BAB 17√

718 104 48
                                    

“Nek, aku tidak akan kembali menjadi Alpha spesial, 'kan? aku sangat takut, Nek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Nek, aku tidak akan kembali menjadi Alpha spesial, 'kan? aku sangat takut, Nek." Kenzie terisak di pangkuan Ny. Aleta.

Terkadang dia menangis untuk alasan yang tidak jelas, terutama saat melihat hujan. Entahlah, mimpi itu selalu menghantuinya tiap kali hujan turun. Padahal dulu Kenzie sangat menyukai hujan.

Kenzie tak yakin, apakah orang dalam mimpi itu adalah ayahnya? atau justru ibunya? semua masih samar dan Kenzie tak tahu harus bertanya pada siapa.

"Jika orang dalam mimpi itu ibumu, pasti dia juga seorang Alpha spesial, Nak." Ny. Aleta mengusap rambut Kenzie.

"Menjadi Alpha spesial adalah anugrah dari Tuhan, mengapa kau tak menginginkannya?"

"Membayangkan para Alpha menatapku seolah buruan, rasanya sangat mengerikan, Nek." Kenzie terisak lagi.

"Ssttt..., kau tidak akan kembali menjadi Alpha spesial kecuali orang yang memberimu formula masih hidup dan memiliki penawarnya."

Ny. Aleta menepuk pelan bahu Kenzie. "Sudah ayo kita mulai lagi, masih banyak yang harus kau pelajari untuk melindungi diri."

Kenzie mengikuti.

***

Breaking News : Ramalan cuaca hari ini ; "Thailand akan dilanda hujan dan badai petir selama tiga hari berturut-turut."

Berulang kali mengganti saluran televisi, semua chanel memberitakan hal yang sama. Bahkan di luar sudah mulai terdengar rintik-rintik.

Darren membuang asal remote TV, lalu bangkit menatap hujan di balik dinding kaca kamarnya. "Kenzie sangat menyukai hujan," lirihnya.

Pemandangan dari lantai teratas gedung ini langsung mengarah pada sebuah taman bermain. Darren melihat para orang tua sibuk mengajak anaknya berteduh, tapi ada juga yang membiarkan anaknya bermain hujan dengan gembira.

Mata yang tadinya berkaca, kini mulai meneteskan air kesedihan. "Aku pernah berjanji akan menemanimu bermain hujan, tapi itu tidak pernah terwujud sampai kita berpisah. Aku memang suami yang  payah, Zie."

Pria yang masih bersembunyi dibalik nama Alpha dominan itu memutuskan turun, bergabung bersama anak-anak riang di bawah sana. Dia akan ikut bermain hujan.

"Mau bermain bola bersamaku?" tawarnya pada anak-anak yang sedang memperebutkan bola.

"Mauuu...," teriak mereka bersamaan, berlari mendekati Darren.

"Uncle, kamu sangat harum," kata seorang bocah perempuan, bisa Darren tebak dia pasti menjadi seorang Omega kelak.

"Apa setajam itu?" tanyanya.

"Ya, aromamu sangat menusuk, Uncle. Sangat harum dan menghangatkan. Jadilah Alpha-ku saat Aku dewasa nanti."

"Heii, bukankah kau bilang akan menjadi Omega-ku?" sela seorang bocah laki-laki tak terima. Bahkan mereka berdebat setelahnya, karena si bocah perempuan mengaku hanya menginginkan Alpha seperti Darren.

My Ex-Omega [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang