Di antara kenangan yang mengendap,
aku menemukanmu,
seperti pagi yang tak mau pergi,
setelah semalaman hujan mengguyur.Ada secangkir kopi di atas meja,
asapnya membubung,
menyimpan cerita tentang kita
yang pernah tertawa,
sebelum semua ini menjadi sunyi.Kau berdiri di sana,
dalam bayang yang samar,
saat sinar mentari
menghanyutkan debu-debu di udara,
seperti harapan yang terbang
menyusuri waktu.Aku ingin memanggil namamu,
tapi suara itu terjebak
di antara dinding dan hening.
Sekali lagi,
aku merindukan
sebuah senyuman yang pernah ada,
sebuah pelukan
yang hangatnya takkan terlupa.