Chapter 18: Magic Between Two Worlds

108 16 1
                                    

Sejak malam ajaib ketika Fiony berhasil meningkatkan energinya untuk menyentuh Freya di dunia nyata, hidup mereka berubah. Setiap hari terasa penuh dengan keajaiban baru, seolah batas antara dunia roh dan dunia manusia perlahan-lahan menghilang. Fiony, yang sebelumnya hanya bisa dilihat oleh Freya, kini memiliki kemampuan untuk menyentuh dan merasakan Freya dengan lebih sering, meskipun masih dalam waktu yang terbatas.

Meskipun kekuatan Fiony tidak selalu stabil, momen-momen di mana ia bisa menyentuh Freya menjadi semakin sering. Setiap kali Fiony berhasil memfokuskan energinya, mereka menghabiskan waktu bersama dengan cara yang terasa lebih nyata daripada sebelumnya. Kini, bukan hanya di dalam mimpi mereka bisa merasakan kehangatan satu sama lain, tetapi juga di dunia nyata. Sentuhan jemari mereka, kehangatan pelukan, dan ciuman lembut di bibir terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

Freya masih menjalani kehidupan sehari-harinya seperti biasa—kuliah, pergi bersama Jessi dan Lyn, menjalani tugas-tugas dan rutinitasnya. Tapi ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Kini, ia menjalani hari-harinya dengan lebih bersemangat, karena ia tahu bahwa setiap kali ia pulang, Fiony akan ada di sana, menunggunya dengan senyuman lembut dan sentuhan yang semakin nyata. Saat-saat kemesraan mereka tak lagi hanya terjadi di dunia mimpi, tetapi di apartemen kecil tempat mereka tinggal bersama.

Sore itu, Freya pulang lebih awal dari kampus. Matanya berbinar saat ia membuka pintu apartemen, tahu bahwa Fiony pasti sudah menunggunya. Dan benar saja, Fiony ada di sana, duduk di sofa dengan wajah yang memancarkan kehangatan. Meskipun Fiony tak bisa meninggalkan apartemen seperti manusia lain, ia tetap hadir, selalu menemani Freya saat dia kembali.

"Bagaimana harimu?" tanya Fiony lembut, suaranya seperti melodi yang membuat Freya merasa damai.

Freya tersenyum, meletakkan tasnya di meja dan mendekat ke arah Fiony. "Terasa lebih baik setelah aku pulang," jawab Freya, menggoda.

Fiony tersenyum tipis. "Bisa aja kamu."

Freya tertawa kecil. Ia duduk di samping Fiony, merasakan keberadaan roh itu di sampingnya lebih nyata dari sebelumnya. Fiony, dengan hati-hati, mengulurkan tangannya. Sentuhan itu terasa dingin, tapi juga lembut, seperti angin malam yang membelai kulit. Freya membalas sentuhan itu, menggenggam tangan Fiony erat, seolah memastikan bahwa apa yang ia rasakan benar-benar nyata.

"Ini masih terasa ajaib, ya?" kata Freya pelan, menatap mata Fiony dalam-dalam.

Fiony mengangguk, pandangannya dipenuhi cinta yang dalam. "Setiap kali aku bisa menyentuhmu, rasanya seperti mimpi yang tidak ingin aku akhiri."

Freya menarik Fiony lebih dekat, hingga kepala Fiony bersandar di bahunya. Mereka duduk seperti itu, menikmati keintiman yang dulunya hanya bisa mereka alami di dunia mimpi. Kini, di sini, mereka merasa lebih terhubung dari sebelumnya. Keajaiban ini, meskipun sementara, menjadi sumber kebahagiaan yang luar biasa bagi keduanya.

Percakapan berubah menjadi percakapan dari hati ke hati yang manis, kata-kata lembut dan jaminan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Fiony semakin jarang berbicara saat percakapan semakin mendalam, air mata mengalir di matanya bahkan sebelum dia merasakan emosinya membengkak. Freya menyeka air matanya, memeluk Fiony erat di dadanya, mengingatkannya bahwa dia tidak perlu khawatir tentang apa yang akan mereka hadapi esok.

Ada begitu banyak cinta dalam kata-kata berikutnya yang diucapkan Freya. Tidak ada yang mendalam, sungguh, tetapi ada sesuatu tentang ketulusan yang membuat perasaaan Fiony semakin membengkak. "Kamu lebih kuat daripada yang kamu duga Fiony, tahukah kamu, kita akan baik-baik saja." ketika Fiony melirik ke atas, Freya terkesima oleh kecantikannya, dia menyingkirkan rambut Fiony dari wajahnya dan menciumnya. Fiony membalasnya seperti dia telah menunggu ini sepanjang hidupnya, seluruh tubuhnya rileks dalam pelukan Freya. 

Mereka menghabiskan waktu seperti itu, bibir saling menempel dan tangan saling membelai punggung, tak satu pun dari mereka ingin menjauh, sebagian karena itu sangat sempurna tetapi sebagian lagi karena mereka tidak ingin menghadapi pertanyaan dan keraguan yang tak terelakkan yang akan menyusul.

Pikiran Fiony terusik saat Freya mengusap lidahnya di bibir bawahnya. Fiony merintih pelan lalu membuka bibirnya, membiarkan Freya memperdalam ciumannya. Ada hawa panas yang terbentuk di dalam tubuh Fiony sekarang, hampir mustahil untuk diabaikan. Dia menginginkan Freya, tidak, dia membutuhkannya.

Hari-hari berlalu, dan momen-momen keajaiban ini menjadi semakin sering. Freya dan Fiony semakin terikat oleh cinta yang mereka miliki. Setiap kali Fiony berhasil mengumpulkan cukup energinya, mereka memanfaatkan setiap detik untuk saling berbagi kebahagiaan, baik itu dalam bentuk pelukan, ciuman, atau hanya sekedar duduk bersama, menikmati kebersamaan tanpa kata.

Pada malam-malam tertentu, Fiony masih datang ke dalam mimpi Freya, tapi kini mereka tidak lagi hanya mengandalkan mimpi untuk berbagi cinta. Fiony akan muncul di tengah malam, saat Freya terbangun karena perasaan hangat di pipinya—sentuhan lembut dari bibir Fiony yang menciumnya. Freya akan membuka matanya, dan di sana, Fiony akan tersenyum, berbisik, "Aku di sini."

Malam-malam seperti itu menjadi kenangan manis bagi Freya. Ia tahu bahwa Fiony tidak bisa bertahan lama dalam bentuk fisiknya. Ada saat-saat di mana Fiony kembali memudar menjadi bayangan, tak bisa disentuh lagi. Namun, mereka tidak lagi memedulikan keterbatasan itu. Setiap sentuhan yang bisa mereka bagi, meski hanya sebentar, terasa lebih dari cukup untuk memperkuat cinta mereka.

Suatu hari, saat senja mulai menyelimuti langit, Freya dan Fiony sedang duduk bersama di balkon apartemen. Tangan mereka saling menggenggam, menikmati kehangatan satu sama lain. Fiony, yang biasanya bersikap tenang, kali ini tampak sedikit gelisah. Freya bisa merasakannya, tapi ia memilih untuk diam sejenak, memberikan ruang bagi Fiony untuk berbicara.

"Ada yang ingin aku katakan," kata Fiony akhirnya, suaranya sedikit ragu.

Freya menatap Fiony, tersenyum lembut. "Apa itu, sayang?"

Fiony memandang Freya dalam-dalam. Ada sesuatu yang mendalam di balik tatapannya—sesuatu yang selama ini ia simpan rapat-rapat. "Aku... Aku bahagia bisa menyentuhmu, Freya. Tapi ada sesuatu yang mengganggu hatiku."

Freya menggenggam tangan Fiony lebih erat. "Katakan padaku."

Fiony menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Aku selalu ingin memberikanmu lebih, Freya. Aku ingin bisa berada di sisimu, seperti pasangan lainnya... Aku ingin menjadi bagian dari duniamu, tapi aku tahu aku tidak bisa."

Freya terdiam, merasakan perasaan yang sama. Ia tahu bahwa apa yang mereka miliki ini luar biasa, tapi di dalam hatinya, ada kerinduan yang lebih. Kerinduan akan kehadiran Fiony yang utuh, bukan hanya dalam momen singkat ketika kekuatan roh Fiony memungkinkan mereka untuk bersentuhan.

"Tapi kamu sudah memberikan segalanya padaku, Fiony," jawab Freya pelan. "Setiap kehadiranmu, setiap saat bersamamu... itu semua sangat berarti bagiku."

Fiony menundukkan kepalanya, menyembunyikan sedikit kesedihan di balik senyumnya. "Aku hanya berharap bisa memberikanmu lebih dari ini, tanpa batasan waktu."

Freya memeluk Fiony erat, menghapus keraguan yang ada di hati mereka. "Apa yang kita miliki ini adalah keajaiban. Aku tidak peduli dengan berapa lama kita bisa bersama di dunia nyata, berapa lama kau bisa menyentuhku, aku tidak peduli."

Fiony terdiam, merasakan kehangatan pelukan Freya. Cinta mereka begitu dalam, dan meski mereka berada di dunia yang berbeda, mereka tahu bahwa cinta ini adalah yang paling nyata yang pernah mereka rasakan. Setiap sentuhan, setiap momen kemesraan, adalah hadiah yang tak ternilai.

Hari-hari ke depan mereka mungkin akan penuh dengan tantangan, tapi selama mereka memiliki cinta yang begitu kuat, Fiony dan Freya tahu bahwa mereka akan selalu bersama—terlepas dari batasan dunia yang memisahkan mereka.

Di bawah langit senja yang semakin memudar, Freya dan Fiony masih saling bersandar, tangan mereka tetap saling menggenggam. Sentuhan Fiony yang lembut mungkin akan hilang lagi seiring waktu, tapi cinta mereka tidak akan pernah memudar.

.

.

to be continued

Bound by Love, Separated by DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang