desah Freya, kelegaan menyelimutinya saat ia tersenyum. "Aku mulai bertanya-tanya ke mana kau pergi."
Fiony mendekat, matanya yang gelap menatap tajam ke arah Freya. "Maaf, aku terlalu lama pergi," katanya lembut, suaranya mengandung nada ragu-ragu. "Tapi aku butuh waktu untuk berpikir."
"Tentang.. kita?" tanya Freya, suaranya nyaris seperti bisikan.
Fiony mengangguk, berdiri tepat di tepi tempat tidur. "Ya. Aku banyak memikirkan kita."
Freya bergerak, jantungnya berdetak lebih cepat saat ia bertemu pandang dengan Fiony. Ada sesuatu yang berbeda dalam ekspresinya malam ini, sesuatu yang mentah dan rapuh yang menyentuh hati nurani Freya. Ia tahu Fiony tengah berjuang melawan emosinya sendiri, dengan beban masa lalunya dan ketidakpastian masa depan mereka, tetapi malam ini, rasanya seolah-olah mereka berdua berada di ambang sesuatu yang baru.
Fiony menurunkan tubuhnya ke tempat tidur, tubuhnya masih seperti transparan, tetapi lebih nyata dari sebelumnya. Kasurnya hampir tidak bergerak, tetapi Freya bisa merasakan sedikit jejak kehadiran Fiony di sampingnya.
"Aku sudah memikirkan betapa aku ingin dekat denganmu," Fiony mengaku, suaranya sedikit bergetar. "Aku tahu mustahil bagi kita untuk... bersama seperti orang lain. Tetapi aku tidak ingin itu menghentikan kita untuk tetap dekat."
Dada Freya sesak karena emosi, hatinya sakit melihat kelemahan Fiony. Ia mengulurkan tangan, tangannya berada di dekat tangan Fiony, meskipun ia tahu ia tidak bisa benar-benar menyentuhnya.
"Fiony, kita tidak harus menjadi seperti orang lain," kata Freya lembut. "Apa yang kita miliki berbeda-istimewa. Kita tidak perlu dibatasi oleh apa yang 'normal.'"
Mata Fiony berkaca-kaca saat menatap Freya. "Tapi aku ingin dekat denganmu, Freya. Aku ingin merasakanmu, menyentuhmu. Aku ingin merasakan segalanya bersamamu, meski hanya sesaat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound by Love, Separated by Death
Mystery / Thriller[GL] [gxg] [Frefio] Freya, seorang mahasiswa sastra yang pendiam, memiliki kemampuan unik-dia bisa melihat dan berinteraksi dengan hantu. Ketika dia pindah ke apartemen barunya yang berhantu, dia bertemu Fiony, roh seorang gadis yang tidak bisa meni...