part 22

414 91 16
                                    

Suara desahan itu terus terdengar merdu, bagaikan melodi indah yang membuat Sena tidur dengan nyenyak bahkan mungkin saja Sena merasa ia tengah di ayun dan di nyanyikan sebuah lagu tidur.

Sejak satu jam yang lalu Mew tidak berhenti mengagahi istrinya, setelah satu minggu lebih tidak mendapat jatahnya tentu saja Mew tidak akan melepaskan istrinya begitu saja, tidak sulit untuknya membuat istrinya mendesah pasrah di bawah kungkungan tubuh kekar nya cukup dengan sentuhan sudah membuat istrinya memasrahkan diri.

"Mew sudah cukup," Ucap Kana dengan suara sedikit bergetar.

"Sebentar sayang, aku belum selesai," Jawab Mew dengan menggoyangkan pinggulnya.

"Tapi aku sudah lelah,"

"Lima menit lagi,"

"Sejak tadi kau mengatakan lima menit lagi, tapi tidak selesai-selesai,"

"Diamlah!"

Mew pun membungkam istrinya dengan ciuman agar istrinya diam, Mew sedikit kesal jika istrinya banyak bicara di saat ia tengah menikmati permainannya, dan setelah hampir sepuluh menit permainan itu kini selesai dan membuat mereka berdua terkulai lemah karna kelelahan.

"Jangan mengangguku hingga besok siang, aku ingin istirahat,"

"Aku tidak janji,"

"Awas saja jika mengangguku, aku akan mengadu pada Ayah,"

"Kenapa seperti itu? Sayang kau tau sendiri kan Ayah bagaimana?"

"Ya Maka dari itu, dengar apa yang aku katakan,"

"Iya-iya!"

Jika istrinya sudah mengancam mana berani Mew melakukannya, karna istrinya ini tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Mew sangat ingin mengajak istrinya berpergian keluar negri tapi tentu saja ia tidak berani mengatakannya, kejadian tiga tahun lalu membuatnya takut niat hati ingin membawa istrinya berlibur ia malah membuat istrinya merasa kesal, dan sejak kejadian itu mereka tidak pernah lagi membahas liburan keluar negri, Mew akan hanya mengajak istri dan anaknya berlibur keluar kota.

Memikirkan semua itu membuat Mew sakit kepala, namun ia akan berusaha bicara pada Kana untuk membawanya pergi melihat aurora di negara Norwegia.

"Daddy, daddy," Panggil Sena berusaha membangunkan daddy nya.

"Miu, Miu," Ucap nya kesal karna daddy nya tidak membuka matanya.

"Miu banun Miu, Sena lapel," Tentu saja gadis kecil itu merasa lapar, karna ini siang tapi Papa dan daddy nya masih asik memejamkan matanya.

"MIU!"

Mendengar teriakan putrinya Mew dan Kana pun terbangun, dan mereka mendapati jika putrinya tengah berdiri dan berkacak pinggang.

"Kenapa Miu nda banun-banun, Sena lapal," ucap nya lagi dengan wajah sedikit marah, tentu saja itu membuat Kana tertawa kecil melihat putrinya memasang wajah gemas.

"Ada apa sayang? Sini sama Papa,"

"Sena lapal Pa,"

"Anak Papa lapar? Maafkan Papa karna bangunnya kesiangan, Sena nenen dulu saja ya,"

"Nda au!"

"Kenapa?"

"Bau mulut daddy, hiksss.."

"Tidak sayang, daddy kan tidak nenen,"

"Cemalam Sena liat daddy nenen,"

Kana melebarkan matanya, jadi semalam Sena belum tidur terlalu pulas saat ia dan Mew bermain.

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang