Erine, Cinta Baru

123 14 4
                                    


Hari-hari setelah kepergian Anin terasa seperti mimpi buruk yang perlahan berubah menjadi kenyataan yang harus diterima. Gracia dan Sean menjalani hari-hari dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, mereka merasakan duka yang mendalam atas kehilangan sahabat dan istri kedua Sean. Namun, di sisi lain, kehadiran bayi mungil yang mereka beri nama Erine Natio membawa harapan baru dalam hidup mereka.



Gracia menatap Erine yang tertidur lelap di ranjang bayi. Wajah mungil itu begitu tenang, seakan tak menyadari dunia yang penuh kerumitan di sekitarnya. "Erine...," Gracia berbisik pelan, tangannya lembut mengusap kepala bayi itu. "Kamu adalah hadiah terbesar yang pernah kami terima."

Sean berdiri di dekat pintu, memperhatikan istrinya yang tengah merawat anak mereka. Meski mereka sering berselisih pendapat tentang banyak hal, terutama setelah keputusan untuk menikahi Anin, kini Gracia dan Sean disatukan oleh tanggung jawab yang lebih besar—menjadi orang tua bagi Erine.

"Gracia," Sean memanggil dengan nada lembut.

Gracia menoleh, tersenyum tipis. "Kamu mau gendong Erine?"

Sean mengangguk dan mendekat. Dengan hati-hati, Gracia menyerahkan bayi itu ke pelukan Sean. Saat Erine berada dalam dekapan Sean, perasaan hangat mengalir di hatinya. Bayi ini, dengan segala kesulitan yang terjadi, adalah simbol dari masa depan mereka.

"Kita harus menjaga dia baik-baik, Gre," ucap Sean lirih. "Dia bukan cuma anak kita, dia adalah pengingat akan semua yang telah kita lewati."

Gracia mengangguk setuju. Meski rasa kehilangan terhadap Anin masih menyakitkan, kehadiran Erine memberi mereka harapan baru. "Iya, aku setuju, Sean. Tapi kamu ingat kan, kita sudah berjanji. Tidak akan ada yang tahu siapa sebenarnya ibu kandungnya."

Sean menatap Gracia dengan penuh kesungguhan. "Aku tidak akan pernah melupakan perjanjian kita. Erine adalah anak kita. Kita akan membesarkannya seperti anak kandung sendiri, tanpa ada yang tahu asal-usulnya."

Gracia merasa lega mendengar kata-kata Sean. Mereka berdua sadar bahwa menyembunyikan kebenaran bukanlah keputusan yang mudah. Namun, demi melindungi Erine dari kebingungan dan rasa sakit di masa depan, mereka harus memegang teguh perjanjian itu.

**












Malam itu, setelah Erine tertidur dengan lelap, Gracia dan Sean duduk di ruang tamu, membicarakan masa depan mereka. Rumah besar yang dulu terasa begitu kosong kini dipenuhi oleh kehadiran bayi mungil yang mengubah segalanya.

"Aku masih tidak percaya kita sudah menjadi orang tua," ujar Sean, menghela napas panjang. "Rasanya baru kemarin kita bertengkar soal hal-hal kecil, dan sekarang kita harus bertanggung jawab atas hidup seseorang."

Gracia tersenyum tipis. "Aku juga tidak percaya. Kadang, aku masih merasa aneh. Tapi aku tahu satu hal, Erine telah mengubah hidup kita. Dan aku akan melakukan apa pun untuk membesarkannya dengan baik."

Sean mengangguk setuju. "Aku pun begitu, Gre. Aku tahu kita sudah melalui banyak hal, dan mungkin kita akan menghadapi lebih banyak lagi di masa depan. Tapi yang penting, kita tetap bersama."

Gracia menatap Sean dengan penuh haru. Selama tujuh tahun pernikahan mereka, mereka telah menghadapi berbagai cobaan, mulai dari tekanan untuk memiliki anak hingga keputusan berat tentang Anin. Namun, di tengah segala kesulitan itu, mereka tetap bertahan.

"Sean, aku ingin kamu tahu sesuatu," Gracia berbicara dengan nada serius. "Meskipun kita sering berbeda pendapat, aku tahu kamu selalu berusaha untuk yang terbaik. Dan sekarang, dengan adanya Erine, aku merasa kita punya kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya."

Sean menatap istrinya dalam-dalam. "Aku pun begitu, Gre. Aku minta maaf untuk semua kesalahan yang telah aku buat. Aku minta maaf karena membuatmu merasa terpinggirkan. Tapi sekarang, aku ingin kita memulai dari awal lagi, demi Erine."

Gracia mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku juga minta maaf, Sean. Kita berdua sama-sama melakukan kesalahan. Tapi yang penting, sekarang kita fokus pada masa depan."

Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Gracia dan Sean berbicara dari hati ke hati. Mereka berbicara tentang harapan dan impian mereka untuk Erine, tentang bagaimana mereka ingin menjadi orang tua yang baik, dan tentang bagaimana mereka akan melindungi Erine dari kebenaran yang bisa menghancurkan masa depannya.

**

















Hari-hari berlalu, dan kehidupan baru dimulai untuk keluarga kecil itu. Sean tetap menjalankan perusahaan dengan tanggung jawab besar, sementara Gracia fokus merawat Erine di rumah. Kehidupan mereka yang dulunya penuh dengan ketegangan dan konflik kini perlahan berubah menjadi lebih tenang.

Namun, meskipun hidup mereka terlihat damai dari luar, Gracia tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa cemburu dan sakit hati yang pernah dia rasakan. Setiap kali dia melihat Erine, dia teringat pada Anin—sahabatnya yang kini sudah tiada, namun meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan.

"Aku harus belajar melepaskan," bisik Gracia pada dirinya sendiri suatu malam saat dia menidurkan Erine. "Anin telah berkorban untuk kami. Dan sekarang, aku harus fokus pada kebahagiaan Erine."

Meskipun masih ada bayang-bayang masa lalu yang menghantui, Gracia bertekad untuk tidak membiarkan hal itu merusak kebahagiaan keluarga mereka. Dia tahu, Erine adalah harapan baru bagi mereka, dan dia tidak akan membiarkan apa pun menghancurkan kebahagiaan itu.

**

Sementara itu, Sean juga berjuang untuk menyesuaikan diri dengan perannya sebagai seorang ayah. Meskipun sibuk dengan pekerjaannya sebagai CEO, dia selalu berusaha meluangkan waktu untuk bersama Erine. Setiap malam, dia akan pulang lebih awal dari biasanya hanya untuk bisa melihat senyum kecil putrinya sebelum dia tertidur.

"Erine," ucap Sean suatu malam saat dia menggendong bayinya, "Aku berjanji, aku akan selalu ada untukmu. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu."

Sean tahu bahwa menjadi ayah bukanlah tugas yang mudah. Namun, dia merasa bahwa dengan adanya Erine, hidupnya memiliki tujuan yang lebih besar. Dia tidak hanya seorang suami atau CEO lagi, tapi seorang ayah yang bertanggung jawab atas kebahagiaan anaknya.

**

Seiring berjalannya waktu, Gracia dan Sean mulai menemukan ritme baru dalam hidup mereka. Meskipun perjalanan mereka masih panjang dan penuh dengan tantangan, mereka merasa yakin bahwa selama mereka tetap bersama, mereka bisa melewati segala rintangan.

Erine Natio, dengan segala kesederhanaannya, menjadi cahaya dalam hidup mereka yang pernah gelap. Dan meskipun mereka harus menyimpan rahasia besar tentang asal-usul Erine, mereka berdua yakin bahwa cinta mereka untuk Erine akan selalu lebih besar daripada kebenaran yang tersembunyi.

Gracia dan Sean mungkin bukan pasangan yang sempurna, tapi mereka tahu bahwa dengan adanya Erine, mereka memiliki kesempatan untuk membangun keluarga yang lebih kuat dan penuh cinta.









Tamat.














makasihh buat teman teman yang udah ngikutin cerita ini sampai akhir. maaf kalau ga sesuai ekspetasi. maaf juga kalau ada typo typo.

besok besok bikin cerita siapa lagi ya??

mohon dukungan nya. cerita ini di tutup yaaa. terimakasih lagi

Love's Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang