Aku bersyukur karena hari ini jadwalku di kampus sangat padat. Tidak ada waktu untuk memikirkan pembicaraan orang-orang tentang kejadian tadi pagi. Siang ini aku juga punya jadwal lab radio.
Irene, teman satu kelompokku yang tidak pernah-pernahnya menyapaku, tiba-tiba memberitahu aku berita apa yang sudah tersebar di kampus. Lea Crenata, Mahasiswi Ilkom Anti Sosial Akhirnya Jadi Penegak Keadilan, begitu tajuknya. Berita itu hiperbola. Tina, teman satu stambukku yang lain, bilang kalau beberapa orang bersumpah kalau mereka melihat aku dan Rainy sempat aksi tampar-tamparan. Langsung kutepis berita itu karena tidak mau dianggap berandalan kampus.
Saat kegiatan lab sudah selesai, Irene dan Tina masih menempel padaku. Kami duduk bersama di tiap kesempatan. Bahkan waktu semua kuliah dan lab selesai, kami berjalan keluar dari gedung kampus berbarengan. Mereka mengajakku untuk sesekali bergabung dengan tongkrongan mereka. Aku hanya bisa bilang kalau akan kupertimbangkan, soalnya aku kerja sambilan sampai malam.
“Lo tuh ternyata gak kayak yang dibilang orang-orang, ya. Jujur nih, ya. Gue kira lo tuh angkuh anaknya.” Ucapan Tina membuat Irene menyengir.
“Sama. Gue juga dari dulu penasaran banget sama seorang Lea Crenata, tapi gak berani nyapa,” timpal Irene.
Tanpa terasa kini kami sudah keluar sepenuhnya dari gedung kampus FISIP. Di dekat portal, tampak Zayyan tengah berdiri di samping motornya sambil bertelepon dengan wajah kusut. Aku menebak kalau itu telepon dengan Rainy Felicia. Penampakan Zayyan dan bayangan kedekatannya dengan bidadari KW itu entah mengapa membuat langkahku terhenti.
Irene menyikut lenganku, membuyarkanku dari lamunan. “Ciee udah ditungguin aja sama Cio.”
Aku mengernyit. “Cio?” tanyaku, pura-pura bodoh.
“Zayyan Rocio. Rainy Felicia memperkenalkan dia di medsos sebagai Cio. Arti nama Rocio itu embun, dan si Rainy Felicia punya arti nama hujan. Katanya sih mereka pasangan cocok karena nama itu. Gak nyambung banget padahal.”
Kini giliran Tina yang menyahut, “Cio tuh hampir jadi artis juga, kali. Dengar-dengar, agensinya Rainy Felicia ngincer Cio buat dikontrak sama mereka. Lihat aja follower IG Cio sekarang. Eh. BTW, id instagram lo apa? Follow-followan yuk.”
Irene ikut-ikutan membuka layar ponselnya. Sayang aku harus mengecewakan mereka. “Gue gak pake instagram,” kataku.
Serempak Irene dan Tina menatapku dengan mata membelalak.
“Kenapa?” tanya Tina.“Ansos, ingat?” Irene membantuku menjawab.
Tina mencengkeram lenganku dan berbicara dalam satu napas, “Sumpah-ya-lo-gak-boleh-gitu-gue-bikinin-akun-buat-lo-trus-besok-kita-pinjam-lab-studio-gue-potret-lo-sebagus-bagusnya-percaya-sama-gue-dalam-waktu-sebulan-popularitas-lo-bakal-ngalahin-Rainy-Felicia!”
“Gue jadi publicistnya Lea! Biar ada yang ngebelain kalau tiba-tiba si hujan memanipulasi adegan tampar-tamparan dengan Lea barusan,” timpal Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta's Hidden Melody
RomantikLea merasa ada yang aneh setelah Aslan kembali dari perpisahan mereka selama tujuh tahun. Setiap perubahan Aslan bagai misteri tak terpecahkan. Serangkaian misteri itu menimbulkan perasaan baru, yang Lea percayai tidak boleh ada di tengah persahabat...