Chapter 19: Touching Love, Shaking Feelings

119 23 0
                                    

Hari-hari yang dihabiskan oleh Freya dan Fiony dipenuhi dengan kemesraan yang semakin nyata. Fiony yang kini memiliki kemampuan untuk menyentuh Freya lebih sering membuat hubungan mereka semakin dalam dan intens. Setiap kali tangan Fiony bersentuhan dengan kulit Freya, ada rasa kehangatan yang mendalam, sesuatu yang selama ini hanya mereka rasakan dalam mimpi. Kini, di dunia nyata, sentuhan mereka menjadi lebih dari sekadar interaksi fisik. Ada koneksi emosional yang begitu kuat, mengikat mereka dengan cinta yang sulit digambarkan.

Setiap sore, saat Freya pulang dari kampus, Fiony sudah menunggu di apartemen, menyambutnya dengan senyuman hangat dan pelukan lembut. Mereka menghabiskan waktu bersama, tertawa, bercanda, dan menikmati kedekatan yang semakin nyata. Meskipun Fiony hanya bisa muncul secara fisik untuk sementara, waktu yang mereka habiskan bersama terasa lebih berharga dari apa pun di dunia ini. Namun, seiring dengan kebahagiaan ini, mulai muncul sesuatu yang tidak biasa.

Pada awalnya, Freya tidak terlalu memperhatikan. Ia mengira bahwa kelelahan akibat jadwal kuliah yang padat serta seringnya begadang membuat tubuhnya sedikit lemas. Setiap pagi, ia akan merasa agak pusing, dan tubuhnya seolah kehilangan energi. Namun, setiap kali ia bertemu dengan Fiony, semua perasaan itu menghilang. Keberadaan Fiony selalu menenangkannya, membuatnya merasa segar kembali.

Fiony, di sisi lain, mulai merasa khawatir. Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah pada Freya. Freya memang tak pernah mengeluh, tapi Fiony bisa melihat tanda-tanda kecil, kulit Freya yang kadang memucat setelah disentuhnya, atau detak jantungnya yang terasa lebih lambat ketika mereka sedang bersama.

Pada suatu malam, setelah hari yang melelahkan di kampus, Freya pulang dengan langkah yang sedikit lemah. Sesampainya di apartemen, Fiony sudah menunggunya seperti biasa. Senyuman Fiony selalu menjadi penyambut hangat, dan Freya langsung melupakan kelelahan yang ia rasakan begitu mereka berdua mulai berbicara.

"Kamu terlihat lelah, Freya," ujar Fiony dengan nada khawatir.

Freya tersenyum lemah dan meletakkan tasnya. "Hanya hari yang panjang, seperti biasa," jawabnya, berusaha menenangkan Fiony.

Tapi Fiony tidak mudah diyakinkan. Ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan. Dia mendekat ke Freya, meletakkan tangannya di pipi Freya, dan kali ini sentuhannya terasa lebih kuat. Freya menutup matanya, merasakan kehangatan yang selalu ia rindukan. Namun, detik berikutnya, tubuhnya sedikit terhuyung.

"Freya?" Fiony dengan cepat menarik tangannya, matanya membesar dengan kekhawatiran yang semakin dalam.

Freya membuka matanya dan tersenyum lagi, berusaha menutupi apa yang baru saja terjadi. "Aku baik-baik aja, Fiony. Jangan khawatir."

Namun, Fiony tidak bisa begitu saja mengabaikannya. Dia menyadari bahwa setiap kali mereka bersentuhan, Freya terlihat semakin lemah. Meskipun mereka menikmati setiap momen kebersamaan itu, Fiony mulai merasakan ada harga yang harus dibayar. Ada sesuatu yang tidak beres, dan meskipun Freya terus mengabaikannya, Fiony tahu mereka harus membicarakan ini.

Hari-hari berikutnya, tanda-tanda itu semakin jelas. Freya sering merasa pusing dan kelelahan. Bahkan saat di kampus, ketika Fiony tidak bersamanya, tubuhnya mulai menunjukkan gejala-gejala yang tidak biasa. Kadang-kadang Freya merasa sesak napas, atau kepalanya terasa berat saat mencoba fokus di kelas. Namun, setiap malam ketika Fiony menemaninya lagi, semua rasa lelah itu menghilang-seolah keberadaan Fiony menyerap kelemahan itu dari tubuhnya.

Namun, Fiony tidak bisa menikmati momen-momen kemesraan mereka seperti sebelumnya. Setiap kali ia menyentuh Freya, ada perasaan bersalah yang mulai merayap dalam dirinya. Apakah sentuhannya yang membuat Freya lemah? Apakah energinya, meskipun digunakan untuk mendekati Freya, secara tak sengaja merugikan orang yang ia cintai?

Pada suatu malam, Fiony tidak tahan lagi. Setelah mereka berbagi pelukan lembut di sofa, Freya mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang lebih dari biasanya. Matanya tertutup perlahan, dan Fiony bisa melihat wajah Freya yang tampak sangat pucat. Itu bukan lelah biasa.

"Freya, kamu harus memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi," kata Fiony dengan nada serius. Ia memandang Freya dengan penuh perhatian, mencoba menahan kepanikannya.

Freya membuka matanya dan tersenyum lemah. "Aku baik-baik saja, Fiony... Aku hanya perlu istirahat."

Fiony menggelengkan kepalanya. "Ini bukan hanya soal istirahat, Freya. Setiap kali kita bersama, kamu semakin lemah. Aku bisa merasakannya. Apa ini ada hubungannya dengan aku?"

Freya terdiam sejenak, merasakan keseriusan dalam suara Fiony. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak biasa dengan tubuhnya akhir-akhir ini, tapi ia tidak ingin mempercayai bahwa itu ada hubungannya dengan kehadiran Fiony. Mereka baru saja menemukan cara untuk bersama secara nyata-bagaimana mungkin hal itu bisa menjadi masalah?

"Aku tidak tahu," Freya akhirnya mengaku, suaranya lirih. "Aku merasa ada yang berubah dalam tubuhku, tapi aku tidak tahu mengapa..."

Fiony menatapnya dengan tatapan penuh kesedihan. "Freya, aku sangat mencintaimu. Aku tidak ingin menyakitimu."

Freya menggenggam tangan Fiony dengan lembut. "Kamu tidak menyakitiku, Fiony. Aku senang kita bisa bersama seperti ini. Mungkin ini hanya masalah sementara. Aku hanya perlu lebih banyak istirahat."

Tapi di dalam hatinya, baik Freya maupun Fiony tahu bahwa ini bukan sekadar masalah istirahat. Sentuhan Fiony, meskipun penuh cinta, membawa sesuatu yang tak bisa mereka pahami sepenuhnya. Energi Fiony, sebagai roh yang mencoba menembus batas antara alamnya dan dunia manusia, sepertinya membawa dampak yang tak terduga pada tubuh Freya.

Malam itu, ketika Freya tertidur, Fiony duduk di samping tempat tidurnya, memperhatikan wajah tenang kekasihnya. Ada rasa bersalah yang tumbuh di hatinya. Apakah mungkin cintanya, yang seharusnya membawa kebahagiaan, justru mendatangkan bahaya bagi Freya? Setiap sentuhan, setiap pelukan, setiap ciuman yang mereka bagi di dunia nyata mungkin membawa konsekuensi yang tidak bisa diprediksi.

Freya terbangun dari tidurnya di tengah malam, merasakan kehadiran Fiony yang gelisah di sampingnya. Ia menoleh dan melihat Fiony duduk di tepi tempat tidur, wajahnya tampak tegang.

"Fiony? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Freya lembut.

Fiony menatap Freya dengan mata yang penuh emosi. "Aku takut, Freya. Aku takut apa yang kita lakukan ini... mungkin membahayakanmu."

Freya mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Fiony, mencoba menenangkannya. "Kita akan mencari tahu, Fiony. Kita akan menghadapinya bersama."

Meskipun mereka berdua saling mencintai dengan begitu mendalam, kini muncul kekhawatiran besar di dalam hati mereka. Fiony mulai takut bahwa kehadirannya yang semakin nyata justru akan melukai orang yang paling ia sayangi. Dan Freya, meskipun merasa kuat dalam cintanya, mulai merasakan keraguan. Apa yang akan terjadi jika ini terus berlanjut?

Hari-hari berikutnya, Freya terus menjalani rutinitasnya dengan Fiony selalu berada di sisinya. Tapi kini ada kegelisahan yang mengintai di balik kebahagiaan mereka. Setiap kali mereka bersentuhan, Fiony akan merasakan beban yang semakin besar di dalam hatinya. Ia takut kehilangan Freya, tetapi juga takut menjadi alasan di balik kondisi Freya yang semakin melemah.

Namun, mereka belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, atau bagaimana cara menghadapinya. Yang mereka tahu, adalah bahwa cinta mereka harus terus bertahan, apapun yang terjadi. Tetapi tanpa mereka sadari, kekuatan cinta yang mengikat mereka perlahan-lahan membawa tantangan yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan. Dan mereka tahu, apapun yang terjadi, mereka akan menghadapi semuanya bersama-termasuk konsekuensi yang mungkin timbul dari cinta di antara dua alam yang berbeda.

.

.

to be continued

Thank you for reading
Aku hanya menuliskan apa yang ada dikepalaku

Bound by Love, Separated by DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang