[SPOTLIGHT ROMANCE OF DECEMBER 2024 by Romansa Indonesia]
(Spin off Perfect Wife)
Pasca pernikahannya gagal, Raihan tidak mau lagi berurusan dengan asmara. Jika harus gagal dua kali, lebih baik Raihan sendiri dan larut dalam pekerjaan yang lebih pen...
Selamat datang di chapter pertama Unwritten Desire!
Jangan lupa untuk tinggalkan komentar kalian, ya <3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lembar demi lembar proposal Raihan buka dengan mata yang meruncing tajam di layar komputernya, meneliti setiap detail yang telah dibuat untuk proses pitching dua hari lagi. Ini adalah proyek pertama Raihan di Spark dan dia harus berhasil mendapat klien besar yang namanya sudah sangat familier di khalayak umum. Raihan yakin, jika hasil pitching ini bisa berhasil menggaet klien besar, maka bukan hal sulit untuk mendapatkan klien berikutnya.
Di luar ruangannya yang hanya diterangi lampu baca, kantor Spark masih sangat ramai oleh para karyawan yang tengah membuat konten untuk diunggah ke media sosial. Ada pula yang sibuk hilir mudik menyiapkan proposal untuk proyek lain, bahkan ada tim sedang melakukan revisi besar-besaran setelah pitching.
Seperti yang pernah Raihan dengar, Spark merupakan agensi yang nyaris tidak tidur. Selalu ada tekanan di dalamnya, termasuk yang Raihan alami sekarang. Belum ada dua minggu, tetapi rungsingnya kantor membuat tubuh lesu. Agensi sebelumnya pun memiliki tekanan yang serupa, bedanya para karyawan tidak dibiarkan menetap di kantor hingga larut malam kecuali ada pekerjaan yang membuat kepulangan mereka jadi tertunda.
Spark memiliki jalur lain. Bila satu belum pulang, maka yang lain tidak boleh angkat kaki dari sana. Well, tentunya itu tidak berlaku jika tugas sudah rampung. Namun, timbulnya tekanan setiap saat membuat waktu pulang jadi amburadul. Spark seolah tak memberi para pekerjanya napas, selalu ada proyek baru demi mengharumkan nama dan makin banyak menggaet atau mempertahankan klien besar.
Bukan hal baru sebenarnya, hanya saja Raihan butuh waktu untuk beradaptasi di dalamnya. Delapan tahun pengalaman rupanya tidak membuat pekerjaan jadi mudah, pria 36 tahun itu tetap tertekan oleh tantangan besar, terlebih untuk pengalaman pertamanya di Spark.
Raihan memijat pangkal hidungnya yang berdenyut, lantas menutup proposal dan bersiap pergi dari kantor. Raihan yang semula ditemani sunyi langsung disambut kebisingan begitu keluar dari ruangannya, matanya pun harus terpejam untuk beberapa saat akibat lampu yang bersinar terang. Raihan melanjutkan langkahnya dan berhenti di depan meja Lukman, KOL Specialist, yang termasuk anak lama di Spark.
"Man, sana pulang. Ajak yang lain."
Lukman sontak memutar kursi menghadap Raihan. "Udah boleh balik, Pak?"
"Balik aja. Kerjaan udah beres semua."
Lukman manggut-manggut, lantas menatap jam yang melingkar di tangannya. "Bapak udah mau balik?"
"Iyalah. Ngapain lama-lama di sini? Dikira ngekos."
Lukman tertawa sumbang meski tahu Raihan tidak bermaksud bergurau. Lukman yang cekatan langsung mengajak rekanannya yang tergabung dalam tim Raihan untuk pergi saat si pemimpin lebih dulu mengambil jalan. Ada yang menurut, ada pula yang memilih bertahan beberapa saat sambil menunggu jam sibuk di luar selesai.