café bombon: the same amount of layered espresso and condensed milk, topped with milk froth
tags: chanin, age gap, sub top chan, dom bottom jeongin, urethral sounding, cock ring, overstimulation, prostate milking, coming untouched, dry orgasm
***
"Tante Yena... Itu apa..?" Channie merengek saat benda itu melingkar ketat di pangkal penisnya yang mengeras. Yena tersenyum usil, "Cock ring, biar kontol Channie gak kecepetan muncrat."
"S-sakit, Tante..."
"Katanya mau ngentotin Tante yang lama? Mau kontolnya ngaceng terus biar bisa banjirin memek Tante pake pejuh Channie? Emangnya mau baru masuk langsung ngecrot lagi?"
Channie menggeleng cepat, air matanya semakin banyak menetes di pipi gembulnya. "Good boy, tahan yaa." Yena mengelus sayang rambut keriting keponakannya itu. "Kontol Channie udah lebih gede dari sebelumnya loh, hasil sepongan Tante tiap hari hehe."
Seluruh badan Channie terasa panas berkeringat. Perlakuan tantenya merangsang hormon remaja itu tanpa ampun. Mengulum penis itu dalam-dalam, memijit pelan testikelnya yang menggantung sekal, hingga mencubit dan menggaruk kedua putingnya.
Tubuh Channie tersentak kaget saat ia merasakan jempol Yena mengelus dan menekan-nekan lubang analnya. Setelah membasahinya dengan lubricant, satu jari pun perlahan masuk membuat Channie terperangah.
"Ssstt, it's okay Channie deep breath. Tante pijitin boolnya ya biar enak."
Setelah beberapa menit, Yena menambahkan satu jari lagi untuk menyodok lubang anal Channie yang mulai melemas. Dua jari itu bergerak maju mundur, mengobok-obok dinding hangat itu dengan gerakan menggunting, menekan segala arah mencari prostatnya.
Yena tersenyum lesung saat akhirnya menemukan titik nikmat itu, jarinya merojok keras bagian sensitif itu sebelum memijatnya dengan gerakan memutar. Channie berteriak, memohon dan meracau tidak jelas antara ingin tantenya itu berhenti atau lanjut melecehi prostatnya lebih-lebih, tubuhnya mengejang menandakan orgasme kering pertamanya.
Jari Yena dikeluarkan dari lubang anal sensitif Channie, lalu ia jilati ujung kepala penis yang memerah itu, tepat di lubang kencingnya. Sebuah silinder besi panjang, sedikit lebih lebar dari jarum jahit, ia kulum dan baluri lubricant dengan cepat. Channie masih menangis, pusing merasakan nikmatnya yang tertahan saat Yena memasukkan besi itu ke dalam lubang kencingnya.
"Nngh aaahh! T-tante, sakiiitt..." Channie merintih perih, ereksinya berkedut ngilu merasakan inci demi inci besi dingin itu tergelincir masuk dengan sendirinya. Yena tak menghiraukan rengekan Channie, jari tengahnya ia gunakan untuk mengetuk-ngetuk ujung besi itu saat mentok, menstimulasi prostat yang terletak di dalam pangkal penisnya.
Lubang anal Channie terlihat kembang kempis, mengundang jari-jari Yena untuk merojoknya kembali. Titik prostat Channie dipijat mentok tanpa ampun dari kedua sisi, dalam analnya dan dalam penisnya. Wajah tanpa dosa Channie merah berantakan dengan keringat, air mata, serta lendir bening yang mengalir lengket dari hidung dan sisi-sisi mulutnya.
Tak butuh waktu lebih dari dua menit untuk Channie mencapai orgasme kering keduanya. Jemarinya menekuk, punggungnya melengkung, matanya memutih. Yena tak berhenti menstimulasinya sampai anak itu hampir kehilangan kesadaran. Perlahan ia lepaskan jari dan besi itu lalu mengelus bagian paha dalam Channie yang meremang. Pipi gembulnya ditepuk sebelum Yena menyodorkan sebotol air putih dingin untuk sedikit menyegarkannya.
"Channie, jangan pingsan dulu hihi Tante belum selesai. Minum yang banyak ya, baby boy."
"Hhh T-tante Yena... Kontol Channie udah boleh nngh- udah boleh masuk belum? Channie- hhh, g-gak kuat..."
"Cup cup cup, sebentar lagi yaa." Yena mengelus rambut dan memijat tengkuk basah Channie dengan sayang, membuatnya menghela nafas merasakan nyaman. "Channie anak pinter, keponakan kesayangan Tante Yena."
Kata-kata manis terus Yena ucapkan sambil mengarahkan tubuh kurus Channie agar berbaring lebih nyaman di kasurnya, menaruh bantal di bawah pantatnya agar meninggi dan lebih mudah dinaiki. Setelah itu, dengan iseng Yena mengocok sebentar penis tegang Channie yang terlihat membesar dan memerah, seperti akan meledak saking banyaknya air mani yang tertahan, lalu ia gosok-gosok ujung penisnya dengan telapak tangannya. Channie hanya bisa mendesah lemas menerima perlakuan tantenya dengan pasrah.
Akhirnya, Yena duduk di atas selangkangan Channie yang mengangkang, memasukkan penis keponakannya ke dalam vaginanya yang sudah becek tak sabar merasakan batang keras itu. Hanya dengan satu hentakan tertanam sempurna hingga pangkal, pipi pantatnya menjepit bola zakar Channie yang terasa kencang penuh dengan sperma. Pinggulnya bergerak maju mundur lalu memutar membentuk angka delapan, memijat-mijat penis Channie dengan dinding vaginanya. Keduanya mendesah nikmat.
"Haaahhn, Channie enak? Kontolnya ngaduk-ngaduk memek Tante- nngh."
"Mmhh enak aah- memek Tante Yena sempitthh.. Kontol Channie angett sshhh."
"Bikin Tante muncrat dulu yahh, baru kontol Channie dilepasinnh- aahh."
Kedua tangan Channie gemetar, berusaha menggapai dan meremas payudara Yena, memilin-milin dan menarik puting kerasnya sebagaimana tantenya sudah mengajarinya. Ia juga berusaha menggerakan pinggulnya, menusuk ke atas, ke dalam lubang vagina Yena yang basah berkedut, membuat perempuan itu mendesah bangga akan kepintaran keponakannya.
Yena pun menghadiahinya dengan mempercepat naik turun pinggulnya, menggenjot lubang vaginanya sendiri mengejar nikmat. Salah satu tangannya mengarahkan tangan Channie turun dari payudaranya ke labianya yang memerah. Memandu telapak tangan Channie untuk mengusap kasar klitorisnya yang menonjol tanpa malu.
"Aaahh, Tante Yena ayoohh muncrat nngghhh kontol Channie m-mau meledak aghh!"
Yena tertawa melihat Channie, memohon dengan rengekan manja dan tubuh yang bergerak gelisah tak karuan. Ah, kasihan sekali anak itu. Yena menyandarkan kedua tangannya ke belakang, mempercepat genjotan pinggulnya, menggunakan penis bengkak Channie untuk menusuk titik sensitif terdalamnya. Desahan puas keluar dari lengkungan bibirnya, merasakan nikmat tanpa memperdulikan Channie yang tangisannya semakin melengking.
Pinggulnya terangkat tinggi-tinggi saat mencapai orgasmenya hingga penis Channie terpeleset keluar, cairan beningnya deras membasahi bagian depan tubuh Channie hingga leher, wajah, dan rambut keritingnya. Dengan cepat Yena membebaskan Channie dari cock ring jahanam kemudian merojok dan menggenjot dirinya kembali dengan penis berkedut itu. Channie berteriak kaget, matanya terbuka lebar saat merasakan remasan otot dinding vagina tantenya pada penisnya yang tidak lagi terkunci.
Cairan yang pertama keluar dari lubang uretranya adalah air seni karena kedua tangan Yena bertumpu menekan pada perut dimana kantung kemihnya berada, penuh dengan sebotol air putih yang tadi ia tenggak habis. Channie merasa ngilu dan merinding di sekujur tubuhnya. Matanya kini terpejam erat dan mulut menganga tanpa suara.
"Channie ngompol? Sshhh aannhh, keluarin semuanya di memek Tante ya anak manis aah aah.."
Selesai kencing, spermanya pun menyusul, menembak kental dalam vagina Yena yang siap menampung semuanya dan tak berhenti bergerak naik turun.
"Nnhaah, pejuhnya banyak banget Channie hahh aah good boy, enak sayang? Liat... Memek Tante sampe meler- shh aaah."
Sprei kasurnya diremat, kepala Channie bergerak kanan kiri menahan nikmat bercampur sakit yang menyengat. Perut dan selangkangannya mengejang kuat selama pelepasan.
Basah dan lengket. Panas sekali. Lemas. Ngilu. Perasaan campur aduk itu membuat Channie mendesah parau tak berdaya.
Tante Yena benar-benar membuat dirinya tolol dengan senggama hina mereka.
"Attaboy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bin Bok au Lait ☕️🥛
Hayran Kurgubrewing & serving dirty stories based on skz!family characters