Hari-hari berlalu dengan kehadiran Fiony yang semakin nyata dalam hidup Freya. Mereka menikmati setiap momen kebersamaan yang lebih intim, namun di balik itu, ada rasa gelisah yang terus menghantui Freya. Sentuhan Fiony, meskipun membawa kehangatan, seolah menimbulkan efek yang tak terduga. Freya mulai merasakan kelelahan yang tak biasa, tubuhnya semakin sering terasa lemas, namun ia mencoba menyembunyikan hal itu dari orang lain.
Namun, Jessi dan Lyn, dua sahabat Freya, mulai memperhatikan perubahan itu. Suatu hari di kampus, ketika mereka sedang duduk bersama di kafe biasa, Jessi tak bisa lagi menahan diri untuk bertanya.
"Freya, kamu baik-baik aja?" tanya Jessi sambil menatap sahabatnya yang duduk dengan wajah pucat. "Kamu kelihatan... nggak seperti biasanya. Kamu sering kelihatan kelelahan akhir-akhir ini."
Freya mencoba tersenyum, meskipun lelah tampak jelas di matanya. "Aku baik-baik aja, Jess. Hanya banyak tugas dan kuliah yang bikin aku sedikit kewalahan."
Lyn, yang duduk di sebelah Jessi, memandang Freya dengan tatapan cemas. "Freya, ini sepertinya bukan soal tugas kuliah. Kita semua sibuk, tapi kamu kelihatan jauh lebih capek daripada biasanya. Kamu yakin nggak ada yang salah?"
Freya menunduk, berusaha menghindari tatapan khawatir kedua temannya. Ia tahu mereka peduli, tapi bagaimana mungkin ia menjelaskan situasi sebenarnya tanpa membuat mereka semakin khawatir? Tentang hubungannya dengan Fiony, tentang bagaimana kehadiran Fiony mungkin mempengaruhi tubuhnya.
"Aku cuma butuh istirahat lebih banyak," jawab Freya singkat. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, sungguh."
Namun, Jessi tidak puas dengan jawaban itu. Dia memperhatikan setiap detail kecil tentang Freya—gerakan lemah tangannya saat mengangkat gelas, mata yang sering berkedip lambat seolah menahan pusing, dan senyum yang dipaksakan.
"Kamu benar-benar gak kelihatan baik-baik aja, Frey." lanjut Jessi, suaranya lembut namun penuh perhatian. "Kalau ada sesuatu yang terjadi, kamu tahu kan kita di sini buat kamu?"
Freya menunduk sejenak, merasakan kehangatan dari perhatian teman-temannya. Namun, di balik senyuman itu, ada rasa bersalah yang menghantui. Dia tahu bahwa kondisinya semakin memburuk, dan meskipun dia mencoba menyembunyikannya, semuanya mulai terlihat oleh orang-orang di sekitarnya.
"Jessi, Lyn, aku... aku cuma perlu waktu untuk mengatasi semua ini. Percayalah, aku akan baik-baik aja."
Lyn mengangkat alis, tidak sepenuhnya percaya. "Ini sudah berhari-hari, tapi malah makin parah. Aku enggak mau lihat kamu tiba-tiba pingsan di jalan, Freya."
Freya tersenyum lemah dan mencoba mengalihkan pembicaraan. Namun, rasa sakit di kepalanya semakin kuat, membuatnya hampir kehilangan keseimbangan. Jessi langsung menangkap lengan Freya, matanya membulat penuh kekhawatiran.
"Freya! Kamu baik-baik aja?" Jessi berseru, memegang erat Freya agar tidak terjatuh.
Freya mengangguk pelan, meskipun tubuhnya terasa seolah kehilangan semua kekuatannya. "Aku... Aku cuma sedikit pusing, Jessi. nggak apa-apa."
Lyn melihat keadaan Freya dengan cemas, matanya tak lepas dari wajah temannya yang semakin pucat. "Kamu harus periksa ke dokter, Frey. Ini gak bisa diabaikan lagi."
Freya ingin menjawab, tapi rasa pusing semakin parah, membuatnya menutup mata dan menarik napas dalam-dalam. Di dalam dirinya, Freya tahu bahwa mungkin ada kaitannya dengan Fiony—dengan sentuhan yang semakin sering mereka bagikan.
Namun, bagaimana mungkin Freya bisa menjelaskan itu kepada Jessi dan Lyn? Mereka tidak akan pernah memahami kenyataan bahwa cintanya dengan seorang roh mungkin menjadi alasan mengapa tubuhnya semakin lemah.
Fiony, yang saat itu sedang di sekitar Freya, melihat semua ini dan hatinya semakin diliputi kekhawatiran. Ia menyadari bahwa setiap kali mereka bersentuhan, Freya semakin lemah. Tetapi meskipun ia tahu, Fiony tidak sanggup menjauh. Cintanya pada Freya terlalu kuat, dan setiap detik bersama Freya terasa begitu berharga.
Saat malam tiba, Fiony menunggu Freya di apartemen seperti biasa. Freya pulang dengan langkah lemas, kepalanya masih terasa berat. Namun, saat ia melihat Fiony, senyuman kembali muncul di wajahnya, meskipun tubuhnya merasakan sakit yang tak tertahankan.
"Kamu terlihat lebih buruk hari ini," kata Fiony, nada suaranya dipenuhi kekhawatiran.
Freya menghela napas dan duduk di sofa, memejamkan matanya. "Aku hanya butuh waktu istirahat. Jessi dan Lyn terlalu khawatir, tapi aku akan baik-baik saja."
"Freya, aku tidak bisa terus seperti ini," ucap Fiony tiba-tiba, memecah keheningan di antara mereka.
Freya menatap Fiony dengan bingung. "Apa maksudmu?"
Fiony menarik napas panjang. "Aku tahu kamu merasa lemah setiap kali kita bersama. Aku bisa melihatnya, Freya. Setiap sentuhanku sepertinya membuatmu lebih lelah. Dan aku takut... aku takut kalau aku menyakitimu."
Freya terdiam, mencoba meresapi kata-kata Fiony. Sebenarnya, Freya juga merasakan hal yang sama, tapi ia terlalu takut untuk mengakuinya. "Aku tidak apa-apa, Fiony. Aku hanya lelah... itu saja."
Fiony menggelengkan kepalanya. "Aku merasa ada yang tidak beres, dan aku tidak mau menjadi alasan kamu menderita. Cinta kita seharusnya tidak seperti ini."
Freya menggenggam tangan Fiony dengan lembut, merasakan getaran energi yang selalu ia nikmati. "Aku tidak bisa hidup tanpamu, Fiony. Kamu yang membuatku kuat, bukan sebaliknya."
Malam itu, untuk pertama kalinya, mereka tidak berpelukan saat tidur. Fiony tetap di dekat Freya, tapi dia menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Kegelisahan semakin besar di antara mereka, meskipun cinta mereka terus mengikat dengan erat. Fiony takut menjadi sumber penderitaan bagi Freya, sementara Freya tidak ingin kehilangan kehadiran Fiony yang begitu nyata dalam hidupnya.
Fiony tahu bahwa mereka tidak bisa terus seperti ini tanpa menemukan jawaban atas apa yang sedang terjadi. Bagaimana mungkin cinta yang begitu kuat justru membuat Freya semakin lemah? Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka?
Dan meski Freya berusaha mengabaikan gejalanya, sahabat-sahabatnya, Jessi dan Lyn, semakin khawatir. Mereka tidak tahu tentang hubungannya dengan Fiony, tetapi mereka tahu sesuatu yang serius sedang terjadi pada Freya. Kini, baik Fiony maupun Freya harus menghadapi kenyataan bahwa cinta mereka, meski begitu indah, mungkin membawa bahaya yang belum mereka sadari.
Namun, dalam hatinya, baik Freya maupun Fiony tahu bahwa ada lebih banyak hal yang terjadi di balik semua ini. Sentuhan Fiony yang membawa cinta, juga membawa sesuatu yang tak terduga—energi yang tak bisa mereka pahami sepenuhnya.
Dan di tengah semua cinta dan kebahagiaan itu, bayangan keraguan mulai tumbuh, perlahan tapi pasti.
.
.
.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound by Love, Separated by Death
Mystery / Thriller[GL] [gxg] [Frefio] Freya, seorang mahasiswa sastra yang pendiam, memiliki kemampuan unik-dia bisa melihat dan berinteraksi dengan hantu. Ketika dia pindah ke apartemen barunya yang berhantu, dia bertemu Fiony, roh seorang gadis yang tidak bisa meni...