Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • •
Seluruh anggota keluarga Namikaze berkumpul di kediaman Namikaze. Minato dan Karin sudah berada di Tokyo dari enam hari yang lalu, dan di hari ke dua keberadaan sang kepala keluarga di rumah, Naruto pun dengan resmi meminta Hinata pada ayah dan ibu nya.
Sebelumnya Hinata dan Minato juga Karin telah bertemu di Jerman satu bulan yang lalu, dan saat tahu Naruto ingin menikahi Hinata, pun akhirnya Minato bergegas kembali ke Jepang.
"Apa ayah tidak berniat tinggal di sini saja? Kasihan ibu bolak balik terus" ucap Hinata pada Minato yang duduk di sebelah nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ai tak sanggup, maka jari author yang ambil alih😭👊
Keluarga Namikaze kini sedang makan malam bersama, dulu— makan bersama selalu sunyi senyap, namun setelah kehadiran Hinata, meja makan itu menjadi berisik sebab gadis itu tak berhenti bertanya pada sang ayah yang telah sangat dekat dengan nya.
"Apa ibu tampak kesepian?" Tanya Minato dengan senyuman seraya melirik Kushina yang kini mengernyit.
Hinata mengangguk antusias "Iya, ibu sering sekali menemui—"/"Itu karena kau juga kesepian" timpal Kushina tak terima memotong ucapan Hinata, 'Berani sekali anak kecil ini' batin nya seraya menatap Hinata dengan menyipitkan mata.
"Tidak, dia tidak kesepian" sahut Naruto dengan senyuman lalu merangkul dan mengecup pipi Hinata yang berada disebelah nya, membuat pipi gadis itu merah padam dan akhirnya menunduk malu.
Karin, Minato dan Kushina pun saling pandang, mereka belum terbiasa dengan sikap Naruto yang semakin manja dan ceria itu, namun mereka juga tak heran lagi sebab dua anak itu saat di Jerman dulu sering kali tertangkap basah sedang bermesraan bahkan berciuman.
Sementara Sasuke yang duduk berhadapan dengan Naruto pun bergidik geli dengan tingkah adik pirang nya itu.
Karin pun beranjak dan pindah ke samping Naruto, ia menangkup kedua pipi adik nya "Buatlah anak yang banyak agar ayah tak pusing memikirkan penerus perusahaan"
