[SPOTLIGHT ROMANCE OF DECEMBER 2024 by Romansa Indonesia]
Pasca pernikahannya gagal, Raihan tidak mau lagi berurusan dengan asmara. Jika harus gagal dua kali, lebih baik Raihan sendiri dan larut dalam pekerjaan yang lebih penting.
Namun, saat dia ha...
Selamat hari Kamis! Selamat membaca lagi Unwritten Desire ya, Teman-Teman!
Siapa yang seneng Raihan-Myra masuk dating era? Cung!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bakti, Amanda, dan Marvin kompak menautkan alis akibat pemandangan asing pagi ini. Bagaimana tidak? Si sulung Raihan yang ekspresinya selalu serius dan kelelahan, pagi ini berubah segar seperti habis tidur belasan jam. Gilanya lagi, Raihan bersenandung saat menyeduh kopinya sendiri, senyumnya pun terbit tanpa sebab pasti.
Marvin yang iseng meminta dibuatkan kopi pun langsung dikabulkan Raihan, padahal biasanya sang kakak menolak diperintah kalau bukan dari orang tua. Ini bukan Raihan yang biasa mereka lihat saat kumpul berempat, alhasil pemandangan ganjil itu memenuhi tanya di benak. Apa yang sudah terjadi semalam sampai suasana hati Raihan lebih cerah dari langit mendung di luar?
"Nih." Raihan meletakkan secangkir kopi di hadapan Marvin.
"Tumben banget lo beneran bikinin kopi buat gue," tutur Marvin tanpa mengurangi kerutan di dahinya.
Raihan tidak merespons, sibuk menyisip kopinya yang memanjakan lidah. Bakti dan Amanda kompak saling memandang, lalu mendesah sebab mengira akan menghadapi keanehan baru dari putranya.
"Anjing!" Marvin memekik.
"Jaga omongan kamu!" Bakti dan Amanda menegur bersamaan, tetapi Marvin tidak peduli karena sibuk mengibas lidahnya.
"Pahit banget kopinya. Udah kayak hidup gue," sungut Marvin seraya memukul siku Raihan yang duduk di sampingnya.
"Pahit apanya?" Raihan menyisip lagi kopinya, lalu melanjutkan, "Manis, kok."
"Ketuker nih jangan-jangan kopinya." Marvin merenggut cangkir Raihan, menegak tak sabar, lalu dimuncratkan hingga membasahi meja. "Babi!"
"Marvin!"
Marvin masih tidak memedulikan teguran orang tuanya, malah menarik kerah piama Raihan sambil memamerkan lidahnya yang tersiksa. "Pahit banget! Lo nggak ikhlas bikinin gue kopi, hah? Sengaja banget nggak ngasih gula."
"Tetep manis, kok." Raihan menyingkirkan tangan Marvin dari bajunya dengan mudah. "Lidah lo aja jelek."
"Sialㅡ"
"Udah, udah."
Amanda buru-buru membungkam mulut Marvin dengan mendesis tajam. Si bungsu pun menurut, lalu memotong roti srikaya yang jadi menu pagi ini. Raihan yang suasana hatinya sedang mekar, mengambil lagi cangkirnya dan menandaskan kopi tanpa merasa pahit. Yah, memang beda laki-laki yang jatuh cinta dan patah hati, semua hal kecil yang dirasakan bisa berlawanan.
"Kamu hari ini bangunnya seger banget deh, Han," ucap Amanda setelah roti di piringnya tandas. "Tidurnya cukup banget, ya?"
"Atau dapet bonus gede." Bakti asal menyembur, tetapi beliau ingat satu-satunya penyemangat Raihan adalah mendapatkan uang.