Review:
In this economy, memang harus realistis, bahwa orang kecil tidak perlu berharap banyak untuk diperlakukan secara layak. Mereka berhak, tapi tak dipungkiri kerupawanan, harta, pekerjaan, dan otak mempengaruhi rasa hormat orang lain kepada seseorang 😔
Warning!
Tidak ada adegan major dalam bab ini.
***
"Aku minta maaf sudah keterlaluan," kata Mile, alih-alih pamit ke Ibu Kost, dia malah mendatangi Apo yang salah tingkah atas gift heboh darinya. "Namun, lain kali kita harus membahas ideku lagi, tapi bukan dengan cara seperti itu. Kuharap kau tidak keberatan." Mile pun mengulurkan tangan untuk dijabat. Lelaki itu menatap Apo yang ragu menyambut.
Dia biarkan Apo memilih mengakhiri pertengkaran atau tidak.
Mile bersyukur kala mereka berjabat tangan.
"Oh, santai mawon, Mas Mile. Aku tidak apa-apa," kata Apo sambil tersenyum. Dia lega ternyata Mile peka kenapa semalam kabur. Dengan begini Apo tak perlu menjelaskan perasaannya yang berantakan.
Sesuai prediksi, Apo menerima hadiah itu sebagai simbolis baikan. Mereka janji hendak bertemu lagi jika ada waktu luang.
"Bagaimana kalau sabtu depan? Bisa?"
Mile pun mencoba menawar hari. Dia tak mempertanyakan apakah lahiran teman Apo fakta--sepertinya lelaki itu telah belajar cara menjaga hati seseorang.
"Wah, bagaimana ya." Apo mundur berhubung malu belum mandi. Dia menjaga jarak supaya Mile tak mencium bau badannya. Lelaki itu menatap sekitar karena tetangga kosan penasaran. "Belum bisa, sepertinya. Soalnya sabtu hari aktif. Aku harus jualan mumpung anak sekolahan masuk. Hehe. Bagaimana kalau minggu, Mas? Bisa?" tanyanya balik.
"Oh. Boleh." Mile terkekeh kecil. "Salahku bila tak tahu jadwal dagangmu. Hubungi saja nomorku kalau siap ditemui. Sini kontakan," ajaknya.
"Ohh, oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐑𝐀𝐕𝐈𝐍𝐆 𝐓𝐎 𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐒-𝟏 ✅
Fanfiction𝐒𝐓𝐑𝐀𝐈𝐆𝐇𝐓 𝐓𝐎 𝐆𝐀𝐘 || 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 ___________________________________________ Menjadi penjual telur gulung miskin adalah hal yang tak mudah bagi Apo, tetapi dia selalu bertahan menyambung kehidupan yang begitu penuh liku »»--⍟...